tag:blogger.com,1999:blog-11271853006342160862024-03-15T01:49:19.551+07:00melihat duniaku dengan keindahan dan keberanianStuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.comBlogger232125tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-75806947026556485212018-04-16T14:04:00.002+07:002018-04-16T14:04:36.990+07:00Macau - HK Trip Day 4: Momen Terakhir di Macau<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzYBq1CeYqM90Lk3UIFX3ziEeDGYl-BKEL68B32W21o7a_ocbsvysyouwv7ALPy-WTa0Tv14Mhcb0o1a-VaR4l5hGv-XCKvX24rq0qj9Az_8MyAKd8XZebWYqDbltSVzOKGBgn7SzcIiM/s1600/DSC01042.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzYBq1CeYqM90Lk3UIFX3ziEeDGYl-BKEL68B32W21o7a_ocbsvysyouwv7ALPy-WTa0Tv14Mhcb0o1a-VaR4l5hGv-XCKvX24rq0qj9Az_8MyAKd8XZebWYqDbltSVzOKGBgn7SzcIiM/s320/DSC01042.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Tanpa terasa, hari itu adalah hari terakhir dalam perjalanan saya dan Mbak Ayu di Hong Kong dan Macau. Kami pun memutuskan untuk kembali lagi ke Macau, mengingat tiket penerbangan balik kami ke Jakarta berangkat dari sana. Pagi itu perjalanan kembali kami dimulai dengan drama di stasiun MTR. Entah ada kejadian apa sebelumnya, tapi begitu menjejakkan kaki di Stasiun MTR Mong Kok kami sudah langsung berhadapan dengan antrian panjang. Suasana stasiun seketika berubah bak arena saling desak dan saling dorong antara satu orang dengan orang lainnya tiap rangkaian kereta MTR datang. Duh, horor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Untung saja, antrian pada gerbong paling akhir dalam satu rangkaian tak seramai gerbong-gerbong di depannya. Kami berdua langsung <i>melipir</i> ke arah antrian itu sambil menabah-nabahkan diri sebab stasiun pemberhentian kami cuma berjarak empat stasiun dari Mong Kok. Yup, kami kembali ke Tsim Sha Tsui.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIXTkM3BR38np7KCUDzdmfUCtweTF87QYMJgHJtL5GwecAlFWxzoZClBCU6sQgtVULLrZNHZIpwShA0Cgq09a-vX-5CmDVEN7XxI_Yj-sAFXJpLWSN19-C2MmdZHTxUwNXdWePBVAUHQo/s1600/DSC00785.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIXTkM3BR38np7KCUDzdmfUCtweTF87QYMJgHJtL5GwecAlFWxzoZClBCU6sQgtVULLrZNHZIpwShA0Cgq09a-vX-5CmDVEN7XxI_Yj-sAFXJpLWSN19-C2MmdZHTxUwNXdWePBVAUHQo/s320/DSC00785.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Eh, kalau pas kaya gini baru deh sadar sepadat apa HK itu.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu sampai di Stasiun MTR Tsim Sha Shui, saya bergegas menuju loket informasi untuk mengembalikan kartu Octopus dan meminta dana yang tersisa. Dana yang membuat kami berdua merasa menjadi kaya raya kembali. Dari stasiun, kami lantas berjalan kaki menuju Ferry Terminal dan membeli tiket sekali jalan menuju Macau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski kami datang pagi, tapi kami kebagian jadwal siang dari kapal ferry yang akan membawa kami ke Macau. Kata si petugas, tiket-tiket di jam sebelumnya telah habis dipesan. Kami pun ditawari tiket terdekat, tapi dengan tujuan menuju Macau Ferry Terminal di Pulau Taipa (hayoo, masih ingat pembagian teritori dari Macau tidak?). Tawaran yang langsung saja saya iya-kan mengingat tujuan utama kami di Macau hari itu memang berada di Taipa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>The Venetian Macao dan Kesan Pertama Naik Perahu Gondola</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar jam 11 lebih seperempat, kami sudah tiba di lobi utama dari The Venetian - sebuah resor yang mengedepankan prinsip <i>"one stop entertainment" </i>dengan inspirasi utama arsitekturnya berasal dari Kota Venisia di Italia sana. Silau. Itu kesan pertama yang saya rasakan begitu menjejakkan kaki di dalamnya. Bayangkan saja, mayoritas ornamen yang ada di The Venetian diwarnai dengan warna emas. Sebuah patung pendulum emas raksasa dengan ornamen dewi di empat sisinya tampak berdiri di tengah lobi utama - membuatnya terlihat seperti sedang menyambut seluruh pengunjung yang datang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglJuAk5WkI_v1HatixRsiOD25mjLERF4uGqw_RlmGsdgXJq6LjzZBsW8NXeBUDv2EWDqLC9HJROJS-5FdGBE4RqNBZjESZ9XWqVPu8PZ2vFXiYUS-p5YwFaJQI0YSOVQ7rnSn-HS8WImM/s1600/DSC00795.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="363" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglJuAk5WkI_v1HatixRsiOD25mjLERF4uGqw_RlmGsdgXJq6LjzZBsW8NXeBUDv2EWDqLC9HJROJS-5FdGBE4RqNBZjESZ9XWqVPu8PZ2vFXiYUS-p5YwFaJQI0YSOVQ7rnSn-HS8WImM/s320/DSC00795.JPG" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Ayu dengan patung emas.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sehabis menitipkan tas di area penitipan, kami segera menuju ke lokasi tujuan utama kami selama di The Venetian yakni menuju kanal-kanal buatan untuk bisa menaiki perahu gondola. Total ada tiga kanal buatan yang menjadi titik mula atraksi perahu: Grand Canal, Marco Polo Canal, dan San Luca Canal. Masing-masing kanal menyediakan pemandangan berbeda, dan setelah membaca-baca <i>review </i>katanya naik perahu gondola dari Grand Canal adalah yang terbaik di antara ketiganya. Disanalah saya dan Mbak Ayu menukarkan voucher perahu gondola yang sudah kami beli sebelumnya via <a href="https://www.klook.com/activity/740-gondola-rides-at-the-venetian-macau">Klook</a>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0jr3wv7xXKkNp79hGdFqyey51eX28_0kdQQPJACGE1euH0N9jekCoh4oTD2o6Tvv3Gh8e4rvRcR_uhld2ASup1eP-N2dCS7aGzp7LSqYGSZPEoGVFKY56yfip921ZR7N8c-pH87_W34g/s1600/DSC00812.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0jr3wv7xXKkNp79hGdFqyey51eX28_0kdQQPJACGE1euH0N9jekCoh4oTD2o6Tvv3Gh8e4rvRcR_uhld2ASup1eP-N2dCS7aGzp7LSqYGSZPEoGVFKY56yfip921ZR7N8c-pH87_W34g/s320/DSC00812.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gondola dari Grand Canal</td></tr>
</tbody></table>
Kami harus mengantre selama sekitar setengah jam sebelum giliran untuk naik perahu gondola tiba. Kami yang hanya berdua akhirnya dijadikan satu rombongan dengan tiga pelancong asal India. Seorang pria asal Filiphina kebagian tugas menjadi pengayuh perahu kami. Sepanjang perjalanan, tukang kayuh kami menyanyikan lagu romantis berbahasa Italia yang diikuti dengan lagu Sempurna-nya Andra and The Backbone dan Rasa Sayange, lalu berganti lagu India yang entah apa judulnya. Iya, saking terbiasanya membawa penumpang dari berbagai negara - setiap pengayuh semacam diwajibkan menghafalkan lagu dari negara-negara berbeda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdo-1BDGWK-KG5pK3DuumBHKO9TCjPx1hT-YoWcGsMyWx52oEzASZNSYMqnUC3236RWl4wExr1y2H_xMLtIPfRjJTONWhLOL5Kswm1yNmjCsPNNfnSxOPHeZZ9px2u_Nw8EnTr_ZkZNhQ/s1600/DSC00814.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdo-1BDGWK-KG5pK3DuumBHKO9TCjPx1hT-YoWcGsMyWx52oEzASZNSYMqnUC3236RWl4wExr1y2H_xMLtIPfRjJTONWhLOL5Kswm1yNmjCsPNNfnSxOPHeZZ9px2u_Nw8EnTr_ZkZNhQ/s320/DSC00814.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil minta tolong ke turis India.</td></tr>
</tbody></table>
