Tuesday, July 25, 2017

Cycle Around Jogja - Situs Warungboto Dan Kotagede



Ada banyak cara untuk menikmati Jogja. Salah satunya adalah dengan bersepeda. Pada 11 Mei 2017 lalu, saya bersama beberapa teman kuliah yakni Mbak Ayu, Mbak Sasta, Mas Zainal, Kak Ivel, dan Mbak Nars mencoba berkeliling dengan menggunakan sepeda. Suatu pengalaman baru yang sejujurnya membuat saya ketagihan.

Keliling Jogja dengan bersepeda sebenarnya adalah ide lama sejak semester satu dulu, tapi baru kesampaian kemarin. Ide ini bermula setelah saya melihat Mbak Nars yang memang hobi ngegowes dan kerap menceritakan pengalaman asyiknya bersepeda di Jogja. Ih, mau banget lah!

Eh sebentar, saya kan tidak punya sepeda. Terus bagaimana dong? Tenang. Ada beberapa persewaan sepeda yang bisa kami pesan untuk memudahkan petualangan nanti. Setelah ber-googling kesana kemari, kami akhirnya memutuskan untuk menyewa sepeda di Si Woles Bike Rental & Tours dengan tarif Rp 35.000,00 per sepeda per harinya. Persewaan ini recommended banget. Pemiliknya ramah dan begitu informatif. Namun selain harus reservasi terlebih dahulu, kami harus menjemput sepeda tepat waktu kalau hendak meminjam sepeda mereka.

Selain Mbak Nars dan Mbak Nawang, semua sepeda yang kami
pakai kemarin adalah milik Si Woles (sudah termasuk helm).
Lucunya, semua sepeda itu bernama loh!

Singkat cerita, tepat jam setengah enam pagi sesuai waktu yang kami sepakati untuk menjemput sepeda, kami pun memulai perjalanan nggowes pertama di Jogja. Kami ketambahan satu personel lagi, yakni Mbak Nawang - salah satu teman bersepeda Mbak Nars - yang memutuskan untuk ikut serta pada pagi itu. Bertujuh, kami lantas bergerak menuju lokasi tujuan kami yang pertama.

Pertama kali merasakan mengayuh pedal di jalanan Kota Jogja, saya langsung bahagia. Serasa seluruh beban kuliah dan kehidupan ini perlahan-lahan terangkat setiap kayuhan. Oke, saya memang agak berlebihan, tapi sungguh sebahagia itulah perasaan yang saya rasakan kemarin.

Dengan komando dari Mbak Nars dan Mbak Nawang, kami menuju ke Situs Warungboto yang terletak di Kecamatan Umbulharjo. Dari lokasi kami meminjam sepeda, ternyata perjalanannya tak begitu jauh. Paling hanya memakan waktu sekitar setengah jam untuk bersepeda kesana.

Meski berada di pinggir jalan raya, pintu masuk Situs Warungboto justru terletak di dalam perkampungan penduduk. Situs ini merupakan sisa dari Pesanggrahan Rejawinangun yang dibangun oleh KGPAA Hamengkunegara (yang kemudian dinobatkan sebagai Sri Sultan Hamengku Buwana II) pada kisaran 1785 Masehi. Pesanggrahan sendiri merupakan nama lain dari taman yang digunakan sebagai tempat beristirahat dan mandi bagi raja dan keluarganya. 

Walau sudah berusia uzur, tapi saya tetap kagum pada kekokohan situs ini. Iya, memang pernah dilakukan renovasi akan tetapi beberapa komponen situs masih merupakan komponen asli sebagaimana yang dahulu. Kami kemarin bisa melihat beberapa ruangan dan dua kolam besar di situs tersebut yang kalau sekilas dilihat sebenarnya mirip versi mini dari Taman Sari.

Entah kenapa tiap liat foto ini
saya kok justru kebayang latarnya
Descendants of The Sun.