Sejujurnya, atraksi perahu gondola itu <i>not really worth the price. </i>Satu kali perjalanan hanya memakan waktu selama 15 menit saja, singkat banget kan? Atraksi ini tertolong dengan keramahan pengayuh kami (saking ramahnya, ia sempat mengajak bergosip tentang pengayuh perahu gondola di depan kami yang ternyata berkebangsaan Indonesia, tapi entah kenapa selalu menolak membawa penumpang asal Indonesia. dih!), serta sensasi menjadi pusat perhatian dari puluhan pengunjung lain yang sesekali melambaikan tangan atau merekam lewat gawai mereka. Ahem~</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain merasakan sensasi naik perahu gondola, kami menyempatkan menengok kemewahan lain yang ditawarkan oleh The Venetian. Mulai dari toiletnya yang bikin betah berlama-lama, hingga pohon natal yang terbuat dari butiran berlian Swarosvki. Ajegile!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio9EIjEcvGoVV25Mkas3pBbda9PXEQ52crxP2XSfymUM7HGNHVw1FXRyLv0VoRUXzWbYST5pkddwDpv6ijwywgJdSrDmd7b1D4Lu-rr4njDdLNCPw3ZBrOkXMXwpKnbOuLZFyrR-sqbKI/s1600/DSC00829.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="363" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio9EIjEcvGoVV25Mkas3pBbda9PXEQ52crxP2XSfymUM7HGNHVw1FXRyLv0VoRUXzWbYST5pkddwDpv6ijwywgJdSrDmd7b1D4Lu-rr4njDdLNCPw3ZBrOkXMXwpKnbOuLZFyrR-sqbKI/s320/DSC00829.JPG" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Duh, coba gelinding satu ya berliannya.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Macau Tower: Dari Kebaikan Hati, Jamuan Teh Hingga Boneka Panda</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat berhasil mengamankan tiket Jakarta-Macau, ada kekhawatiran yang saya rasakan manakala selesai membaca ulasan petualang-petualang lain. Kekhawatiran itu berasal dari ulasan-ulasan yang menyebutkan kalau konon katanya: <b>orang Tiongkok itu tidak ramah. </b>Tapi sungguh, sejauh ini saya justru bertemu dengan mereka-mereka yang baik hati. Mulai dari kakek yang mengikuti saya untuk membalas budi, seorang pria yang langsung mendekati kami dan memberi tahu arah ke San Ma Lo, wanita Hong Kong dan anaknya yang kami temui di depan Studio City, hingga mas-mas baik hati yang kami temui ketika kami tak tahu arah menuju ke Macau Tower.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi ceritanya, Macau Tower adalah tujuan kami berikutnya setelah dari The Venetian. Namun, baru keluar dari sana, ujian langsung datang menghampiri dalam bentuk sinyal <i>pocket wi-fi</i> kami yang mati. Matinya sinyal tersebut terlambat sekali kami sadari, jadi sekeluarnya dari The Venetian, kami berdua justru berkeliling serba tidak jelas akibat mengikuti arah <i>Google Map</i> yang <i>pointer</i>-nya ternyata sama sekali tak bergerak. Anjir!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendekati halte bus pun percuma. Di papan informasi yang ada disana, tak sekalipun menunjukkan rute atau kata-kata "Macau Tower". Duh, bagaimana ini? Apalagi, kami harus tiba di Macau Tower jam 3 sore karena berkaitan tiket atraksi lain yang sudah kami beli. Di tengah rasa panik yang mulai muncul, saya mencoba memberanikan diri bertanya pada seorang pemuda berkacamata yang tampak berjalan ke arah kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Uhm, excuse me. Can you speak English?", </i>tanya saya dengan harap-harap cemas. Bubar rasanya kalau si mas menggelengkan kepala. Alhamdulillah, si mas justru mengangguk dan berkata:<i> "Yes, a little". </i>Saya pun langsung memberondongnya dengan pertanyaan bagaimana cara untuk menuju Macau Tower dari tempat kami berdiri. Si mas langsung bergerak cepat, membuka sebuah alamat <i>web</i> dan menunjukkannya kepada saya. Ehm, mas maaf itu pakai aksara Tiongkok, jadi saya tak mengerti. Ia lantas menuju ke papan informasi bus, membaca sebentar, dan menggeleng. Duh, mampus. Pikiran buruk mulai menghampiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lagi-lagi si mas diam sejenak. <i>"Ah, you can take a shuttle bus from Studio City, stop by at Grand Lisboa and take a public bus to Macau Tower. Follow me!". </i> Lah, saya bingung kok tiba-tiba kami disuruh mengikuti si mas. Mau dibawa kemana ini? Ya Allah, saudara-saudara. Si Mas yang belakangan saya tahu adalah seorang mahasiswa jurusan manajemen di Macau University of Science and Technology ternyata mengantarkan kami sampai tepat ke depan <i>shuttle bus</i> yang berada di lantai <i>basement</i> Studio City. Terharu sayaaa.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgS4NafLwcFsXuCYMwyxziU2p3ahs5qEWfztHYwSV0X1gsKyrlwBmK0Di4p29vtHkMzdOyTojyjfMhPcBGexWqYGNqJT8tHH9Bjg1UkVeLr2D_e87tK4z2mV0FIDe8WRHA1ri-BWoJyK58/s1600/20171214_144031.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="319" data-original-width="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgS4NafLwcFsXuCYMwyxziU2p3ahs5qEWfztHYwSV0X1gsKyrlwBmK0Di4p29vtHkMzdOyTojyjfMhPcBGexWqYGNqJT8tHH9Bjg1UkVeLr2D_e87tK4z2mV0FIDe8WRHA1ri-BWoJyK58/s1600/20171214_144031.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya dan si mas yang suka menolong,<br />berhati mulia, dan rajin belajar.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oke, cukup dengan cerita kebaikan hati orang lokalnya. Mari kembali ke cerita kenapa kami harus sampai di Macau Tower jam tiga sore. Ini berkaitan dengan <i>highlight trip</i> yang sudah saya rencanakan sebelumnya. Pada dasarnya, saya adalah tipe <i>traveler</i> yang sebisa mungkin selalu memasukkan <i>"wow-moment"</i> di hari terakhir dari setiap perjalanan, dalam bentuk apa saja, dan dalam <i>range</i> harga berapapun. Dan di Macau,<i> highlight trip </i>itu berupa jamuan teh di Macau Tower 360͒ Cafe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejujurnya, ini adalah kali pertama saya menikmati <i>afternoon tea set - </i>sebuah tradisi jamuan teh yang pada mulanya dikenalkan pada era Dinasti Han di Tiongkok, tapi justru berkembang pesat di negara-negara barat. <i>Afternoon tea set</i> di Macau Tower 360͒ Cafe sendiri dimulai pada jam 15.30 dan berlangsung selama 1.5 jam saja, jadi kalau mau pol-polan menikmati jamuan teh itu memang harus datang lebih awal.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZXbim2aGV9jFgVxx9COx5GNiv_0cKVytMxdX_oEzfCuuwRVtmsQ7hZ35glidvC9SYZsRHckcRiwTYK-ZpCKNwld28FpvGXqQFNZDXWHNjFrENhQKyaR5RPAqciyR_I07nzTYA__n4TvY/s1600/DSC00892.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZXbim2aGV9jFgVxx9COx5GNiv_0cKVytMxdX_oEzfCuuwRVtmsQ7hZ35glidvC9SYZsRHckcRiwTYK-ZpCKNwld28FpvGXqQFNZDXWHNjFrENhQKyaR5RPAqciyR_I07nzTYA__n4TvY/s320/DSC00892.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Macau Tower dari <i>shuttle bus.</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div>
Setelah menukarkan <i>voucher</i> yang sudah kami beli (lagi-lagi via Klook), seorang petugas langsung mengarahkan kami untuk menuju <i>lift</i> yang akan membawa ke lantai 60 Macau Tower tempat sang cafe berada. Disana, kami kembali menunjukkan voucher kepada resepsionis yang lantas segera memanggil pelayan untuk menunjukkan tempat duduk kami.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>Whoa!</i> Saya langsung terhenyak ketika melihat meja kami. Posisinya persis di pinggir kaca besar dan 11 macam kudapan dengan tampilan yang menarik sudah tertata rapi di tatakan. Kami berdua sampai kebingungan hendak mulai makan darimana. Sementara untuk minuman sistemnya <i>free flow,</i> jadi kami bebas mencoba teh, kopi atau bahkan cokelat sepuasnya. Favorit saya sih kemarin <i>honey lime tea</i>-nya. Uh, seger abis!</div>
<div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg04HoNrlUQTcfJHJ__U_V_zRutNXpwmPJ7KG-pszCZJ-n8Z-3c5I1Mv9RPXk3AyTvttg1FW8f_XJl6u_ilMR2HPlpqZJyTxQ1EpJLa6HAH8qZgYyMszkJa_scnHtBbDjwzKjjfaf6n7A0/s1600/DSC00852.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg04HoNrlUQTcfJHJ__U_V_zRutNXpwmPJ7KG-pszCZJ-n8Z-3c5I1Mv9RPXk3AyTvttg1FW8f_XJl6u_ilMR2HPlpqZJyTxQ1EpJLa6HAH8qZgYyMszkJa_scnHtBbDjwzKjjfaf6n7A0/s320/DSC00852.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Yum yum yum!</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div>
Meski memang tergolong mahal, tapi rasanya sepadan sekali dengan apa yang kami dapatkan. Sesuai dengan nama cafe-nya, lantai tempat duduk akan berputar sebesar 360͒ sehingga setiap pengunjung akan dapat menyaksikan pemandangan <i>aerial</i> yang berbeda, mulai dari <i>skyline</i> Macau baik Pulau Coloane atau Pulau Taipa, selat di antara kedua pulau, hingga bagian dari Tiongkok Daratan. Selain itu, kami juga bisa mengintip para pengunjung bernyawa ganda yang tengah <i>bungy jump</i> atau <i>sky walk.</i> Jangan tanya kenapa kami tidak mencoba dua atraksi itu ya, alasannya jelas karena tak punya nyali dan tak punya dana. Mahal cuy.</div>
<div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS2pi4KEla9pGfu4gUZlI_yF9zP_NWzHif3yTyCB0QDtdJQbN7ToyqIGJbRicQiDLgybqXjQHmwpecOqoVqODjfCDzC4RggxFaTeef_MLuvBTrZgwOxDKeA8ONzyyeo3k2BydN9geMkE0/s1600/DSC00875.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS2pi4KEla9pGfu4gUZlI_yF9zP_NWzHif3yTyCB0QDtdJQbN7ToyqIGJbRicQiDLgybqXjQHmwpecOqoVqODjfCDzC4RggxFaTeef_MLuvBTrZgwOxDKeA8ONzyyeo3k2BydN9geMkE0/s320/DSC00875.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ngeliatnya aja deg-degan loh, apalagi yang ngelakuin.<br />Itu mbak-mbak betewe~ Iya, mbak-mbak yang punya serep<br />nyawa.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXM7A-tu3Za5e0_d9c_bU913HojirH3lJKci0Pl3jY4Nb8Sw2tXaptuMcfkAoaquFJeJqfeHIHF8Mnu2MdDHI9jZelQ2hcKg54M3nH2GKmFEB8O3JOvv_V0Nposrao5ZYqJeJY6omafEc/s1600/DSC00873.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXM7A-tu3Za5e0_d9c_bU913HojirH3lJKci0Pl3jY4Nb8Sw2tXaptuMcfkAoaquFJeJqfeHIHF8Mnu2MdDHI9jZelQ2hcKg54M3nH2GKmFEB8O3JOvv_V0Nposrao5ZYqJeJY6omafEc/s320/DSC00873.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kalau ini yang dinamakan <i>sky walk</i> alias jalan di pinggiran<br />lantai tertingginya Macau Tower. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br /></div>
<div>
Selepas menikmati jamuan teh, masih ada hal yang kami lakukan di Macau Tower yakni mengunjungi Toko Suvenir bernama <b><span style="color: blue;">Macau Creations</span></b>. Toko suvenir ini cukup spesial mengingat semua barangnya diproduksi oleh artis-artis lokal Macau. Saya sudah tahu suvenir incaran di toko tersebut, yakni sebuah boneka berbentuk panda yang diberi label<i> </i>"Soda Panda".</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Soda Panda ini satu keluarga, yang terdiri dari tiga panda kakak beradik yang bernama Panda Ar, Panda Lo, dan Panda La. Walau sudah sempat <i>googling</i> sebelumnya, tapi melihat ketiga boneka panda itu secara langsung buat penggila panda seperti saya, asli bikin meleleh semua. Saya sampai kebingungan mau memilih yang mana karena mereka semua lucu dan punya karakter sendiri-sendiri. Seorang wanita muda pelayan toko dengan sabar menemani saya yang bimbang memilih, hingga pada akhirnya pilihan saya jatuhkan pada Panda Lo sebab memiliki kesamaan dengan saya: sama-sama anak kedua dalam keluarga.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMu6CDqMeAU2ELIZZ4U3r6_hnjvrV-yBApynoUnLZHz_iptALa4nLlnpJecBrU72Q_zoYqboEPxe6Ww-zfBbvjwMeRwBh02Evpt6tupmtj_8HZ652_dgx1_aRY-VqnEMom6D62BTSPeJI/s1600/DSC00877.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMu6CDqMeAU2ELIZZ4U3r6_hnjvrV-yBApynoUnLZHz_iptALa4nLlnpJecBrU72Q_zoYqboEPxe6Ww-zfBbvjwMeRwBh02Evpt6tupmtj_8HZ652_dgx1_aRY-VqnEMom6D62BTSPeJI/s320/DSC00877.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Menanti diadopsi. Coba tebak mana yang Panda Lo?</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Si mbak yang mungkin daritadi gatal menyaksikan saya kebingungan lantas bertanya, <i>"ehm sorry to ask, do you buy it for yourself or another person?". </i>Saya pun menjawab dengan mata berbinar-binar, tentu saja untuk saya sendiri.<br />
<br />
<i>"Ah, I can see the reason why!"</i>, kata si mbak sambil terkekeh.<br />
<br />
Sial~<br />
<br />
<b>Casino Hotel Hopping At Night</b><br />
<b><br /></b>
Hari perlahan mulai berubah gelap sepulangnya kami dari Macau Tower. Berhubung masih ada banyak waktu sebelum penerbangan pulang, saya dan Mbak Ayu lantas memutuskan untuk berjalan kaki mengunjungi pelataran hotel-hotel kasino yang tersebar di Pulau Taipa.<br />
<br />
Perjalanan <i>casino hotel hopping</i> kami dimulai dari pelataran <b><span style="color: blue;">Studio City</span></b> - tempat kami diturunkan seusai memakai <i>shuttle bus</i> dari Macau Tower. Dibandingkan hotel kasino lainnya, Studio City ini termasuk pemain baru. Ciri khas yang dimilikinya adalah ada dua lingkaran besar yang membentuk angka "8" tepat di tengah bangunan hotel. Katanya sih, berkaitan dengan <i>fengshui </i>yang menganggap dua lubang itu akan membawakan keberuntungan sebab menjadi jalur lewat bagi naga. Tapi ada pula yang berkata dua lubang tersebut justru terinspirasi dari Gotham City-nya Batman.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzUYIwYXtMm2j4VHrA8rRQczWTHDhzaOsi6FgXp5C04uf02GDcAffKgzo7-LpDGz7dBecAExl89LLwuIISJsqkDUWk-U1rqJWyZzgHjD4XMMkcdFKdfbGPlbwssK15EabgwPPk8Gj2JSA/s1600/DSC00905.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzUYIwYXtMm2j4VHrA8rRQczWTHDhzaOsi6FgXp5C04uf02GDcAffKgzo7-LpDGz7dBecAExl89LLwuIISJsqkDUWk-U1rqJWyZzgHjD4XMMkcdFKdfbGPlbwssK15EabgwPPk8Gj2JSA/s320/DSC00905.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Ayu berlatar Studio City.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di Studio City ini ada atraksi baru yang menurut saya layak dicoba yakni naik bianglala dengan rute mengitari dua lubang itu tadi. Pertama di dunia, rute bianglala yang tidak berbentuk lingkaran penuh, tapi angka "8". Kemarin sebenarnya kami hendak mencoba, tapi sudah terlalu malam.<br />
<br />
Tepat di samping Studio City, berdiri hotel kasino megah lainnya yakni <b><span style="color: blue;">The Parisian</span></b>. Ah kalau dari namanya sih, sudah ketebak hotel ini terinspirasi dari apa. Yup, Kota Paris! Tak tanggung-tanggung, sebuah replika Eiffel Tower dibangun di sisi pinggir hotel demi semakin mengukuhkan citra Paris yang coba digaungkan oleh hotel.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbU_mlkexV_wFAsayVa2wuHR3oby12yq0k6fkG9UY-YRQtb0837i7ZWHJPMYps6UR2fsmhN9TadzyMWNGmLATH8tejI6Q3i4MkMFl2SGRvd5wW4iYxGp5lTHOGHbMaC3L9R9htMHYWjD8/s1600/DSC00935.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbU_mlkexV_wFAsayVa2wuHR3oby12yq0k6fkG9UY-YRQtb0837i7ZWHJPMYps6UR2fsmhN9TadzyMWNGmLATH8tejI6Q3i4MkMFl2SGRvd5wW4iYxGp5lTHOGHbMaC3L9R9htMHYWjD8/s320/DSC00935.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dalam hati berdoa: "kali ini lihat replikanya dulu, besok<br />kasih kesempatan buat mendatangi yang aslinya, Ya Allah".</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dari The Parisian, kami berjalan kaki kembali ke The Venetian. Saya sangat merekomendasikan untuk berkunjung di Bulan Desember sebab pada bulan tersebut tengah berlangsung Macau Light Festival. Jalan-jalan di seluruh Macau pun berhias dengan lampu <i>LED</i> kecil berwarna biru. Cantik parah!<br />
<br />