Full team di Warungboto.

Dari Situs Warungboto, kami kemudian mengayuh kembali menuju tujuan kedua yaitu Kotagede. Mbak Nars memang sepertinya memang sengaja memilihkan rute yang gampang untuk kami kemarin. Jarak antara Warungboto dan Kotagede juga terbilang dekat. Lagi-lagi, paling hanya memakan waktu selama setengah jam.

Keriuhan Pasar Legi Kotagede langsung menyapa kami begitu memasuki wilayah tersebut. Perjalanan kami sempat tersendat karena arus pedagang dan pembeli yang memadati area itu kala pagi. Perlahan tapi pasti, kami mengayuh menuju ke arah Masjid Gedhe Mataram atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Kotagede saja.

Kami kelihatan tak?

Di area Masjid Kotagede.

Ini adalah kali kedua saya mengunjungi Kotagede setelah pernah kesana pada 2013 lalu. Tak banyak perubahan yang saya lihat disana selama rentang jarak kunjungan itu. Satu perubahan yang paling saya sesali adalah ditutupnya WS Sido Semi untuk selama-lamanya. Hiks. Padahal, dulu saja saya belum sempat mencobanya karena bertepatan dengan jadwal tutup warung legendaris tersebut.

Selain menengok masjid, makam raja dan pemandian, kami juga mencoba menyusuri lorong-lorong sempit di Kotagede yang tetap saja terasa membingungkan. Kami bahkan sempat mampir pula ke salah satu rumah kalang atau rumah kuno yang dahulu dibangun oleh seorang pengusaha kaya pada tahun 1920-an.


Kami saat bersepeda melewati lorong-lorong.

Duh, suasana kekunoannya Kotagede itu loh kuat sekali.
Bahkan, foto kandang burung saja terkesan oldy.


Rumah Kalang. Selain rumah ini, masih ada banyak rumah kuno
yang bisa ditemukan di gang-gang sempit Kotagede. Biasanya,
akan ada plakat yang menempel di dinding-dinding rumah tersebut.

Oh, ada satu jajanan tradisional yang sempat pula kami coba ketika berada di Kotagede. Jajanan tradisional itu bernama Kipo - sejenis kue dari tepung beras yang berisi parutan kelapa dan gula jawa. Uniknya, kipo dibuat dengan cara dibakar di atas loyang tanah liat sebelum dibungkus dengan menggunakan daun pisang.

Konon, nama kipo berasal dari pertanyaan "iki opo?" atau "ini apa?" yang dilontarkan oleh orang-orang ketika melihat kue berwarna hijau tersebut. Satu bungkus yang berisikan lima biji kipo kini dijual seharga Rp 2.500,00 per bungkusnya. Tapi jujur, saya tak begitu suka kue ini karena aroma bakaran masih tertinggal kuat di setiap kuenya.

Katanya, warna hijau Kipo berasal dari sari daun suji dan pandan.

Menjelang waktu dzuhur, kami memutuskan untuk mengakhiri sepedaan di Kotagede. Panasnya cuaca Jogja ketika siang hari tak sanggup lagi kami tahan. Secara keseluruhan, saya suka sekali pengalaman bersepeda kemarin itu. Saya harus akui pula kalau Jogja termasuk ramah terhadap para pesepeda. Selain jalanan yang kebanyakan datar, ada garis khusus pesepeda yang memudahkan siapa saja untuk berkeliling dengan sepeda, tanpa harus takut berebutan dengan pengguna jalan yang lain. 

Kata orang, pengalaman pertama adalah pengalaman yang paling membekas di hati. Dan memang benar, pengalaman pertama bersepeda kemarin sungguh menyenangkan dan bikin ketagihan. Kapan lagi bukan bisa jalan-jalan sekaligus menyehatkan badan?

Terima kasih sudah berkunjung. Adios!

Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d

No comments:

Post a Comment