Kami tiba di halaman belakang The Venetian, bersamaan dengan dimulainya <i>special show</i> berupa proyeksi hologram bertema natal yang dipantulkan di dinding belakang The Venetian. Pertunjukan ini berlangsung selama kurang lebih sepuluh menit dan sukses membuat siapa saja yang melihatnya merasa hangat, bahagia, serta ikut menyanyikan lagu natal yang mengiringi selama pertunjukan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJtAUYI8YuyW6Z9D4TyxE8iMFN3yQnzCHRburW5TLJ_PmdcyAOPcX-X1Oq-XZy9JGuZB44ssXUhw7gYI0NU-7ivsBWxMW-75ggZMiahCuqbe2V_fUDUnerevVyzAuYKXdisLp9uimugD4/s1600/DSC00958.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJtAUYI8YuyW6Z9D4TyxE8iMFN3yQnzCHRburW5TLJ_PmdcyAOPcX-X1Oq-XZy9JGuZB44ssXUhw7gYI0NU-7ivsBWxMW-75ggZMiahCuqbe2V_fUDUnerevVyzAuYKXdisLp9uimugD4/s320/DSC00958.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Special show di dinding belakang The Venetian. Lucu!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Selain beberapa hotel kasino itu, sesungguhnya semua hotel kasino yang ada di Macau memiliki pesona atau ciri khas sendiri-sendiri. Ada MGM Hotel dengan patung singa emas raksasanya, ada City of Dream yang dikenal dengan pertunjukan air mancur menarinya, dan lain sebagainya. Percayalah, kalau kalian kuat berjalan kaki maka <i>casino hotel hopping</i> semacam ini adalah hal yang patut dicoba selama berada di Macau.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKsp6TtUaPA7wYHvZJvI4pvC6uV3QUFzWCu4U_tZ-ZMeHDulLCq8AH_B7iZJwwVLrCEHDfrn1wzoXXzoGfMNCP3v9LlwEDPna16woGEddKOdJa1gPFObiNFrRxFsDeAAfikZlOzS1kE8o/s1600/DSC00839.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKsp6TtUaPA7wYHvZJvI4pvC6uV3QUFzWCu4U_tZ-ZMeHDulLCq8AH_B7iZJwwVLrCEHDfrn1wzoXXzoGfMNCP3v9LlwEDPna16woGEddKOdJa1gPFObiNFrRxFsDeAAfikZlOzS1kE8o/s320/DSC00839.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Singa MGM. Foto ini saya ambil ketika muter-muter tidak<br />jelas akibat sinyal wifi yang mati. Sial.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b><br /></b>
<b>Berburu Serradura di Taipa Village</b><br />
<b><br /></b>
Sebenarnya ada hal lain yang ingin saya coba pada hari terakhir kami di Macau, yakni menyambangi Taipa Village untuk mencari Toko Gelatina Musang Mok Yi Kei. Awalnya, saya sempat hendak mencoret hal tersebut mengingat posisi kami berdua sudah sama-sama kelelahan. Tapi kemudian, Mbak Ayu tanpa diduga menantang saya untuk berjalan kaki lagi menuju Taipa Village berhubung lokasinya lumayan dekat dengan The Venetian.<br />
<br />
Taipa Village ini mirip-mirip dengan Tai O, berupa sebuah destinasi nan kaya cagar budaya yang bisa dijadikan alternatif dari kehidupan kasino yang serba hingar bingar. Ada banyak bangunan tua yang berada disana, kebanyakan beralih fungsi menjadi toko, butik, maupun penginapan.<br />
<br />
Dalam perjalanan berangkat, kami harus berjalan kaki memutar yang lumayan jauh dan naik-turun jembatan penyeberangan besar berbentuk melingkar. Perjalanan itu begitu menguras tenaga dan waktu. Belakangan kami baru tahu bahwa disediakan <i>travelator </i>atau semacam jalan bergerak yang langsung mengantarkan pengunjung ke Taipa Village dari sisi kanan depan The Venetian. Travelator ini kami gunakan dalam perjalanan pulang. Enak banget asli, cuma tinggal berdiri dan pindah-pindah jalur akhirnya sampai di taman besar Taipa Village. Serasa main<i> game!</i><br />
<i><br /></i>
Namun, saya tak menyesal karena telah berjalan kaki memutar kemarin. Begitu mendekati jalanan kecil di Taipa Village, kami langsung disambut kerlip lampu warna biru sepanjang jalan. Sayup-sayup, terdengar pula rekaman musik instrumental yang dipadukan dengan suara deburan ombak dan cerucau burung camar. Aih, damai rasanya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnxVCM4lATXWT-p3eGeM0g9VmBC0YZc8AGBAiubuajN5ER0a8ggttgHy9SVAnu8cE7fwucVwG0G9Jfc2nyAfyeh0k1GYAqC53_gWcs0krLiVoJWtI85OLgWd7BCU8H6Z3zHin6bcE487E/s1600/DSC00987.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnxVCM4lATXWT-p3eGeM0g9VmBC0YZc8AGBAiubuajN5ER0a8ggttgHy9SVAnu8cE7fwucVwG0G9Jfc2nyAfyeh0k1GYAqC53_gWcs0krLiVoJWtI85OLgWd7BCU8H6Z3zHin6bcE487E/s320/DSC00987.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jalannya mirip jalan-jalan di drama korea.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kami melewati <i>Igreja de Nossa Senhora do Carmo</i> atau <b><span style="color: blue;">Our Lady of Charmel Church</span></b> dalam perjalanan menuju Toko Gelatina Musang Mok Yi Kei. Gereja berwarna kuning pastel dengan gaya arsitektur neo klasik ini tercatat selesai dibangun pada 1885. Sebuah diorama besar yang menggambarkan kelahiran Yesus sengaja ditambahkan dalam rangka memeriahkan natal dan ditata rapi di ujung depan kanan gereja.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPayAxh61hlJWKuxHmzqh2JrJooktALD-rHYOtrTUI7b5CvV_OhE6gb0EImgV5XyAzfq9LRyIwImu2T-F0_n3zawGTrD0sOm8uX71pHjjqRcCw-fPApnlzKA6B0ipHnNA8ZapxNwO1a_M/s1600/DSC00988.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPayAxh61hlJWKuxHmzqh2JrJooktALD-rHYOtrTUI7b5CvV_OhE6gb0EImgV5XyAzfq9LRyIwImu2T-F0_n3zawGTrD0sOm8uX71pHjjqRcCw-fPApnlzKA6B0ipHnNA8ZapxNwO1a_M/s320/DSC00988.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Our Lady of Charmel Church kala malam.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Selepas itu kami melewati bangunan-bangunan kuno lainnya yang telah disulap menjadi beraneka macam restauran dan penginapan. Cahaya pendar dari papan neon nama-nama restauran, entah kenapa justru semakin menambah pesona dari Taipa Village manakala malam datang menjelang. Atmosfirnya sungguh saya suka.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZePEXhQ8KcWNqPjRs9YmNXnjmYHSR8qzb-d_W-IlP8suKDWYAUICeDFtPHCgCf9dEy5J8H6U_xeFonWbzGjiZO43tR53NZBDllvMsqPVz27rnKispVNyQeE7_-DJTy_iQWnGHub6KPzU/s1600/DSC01006.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZePEXhQ8KcWNqPjRs9YmNXnjmYHSR8qzb-d_W-IlP8suKDWYAUICeDFtPHCgCf9dEy5J8H6U_xeFonWbzGjiZO43tR53NZBDllvMsqPVz27rnKispVNyQeE7_-DJTy_iQWnGHub6KPzU/s320/DSC01006.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">This! Sukaa banget!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilTH-9R1JhVdE5Qh_GWNMCsnDBcUrF4KjPrp87qpvloZFgyQRz-cvjz7CBFvaK7w-mDTfG9RDwYuFRxR3nHKUGkXo55hRW6WM4PVLQ0Rq1R7vpusTrua1Wd_mD75FyFG5imPPnzN551fc/s1600/DSC01000.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilTH-9R1JhVdE5Qh_GWNMCsnDBcUrF4KjPrp87qpvloZFgyQRz-cvjz7CBFvaK7w-mDTfG9RDwYuFRxR3nHKUGkXo55hRW6WM4PVLQ0Rq1R7vpusTrua1Wd_mD75FyFG5imPPnzN551fc/s320/DSC01000.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tangganya aja fotogenik.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Saking asyiknya melihat-lihat deretan toko di sepanjang jalan, kami sempat keblabasan dan melewatkan <b><span style="color: blue;">Toko Gelatina Musang Mok Yi Kei.</span></b> Setelah bertanya dan diarahkan oleh seorang penduduk pendatang, kami akhirnya menemukan toko tersebut tepat di balik sebuah taman kecil yang menjadi semacam <i>food truck area</i> setiap malamnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8MNDwkf6RV3ulvbgwEsp86vPyJlfCAlOXRpH7bB_6prBK-g2dediEuK81a0b6dVnqnQm6e7LrwI7SnM0ajcRRlcvo3PjzsmZbfAub5jtiqFJYR07klJ05B3Dd96vRyKI6Q4WtTvJdslw/s1600/DSC01015.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8MNDwkf6RV3ulvbgwEsp86vPyJlfCAlOXRpH7bB_6prBK-g2dediEuK81a0b6dVnqnQm6e7LrwI7SnM0ajcRRlcvo3PjzsmZbfAub5jtiqFJYR07klJ05B3Dd96vRyKI6Q4WtTvJdslw/s320/DSC01015.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Fyuh, ketemu juga.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Awalnya, saya sempat takut kehabisan <i>serradura</i> berhubung kami datang sudah sangat malam. Apalagi, saat melihat <i>display </i>dari puluhan<i> snack</i> atau <i>dessert</i> yang tertata rapi di rak etalase, saya tak menemukan nama "serradura" satu pun disana.<br />
<br />
<i>"Hi, do you still have serradura for us?", </i>tanya saya pada wanita pemilik toko dengan nada sedikit cemas. <i>"Serradura? Yes! Here they are, sawdust pudding!"</i>, jawab sang pemilik penuh antusias dan senyum sumringah.<br />
<br />
Alhamdulillah. Perjuangan jalan kaki kami malam-malam ke Taipa Village tidak berakhir percuma. Toko Gelatina Musang Mok Yi Kei sendiri tercatat sudah beroperasi selama hampir 80 tahun lebih dimana komoditas paling terkenal di toko tersebut adalah <i>serradura</i>-nya. Tak tanggung-tanggung, sampai masuk ke Michelin Guide 2016 segala, loh.<br />
<br />
Kami berdua tak memakan serradura itu di tempat, melainkan di taman besar yang dimiliki oleh Taipa Village. Berhubung perut mendadak lapar, kami juga membeli potongan beraneka macam <i>seafood </i>rebus yang lantas direndam saus kuning nan pedas. Kombinasi yang agak aneh sih memang, tapi entah kenapa terasa nikmat dimakan sembari menikmati temaram lampu hotel-hotel kasino di kejauhan dan alunan musik instrumental dari pengeras suara di tengah taman.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpdAs9hFnf7XALNaQbUNKhZJNTYYYroZPalD8yCgq_SQKoZjDLolKq6_QiXzsoOq65ACukdHIwkn3TBCl13JMnNuKefw97kcpc6ZZLuQYCZ_uGUTJ0bRObegIHP1sFCDMu02PRLsf6PdA/s1600/DSC01027.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpdAs9hFnf7XALNaQbUNKhZJNTYYYroZPalD8yCgq_SQKoZjDLolKq6_QiXzsoOq65ACukdHIwkn3TBCl13JMnNuKefw97kcpc6ZZLuQYCZ_uGUTJ0bRObegIHP1sFCDMu02PRLsf6PdA/s320/DSC01027.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Serradura dan Seafood rebus saos pedas. Serraduranya sendiri<br />teksturnya mirip sorbet, agak kasar dan crunchy gitu.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya sangat merekomendasikan untuk menyambangi Taipa Village ketika kalian semua sedang berjalan-jalan di Macau. Entah itu untuk berburu makanan, atau sekedar menikmati bangunan-bangunan kuno yang ada disini. Apalagi buat pecinta warna-warna pastel, Taipa Village adalah surganya sebab hampir sebagian besar bangunan kunonya diwarnai dengan warna pastel.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Katanya: perjalanan yang menyenangkan akan terasa cepat berakhir. Itu pula yang saya rasakan selama berada di Hong Kong dan Macau kemarin. Terlepas dari sejumlah drama kecil yang terjadi sepanjang petualangan saya dan Mbak Ayu di dua daerah spesial administratif itu, tapi rasanya lebih banyak hal menyenangkan yang kami temukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Surprisingly,</i> walau begitu lekat dengan kesan hingar bingar dan kemewahan, tapi Macau dan Hong Kong tidak semahal yang saya duga sebelumnya. Asal tahu cara mengakali, seperti: memilih menginap di Hong Kong daripada Macau atau menggunakan <i>free shuttle bus</i> hotel kasino daripada angkutan publik selama di Macau, maka pengeluaran kita tidak akan terlalu membengkak. Oh, harus pandai mengerem nafsu berbelanja juga deh. Bikin kalap semua soalnya. :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: red;">Cost Day 4:</span></b></div>
<span style="color: purple;">1. Tiket kapal ferry Tsim Sha Tsui (HK) - Macau Ferry Terminal (Taipa): HKD 171 atau Rp 294.120,00</span><br />
<span style="color: purple;">2. Tiket public bus ke Macau Tower: MOP 3.20 atau Rp 5.504,00</span><br />
<span style="color: purple;">3. Serradura Gelatina Musang Mok Yi Kei: MOP 30 per cup atau Rp 51.600,00</span><br />
<span style="color: purple;">4. Cemilan seafood: MOP 30 atau Rp 51.600,00 dibagi dua : Rp 25.800,00</span><br />
<span style="color: purple;"><br /></span>
<b><span style="color: red;">Income Day 4:</span></b><br />
<span style="color: purple;">1. Kembalian Octopus Card: kurang lebih HKD 70 per orang atau Rp 120.400,00</span><br />
<span style="color: purple;"><br /></span>
<span style="color: purple;"><b>Total Pengeluaran Hari Keempat= Cost - Income = Rp 256.624,00</b></span><br />
<br />
dengan demikian, maka:<br />
<br />
<b><span style="color: red;">Pengeluaran Keseluruhan Macau-HK Trip kemarin adalah: Rp 1.088.088,00 + Rp 1.172.095,00 + Rp 338.410,00 + Rp 256.624,00 = <u>Rp 2.855.217,00 </u></span></b><br />
<b><span style="color: red;"><u><br /></u></span></b>
<span style="color: orange;"><b>Note:</b></span><br />
1. Tidak ada hostel atau hotel murah di Macau, jadi kalau ingin berhemat mending menginap di Hong Kong. Tarif paling murah per malam saat <i>off-season </i>di Macau adalah sekitar Rp 750.000,00 per malam.<br />
2. 1 MOP = 1 HKD, maka hitungan yang saya gunakan pun sama seperti postingan-postingan sebelumnya yakni 1 HKD = Rp 1.720,00<br />
3. Pengeluaran di atas tidak termasuk oleh-oleh yang saya beli ya. :p<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_3GMOwYMLbGFV3YhLDvR25ZHkbfc20ZDcG18EZmVW5E8lD5aMziBukLvtNHqCC66tcu0gwXD8DmmMO8pTwSzlPlhQGyv0PQomjGEg0RlxpeaHBzkPORciEntJiXhlCptAN_yszzl6PAs/s1600/20171214_201728.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="319" data-original-width="425" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_3GMOwYMLbGFV3YhLDvR25ZHkbfc20ZDcG18EZmVW5E8lD5aMziBukLvtNHqCC66tcu0gwXD8DmmMO8pTwSzlPlhQGyv0PQomjGEg0RlxpeaHBzkPORciEntJiXhlCptAN_yszzl6PAs/s320/20171214_201728.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung! A big thanks buat Mbak Ayu<br />yang sudah sabar nemenin jalan-jalan kemarin.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<b><span style="color: blue;">Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b><br />
<span style="color: purple;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-66152619837429815492018-04-12T13:18:00.002+07:002018-04-12T21:56:44.173+07:00Macau - HK Trip Day 3: Jatuh Cinta Pada Pulau Lantau<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDnA3iIYhp3_23J06zAKApudiSmP0M0l7lEM9ZYpK9okDGZjtps77hOnUcl_MNFR4-tuIbKvqfPUef7o0om_pSKGI22kRtAjeD5m1SY0hIEb6hDI2k4HDZiIz3v-PV3loAbSPypA2XN5g/s1600/DSC00700.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDnA3iIYhp3_23J06zAKApudiSmP0M0l7lEM9ZYpK9okDGZjtps77hOnUcl_MNFR4-tuIbKvqfPUef7o0om_pSKGI22kRtAjeD5m1SY0hIEb6hDI2k4HDZiIz3v-PV3loAbSPypA2XN5g/s320/DSC00700.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Kalau kemarin kami menggunakan MTR dengan jarak yang dekat, di hari ketiga kami berkesempatan mencoba salah satu rute yang lumayan panjang yakni menuju Stasiun Tung Chung. Dari Stasiun Mong Kok, kami harus melewati 8 stasiun pemberhentian serta sekali pindah jalur agar bisa sampai di stasiun yang masuk ke dalam wilayah Pulau Lantau, Daerah Teritori Baru (New Territories) ini. Perjalanan itu memakan waktu hampir satu jam lamanya dimana kami benar-benar merasakan perbedaan suasana di dalam kereta - dari yang semula penuh sesak, menjadi hanya tinggal beberapa gelintir orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Gugusan awan mendung telah terbentuk di atas langit Pulau Lantau saat kami keluar dari bangunan Stasiun Tung Chung dan berjalan menuju Terminal Gondola Ngong Ping 360. Awan mendung ini membawa angin dingin yang membuat siapa saja ingin berjalan cepat agar terhindar dari kedinginan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi itu, kami datang sedikit kepagian. Jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi, sementara Terminal Gondola baru beroperasi jam 10-an. Kami pun berdiri mengantre di luar bersama beberapa pengunjung lain, menunggu loket penukaran tiket mulai dibuka. Tiket gondola-nya sendiri telah kami beli di Indonesia, melalui aplikasi <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.traveloka.android&hl=en">Traveloka</a>. Kebetulan kemarin pas ada penawaran diskon 15 persen untuk atraksi wisata. Lumayan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada untungnya juga berangkat pagi, selain suasana masih sepi, kami bisa langsung menaiki gondola tanpa harus menunggu lama. Entah disengaja atau tidak, satu gondola yang biasanya muat diisi oleh 10 orang ini kemarin hanya diisi oleh enam orang dan semuanya adalah orang Indonesia! Kami sempat berkenalan dengan seorang wanita asal Semarang yang pergi <i>traveling</i> berdua bersama ibunya. Mereka ramah sekali, berbeda dengan dua orang wanita lain yang sekilas lihat dari gaya berpakaian mereka, <i>not really worth to have a conversation with them.</i> Yah, taulah maksud saya yang tipe bagaimana~</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gondola ini membawa kami semua menuju Ngong Ping Village, dengan waktu tempuh selama sekitar setengah jam. Perjalanan berangkatnya sih aman sentosa, tapi perjalanan pulang membuat saya membaca doa di dalam hati terus menerus. Angin kencang menerpa gondola kami dan sukses menggoncangkan gondola ke kanan maupun ke kiri dengan begitu seringnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheZeXpRuIr4EjTUVxPieUv58bWwX48kunmjvntzaaCWkGnRezb-VOQtnZFyht2Mx8axotBmLNe-eBNT0ztm5kVL0EFNaeDLHOa70FI1YFhkwX8h2NSOzNCtcMCtHr0XhUIR91wAsxmxJY/s1600/DSC00612.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheZeXpRuIr4EjTUVxPieUv58bWwX48kunmjvntzaaCWkGnRezb-VOQtnZFyht2Mx8axotBmLNe-eBNT0ztm5kVL0EFNaeDLHOa70FI1YFhkwX8h2NSOzNCtcMCtHr0XhUIR91wAsxmxJY/s320/DSC00612.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gondola dan pemandangan di sekitarnya.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Banyak pemandangan menarik yang bisa kita nikmati dari atas gondola, mulai dari Teluk Tung Chung, Taman Nasional Lantau Utara, Laut China Selatan, hingga Bandara Internasional Hong Kong - membuat perjalanan sejauh 5,7 kilometer ini jadi sedikit tidak terasa menakutkan.<br />
<br />
<b>Ngong Ping Village: Rumah dari The Big Budha dan Po Lin Monastery</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Hujan gerimis tipis mulai turun membasahi bumi ketika kami sampai di Ngong Ping Village. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menghalangi niat kami dan pengunjung lainnya untuk menikmati hal-hal yang ditawarkan oleh tempat itu. Untung saja, hujan gerimis ini hanya sekedar mampir. Tak lama berselang, cuaca berubah baik kembali.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya dan Mbak Ayu melanjutkan melihat-lihat. Suasana natal kembali terasa disana dengan berdirinya pohon natal berwarna perak, lengkap dengan replika kereta santa di salah satu sudut muka Ngong Ping Village. Sejumlah kafe, rumah teh dan toko cinderamata menjejali sisi kanan-kiri area tersebut dan sanggup menyihir para pengunjung untuk mampir atau sekedar melihat-lihat sebelum dan sesudah menyambangi The Big Budha.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFJdjfmxNy2xv8zjE6bQu09nr68fPqkEHJ6uB_MYyHWdoi-yuCLIEcGoiJ2iRuCbR_8vn5eLl2tFprSht99RrTKMp-MmV_ojjRLzJQ4CdHFZPcQifSXGkdZMJHIs2sua81nfMEO3XMBYE/s1600/DSC00629.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFJdjfmxNy2xv8zjE6bQu09nr68fPqkEHJ6uB_MYyHWdoi-yuCLIEcGoiJ2iRuCbR_8vn5eLl2tFprSht99RrTKMp-MmV_ojjRLzJQ4CdHFZPcQifSXGkdZMJHIs2sua81nfMEO3XMBYE/s320/DSC00629.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya dan Mbak Ayu berfoto di depan Tea House. Ada tur yang<br />
disediakan oleh rumah teh tersebut, tapi kami skip karena<br />
keterbatasan waktu dan dana. Ahahah.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifTmmgZrwrHWq7ly0awXmzz-_RZRDIXgyCChLVMgi4ghSe0SuBBPMfuREEJY7mlCmnNG_Zwj30eSj61Gm1-mSt3KbngG6_71werACabmPheIsnfIYgaQt-A9u49V79F-ljirgLLWwJ1UU/s1600/DSC00640.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifTmmgZrwrHWq7ly0awXmzz-_RZRDIXgyCChLVMgi4ghSe0SuBBPMfuREEJY7mlCmnNG_Zwj30eSj61Gm1-mSt3KbngG6_71werACabmPheIsnfIYgaQt-A9u49V79F-ljirgLLWwJ1UU/s320/DSC00640.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Christmas Vibes in Ngong Ping.</i></td></tr>
</tbody></table>
<i><br /></i>
Sebuah gerbang marmer setinggi sekitar tujuh meter menyapa di depan kami. Gerbang ini sekaligus menjadi penanda bahwa kami telah memasuki area utama dari Ngong Ping Village yaitu area The Big Budha dan Po Lin Monastery. Disini, gerimis kembali datang. Mbak Ayu segera membuka payung yang sudah ia bawa, sementara saya menutupi kepala dengan <i>hoodie</i> yang menjadi satu dengan jaket.<br />
<br />
Saya terkejut ketika melihat sapi baik berwarna cokelat atau hitam, tampak berkeliaran di sekitar sana. Sapi-sapi itu terlihat jinak dan sukses menjadi obyek foto bagi para wisatawan yang datang. Kawanan sapi ini dijaga oleh segerombolan anjing penjaga yang sangat terlatih. Ketika ada sapi yang mendekati area berjualan, gerombolan anjing langsung kompak menyalak dan bergerak menjauhkan sapi tersebut dari area tersebut.<br />
<br />
<i>"Kok jadi keinget sama Nara Park ya? Tapi ini versi sapi, bukan rusa",</i> kata Mbak Ayu kepada saya. Sebelum menemani saya ke Hong Kong dan Macau, teman saya itu memang sempat berwisata ke Jepang. Saya hanya bisa tertawa mendengarnya. Dalam hati saya berdoa, semoga suatu saat diberikan kesempatan pula untuk mengunjungi Nara Park di negeri matahari terbit.<br />
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhecAccHT1jHgzp4BFEHB5VIwHZ7BZjltLnP0PrT2KfppvREu39B-8LWU5ywHNo1tBhxMCyzVGZw73ut020Z1bKllyLpRORxZ8bP0yEXRMKEXpyJ4cBzkHPexl9IICrl8mtt1xuQKVPCNs/s1600/DSC00658.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhecAccHT1jHgzp4BFEHB5VIwHZ7BZjltLnP0PrT2KfppvREu39B-8LWU5ywHNo1tBhxMCyzVGZw73ut020Z1bKllyLpRORxZ8bP0yEXRMKEXpyJ4cBzkHPexl9IICrl8mtt1xuQKVPCNs/s320/DSC00658.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sapinya jinak-jinak. Moo!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<i>"Satya, aku tunggu di bawah aja ya. Kamu kalau mau naik, naik aja. Aku mau duduk disana saja",</i> tukas Mbak Ayu sambil menunjuk ke suatu arah. Yap. Siapapun yang hendak melihat The Big Budha dari dekat, memang terlebih dahulu harus melewati ujian berupa 268 anak tangga. Saya mengangguk dan bergegas menapaki anak-anak tangga itu satu per satu.<br />
<br />
Capek. Serius. Ada mungkin sekitar dua sampai tiga kali saya berhenti sebelum berhasil sampai di atas. Untung tidak cuma saya yang tampak kewalahan. Beberapa pengunjung lain juga berjalan naik dengan ekstra pelan sembari sesekali beristirahat. Anak-anak tangga itu juga jadi sedikit licin akibat air hujan yang membasahinya. Anehnya, setiap kali beristirahat dan mendongakkan kepala ke arah Sang Budha, badan ini serasa ditarik untuk meneruskan perjalanan kembali. Iya, semacam Sang Budha memberikan energi tambahan kepada saya.<br />
<br />
Saya senang saat akhirnya berada tepat di bawah Patung Budha itu. Namun, entah kenapa saya juga merasa kecil dan tak berdaya saat berada di dekat patung dari Budha Sakkyamuni yang memiliki tinggi 34 meter ini. Meskipun Tiongkok merupakan negara komunis, tapi The Big Budha adalah salah satu tempat ziarah utama bagi para penganut <i>Budhism</i> di seluruh dunia. Kemarin, saya sempat melihat beberapa peziarah yang tampak khusyuk berdoa sambil menitikkan air mata ketika berada di bawah Sang Budha.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqkkIvCz0mFYLulN1vKFZfjFOVYUda1s12op1C29LBbZSFfFeCPvE6HhmQYonZm3srS2cupmGm-RHsl9LF5M48HIfm_ngMhhUChoPNHXL40hh-6cWyisQnbifpau-Gw5FRnifFLLxgzOE/s1600/DSC00673.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqkkIvCz0mFYLulN1vKFZfjFOVYUda1s12op1C29LBbZSFfFeCPvE6HhmQYonZm3srS2cupmGm-RHsl9LF5M48HIfm_ngMhhUChoPNHXL40hh-6cWyisQnbifpau-Gw5FRnifFLLxgzOE/s320/DSC00673.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tiga wanita tengah berdoa di depan The Big Budha.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Setelah menemukan Mbak Ayu yang duduk di pojokan pintu masuk The Big Budha, kami melanjutkan petualangan dengan berjalan menuju Po Lin Monastery. Jaraknya tak begitu jauh dari pintu masuk The Big Budha, paling hanya lima menit berjalan kaki. Bau dupa langsung menyambut kami begitu mendekati kuil megah itu.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5o3v27UA41eqcW193IFU-AxNUVSSGuDAtqb9JSC7uCc7nyEqA5RViZH7uPkPQcvvoRFjSNKPqB0elpiLkZep01OT_JjdCaxqxsJv6bhvHuLI3i7UP4qeS1idxdgXInDMskZpsaljwvZA/s1600/DSC00676.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5o3v27UA41eqcW193IFU-AxNUVSSGuDAtqb9JSC7uCc7nyEqA5RViZH7uPkPQcvvoRFjSNKPqB0elpiLkZep01OT_JjdCaxqxsJv6bhvHuLI3i7UP4qeS1idxdgXInDMskZpsaljwvZA/s320/DSC00676.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Po Lin Monastery yang diambil <br />
dari area The Big Budha.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxxcbB_K8p8b8FPjRctNu_eD-Zvk38uN8oj4u53I2xlWqNNnDU0nn9ECqFPRtRQlPFbXsHeXuNQ65Pe8AOQkZON5NgEpt0wfYaTrZ91gImylg8oHXOS8cDyT-RDhX_e0HQ9zlhmaXf6-E/s1600/DSC00677.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxxcbB_K8p8b8FPjRctNu_eD-Zvk38uN8oj4u53I2xlWqNNnDU0nn9ECqFPRtRQlPFbXsHeXuNQ65Pe8AOQkZON5NgEpt0wfYaTrZ91gImylg8oHXOS8cDyT-RDhX_e0HQ9zlhmaXf6-E/s320/DSC00677.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Banyak sekali pengunjung yang berdoa di Po Lin.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Po Lin Monastery dibangun pada tahun 1903 oleh tiga biarawan yang berasal dari Provinsi Jiangsu di Tiongkok Daratan. Konon, di dalam kuil utamanya terdapat tiga patung perunggu dari Budha yang menggambarkan kehidupan masa lalu, masa kini dan masa depannya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0gEfgKGlXHysKOGs3GA2EJgD0DLsqdxgdi2I0AxuZ5Xjn5xuTS4tNXh9XarhYzojKvkS23MM0U2btPAL2wG_6bXbRGrS-T8mb5PuetavI48Rp9XZgZai6zN8WzTiGnyVZdKhnW9tzOCU/s1600/DSC00682.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0gEfgKGlXHysKOGs3GA2EJgD0DLsqdxgdi2I0AxuZ5Xjn5xuTS4tNXh9XarhYzojKvkS23MM0U2btPAL2wG_6bXbRGrS-T8mb5PuetavI48Rp9XZgZai6zN8WzTiGnyVZdKhnW9tzOCU/s320/DSC00682.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Potret biarawati yang tengah bertransaksi sayuran.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Po Lin Monastery juga menjadi rumah bagi ratusan biarawan dan biarawati yang memutuskan untuk melepaskan segala kemewahan duniawi selama berada disana. Salah satunya tampak dari cara makan mereka yang benar-benar tidak mengkonsumsi bahan makanan hewani. Bagi yang penasaran dengan cara makan ala biarawan, Po Lin Monastery menyediakan menu vegetarian di restoran yang dimilikinya. Kami sih memilih<i> pass </i>sebab kami harus bergegas menuju destinasi yang selanjutnya.<br />
<br />
<b>Tai O: Menyambangi Desa Nelayan Terakhir di Hong Kong</b><br />
<b><br /></b>
Dari Po Lin Monastery, kami memutuskan berjalan keluar dan menuju ke Terminal Bus Ngong Ping. Disana, kami berniat mencari bus yang akan mengantar kami menuju Tai O. Sayang, setibanya di terminal itu ternyata kami baru saja melewatkan bus yang ke arah sana, sedangkan jadwal keberangkatan selanjutnya masih sekitar satu setengah jam lagi. Saya melirik jam di gawai, <i>"ah, no good", </i>kami bisa kemalaman kalau mengikuti jadwal bis itu.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhic5lq5p_6-J8tL_J222s12l7EzlaPZzkR0jO0aROB7Ql6SS1-KV85VB0moIagcQC5pIqsasQbbHziR_040-w3E9olCoFN9zN7L7h77tMnUJxA2M2E_ZGSvj6hj3qmFgst-34PcsSQ4So/s1600/DSC00704.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhic5lq5p_6-J8tL_J222s12l7EzlaPZzkR0jO0aROB7Ql6SS1-KV85VB0moIagcQC5pIqsasQbbHziR_040-w3E9olCoFN9zN7L7h77tMnUJxA2M2E_ZGSvj6hj3qmFgst-34PcsSQ4So/s320/DSC00704.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Ayu menunggu bus yang tak kunjung datang.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tuhan maha baik. Ada cara lain untuk menuju ke Tai O walau lebih mahal, yakni menggunakan taksi. Tarifnya sekitar HKD 80 sekali jalan. Setelah sok <i>pedekate, </i>kami mendapatkan <i>partner</i> untuk berbagi taksi menuju ke Tai O yakni bersama pasangan pejalan (ibu dan anak) dari Korea Selatan. <i>Ah, another good kid does exist.</i><br />
<i><br /></i>
Perjalanan dari terminal bus menuju Tai O memakan waktu kurang lebih selama setengah jam, melewati jalan yang membelah gunung dan sungguh terasa sepi. Saya jarang sekali melihat mobil atau kendaraan lain yang berpapasan dengan taksi kami selama perjalanan menuju kesana. Bahkan, manusia yang sekedar berjalan di trotoar saja tidak ada.<br />
<br />
Sesampainya di Tai O, kami segera berpisah dengan pasangan ibu dan anak yang telah berbagi taksi dengan kami. Mereka berdua sepertinya hendak mengikuti tur melihat lumba-lumba merah muda - salah satu atraksi utama yang ditawarkan oleh Tai O. Sementara, kami lebih memilih untuk <i>sightseeing</i> sekaligus berburu kuliner disana.<br />
<br />
Tai O sendiri memiliki sejarah yang sangat panjang. Di sekitar abad ke 16-17, Tai O menjadi salah satu benteng pertahanan dan tempat persembunyian bagi tentara Portugis maupun Inggris. Meski dihuni oleh orang dari berbagai suku bangsa, tapi Tai O kerap dijuluki sebagai rumah dari Kaum Tanka - salah satu suku nelayan yang berasal dari Tiongkok Selatan. Tai O mengalami masa kejayaan di tahun 1940-an dimana ia pernah menjadi pusat produksi garam dan perikanan terbesar di Hong Kong.<br />
<br />
Kini, Tai O tak lagi secemerlang itu. Setiap tahunnya, cuaca berat seperti: taifun, hujan badai, dan tanah longsor kerap menerpa desa. Garam dan ikan juga sudah tak menjanjikan dan membuat beberapa tempat usaha disana tutup. Hal ini akhirnya membuat banyak anak muda yang memilih untuk merantau ketimbang menghabiskan waktu mereka di desa. Tai O pun berubah suram.<br />
<br />
Tak mau tinggal diam, Pemerintah Hong Kong mencoba menghidupkan kembali desa nelayan terakhir yang mereka miliki. Jalur yang mereka tempuh adalah lewat pariwisata. Tai O ditawarkan sebagai area wisata yang memiliki kesan kontradiktif dengan apa yang dijual oleh Hong Kong selama ini. <i>Yes</i>, tepat sekali. Pertarungan antara kesederhanaan dengan kemewahan, pertarungan antara kedamaian dengan keramaian. Perlahan tapi pasti, nama Tai O kembali terangkat.<br />
<br />
Saya dan Mbak Ayu pada awalnya memutuskan untuk menghabiskan hanya satu jam untuk berkeliling Tai O. Tapi kenyataannya, kami menambahkan ekstra waktu selama satu setengah jam lagi karena jatuh cinta dengan pesona desa itu, terutama makanannya.<br />
<br />
Bayangkan saja, baru menjejakkan kaki memasuki pasarnya kami langsung berhenti karena tergoda oleh bola-bola pedas yang terbuat dari ikan sotong. Berkeliling sebentar, kembali kami berhenti untuk membeli<i> egg-ball-waffle (a must try!</i> enak!), lalu membeli kue kelapa, kue donat isi kacang merah, dan terakhir bakwan isi sayuran-ikan. Blegh~<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUA3ZRNSvgSE93KFo0kdapKJC_AxZlJYLKeIMoH3TTKnyUpuTfCkLPOirF6ZxvBJqNRhlldf5mL5Fkcqwq5nJSUxUvcW3WNUs9WzkVEklUKhVfNlQGMAMe8Mlk6ChfJEBplCPK2atOCw8/s1600/DSC00716.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUA3ZRNSvgSE93KFo0kdapKJC_AxZlJYLKeIMoH3TTKnyUpuTfCkLPOirF6ZxvBJqNRhlldf5mL5Fkcqwq5nJSUxUvcW3WNUs9WzkVEklUKhVfNlQGMAMe8Mlk6ChfJEBplCPK2atOCw8/s320/DSC00716.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Cuttle fish ball </i>yang pedes nagih.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Nds3qzo-MRi8X1F7D4_kds2bl_s22yP_eJFoXVLQytHWxUru4ahxnfu6Ueg6Hvj04tKmblfFGrmI4CpLpmXuhcfnjixw_dqQFJaDxdRSbmdLrW6csdlPkGlW6BJoE7R5-tRqqr5BUcE/s1600/DSC00738.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Nds3qzo-MRi8X1F7D4_kds2bl_s22yP_eJFoXVLQytHWxUru4ahxnfu6Ueg6Hvj04tKmblfFGrmI4CpLpmXuhcfnjixw_dqQFJaDxdRSbmdLrW6csdlPkGlW6BJoE7R5-tRqqr5BUcE/s320/DSC00738.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>egg-ball-waffle lady. </i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4fJEmPU0o_P1ijghGNIxSn_qaSh1qpduH6SjSoOUqb4CB__7UBXgMXPjYQ8hUU7QHWGfInG4QNeTjNYLxcEkRftC872VTco9Uaf6KcWokcM2i5Ky894XG9fa3R1hXLWO6YlvOfkCxjo4/s1600/DSC00765.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4fJEmPU0o_P1ijghGNIxSn_qaSh1qpduH6SjSoOUqb4CB__7UBXgMXPjYQ8hUU7QHWGfInG4QNeTjNYLxcEkRftC872VTco9Uaf6KcWokcM2i5Ky894XG9fa3R1hXLWO6YlvOfkCxjo4/s320/DSC00765.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kue kelapa dan donat.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Selain mencicipi makanan, ada beberapa <i>spot</i> menarik yang bisa dilihat di Tai O seperti <i>drawbridge</i> yang sudah berusia 85 tahun lebih, kuil-kuil kecil, pasar, dan lapangan desa. Namun, banyak orang yang berpendapat bahwa <i>stilt house</i> atau rumah bedeng adalah pemandangan paling menarik yang bisa dilihat dari Tai O. Rumah-rumah ini mayoritas berwarna serupa yakni abu-abu, dan berbahan utama seng.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPb9zKPq98HzEHHcmZhxpa18vdMU1Tehxr3wfscVfapwXhdpl3XDAjHNDb4riAQQQzKPMouz7v5XdLI5iWNPYp35tXU29JXZ1S-fiTZQRAhY4RdY5ncho2ZkkCCoz4k-h2L9sT_ghzh-M/s1600/DSC00723.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPb9zKPq98HzEHHcmZhxpa18vdMU1Tehxr3wfscVfapwXhdpl3XDAjHNDb4riAQQQzKPMouz7v5XdLI5iWNPYp35tXU29JXZ1S-fiTZQRAhY4RdY5ncho2ZkkCCoz4k-h2L9sT_ghzh-M/s320/DSC00723.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rumah-rumah bedeng di sekitaran muara.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Adf9EKgiMoUgrU_RLPCwAapk_XUhTKXfyLqT-BSaPQFV_00RKTjtdwgMapawD372zy0CQhbyZfsp0c0Obbv7OESefg_N46ggh2FfqGpyWNRVzcMLuPCl26ZC2Aut_-3JZUKwSa7CCsc/s1600/DSC00751.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Adf9EKgiMoUgrU_RLPCwAapk_XUhTKXfyLqT-BSaPQFV_00RKTjtdwgMapawD372zy0CQhbyZfsp0c0Obbv7OESefg_N46ggh2FfqGpyWNRVzcMLuPCl26ZC2Aut_-3JZUKwSa7CCsc/s320/DSC00751.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya berlatar rumah bedeng. Meski judulnya rumah bedeng,<br />
tapi kebanyakan memiliki <i>air-con</i>.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9JWAT9J_8iveW8xJOqWwv8yAwUQ7jSKZJPgqoSyh0U9Tod5VY7cOVJ3SMdohoU_4pHaw2JNYgRYiH36nEBlADApufJfE1D1gdSFa6UZFwKbEfgfP58Ip01uG_uIN_yYIepDqwfJsOS4/s1600/DSC00771.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV9JWAT9J_8iveW8xJOqWwv8yAwUQ7jSKZJPgqoSyh0U9Tod5VY7cOVJ3SMdohoU_4pHaw2JNYgRYiH36nEBlADApufJfE1D1gdSFa6UZFwKbEfgfP58Ip01uG_uIN_yYIepDqwfJsOS4/s320/DSC00771.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">lapangan Desa Tai O dan salah satu kuilnya.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<i>Surprisingly, </i>kami menemukan banyak tenaga kerja wanita asal Indonesia di Tai O. Kebanyakan bekerja sebagai pengasuh lansia. Sedihnya, kemarin yang kami lihat adalah sejumlah tenaga kerja wanita yang - maaf, kurang ajar- dengan para majikannya. Sembari menemani majikan mereka berjemur, para TKW ini lantas saling bergerombol, sibuk bergosip, atau menjelek-jelekkan majikan masing-masing. Saya sempat mencuri dengar ada seorang TKW yang menyumpahi dan mengata-ngatai majikannya dengan Bahasa Jawa Kasar.<br />
<br />
Hati saya terasa kelu. Sungguh. Kok kaya <i>ndak</i> tahu rasa syukur begitu ya? Sudah bagus ada yang memberi pekerjaan, tapi balas budinya minus. Apalagi, kalian ini termasuk wakil dari penduduk Indonesia, loh. Mana yang katanya orang Indonesia ramah dan baik? Ah, mungkin mbak-mbak TKW itu lupa, setiap ucapan negatif kelak akan kembali ke dirinya sendiri, sekalipun kalian ucapkan dengan bahasa yang berbeda dengan si penerima.<br />
<br />
Jauh-jauh deh ah. Daripada ikut ketularan negatif~<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>I fell in love with Lantau Island! </i>Buat saya, Lantau adalah bagian favorit saya saat bertualang di Hong Kong. The Big Budha, Po Lin Monastery, dan Tai O - semuanya terbaik! Entah pada dasarnya saya bukan tipe orang yang suka dengan keramaian atau bagaimana, tapi ke-<i>laid back</i>-an yang begitu kental terasa selama penjelajahan kami di Lantau benar-benar membuat saya jatuh hati. Rasanya tak salah menjadikan Lantau sebagai destinasi hari terakhir kami di Hong Kong. Dan esok, kami bakal menyeberang kembali ke Macau. Ih, sedih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: red;">Cost Day 3:</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;">1. Tiket PP Ngong Ping Gondola (Standard Cabin): Rp 235.210,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;">2. Taksi Po Lin Monastery Bus Terminus - Tai O Fishing Village: HKD 80 atau Rp 137.600,00 dibagi 4 = Rp 34.400,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;">3. Jajan selama di Tai O: Kurang lebih HKD 40 atau Rp 68.800,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b>Total Pengeluaran Hari Ketiga= Rp 338.410,00</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">NOTE:</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Untuk menuju Tai O dari Ngong Ping selain menggunakan taksi juga bisa menggunakan Bus Nomor 21 dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam sekali jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Kurs HKD yang saya gunakan, sama dengan kurs di post hari pertama. 1 HKD = Rp 1.720,00.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPSbJlsiXYUrFZt7rOHIs-4QPZaovWTIVfAec5_dHN_OWmyVqW_JImSaEZaXqorZd1DUDxGdZNIpafte7ZNO8Wf1ijEgh-kKoj9iYiYAxtncXNDxFo5vJZ7UJ4rQk1iYXalV1CNlpEwZM/s1600/20171213_143029.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="319" data-original-width="425" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPSbJlsiXYUrFZt7rOHIs-4QPZaovWTIVfAec5_dHN_OWmyVqW_JImSaEZaXqorZd1DUDxGdZNIpafte7ZNO8Wf1ijEgh-kKoj9iYiYAxtncXNDxFo5vJZ7UJ4rQk1iYXalV1CNlpEwZM/s320/20171213_143029.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung! Foto ini kami ambil dari<br />
atas jembatan yang legendaris di Tai O.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-32673429597664554042018-03-04T12:47:00.002+07:002018-03-05T16:45:31.157+07:00Macau - HK Trip Day 2: Menjelajah Hong Kong Island<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQccEzZP9FAnpxsyvd-vHJeyHCWzyF2TjXegNP49x4fiCy5K5fwP1nCao8IunHxxVou-lNdnm18aRdckR0-oUqkNWGk06l3uzagxtS9nOGwuUFqtIJPkpW1RVDv_jOTlQqwFruZNlF3Bc/s1600/DSC00562.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQccEzZP9FAnpxsyvd-vHJeyHCWzyF2TjXegNP49x4fiCy5K5fwP1nCao8IunHxxVou-lNdnm18aRdckR0-oUqkNWGk06l3uzagxtS9nOGwuUFqtIJPkpW1RVDv_jOTlQqwFruZNlF3Bc/s320/DSC00562.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Hari kedua kami dimulai dengan rasa susah payah mengumpulkan nyawa di pagi hari. Sungguh, kalau kata si Dilan - <b><i>"yang berat itu rindu"</i>,</b> buat saya - <i><b>"yang berat itu bangun pagi ketika sedang berjalan-jalan</b>"</i>. Saya menengok ke sekeliling, semua teman sekamar kami masih pulas-pulasnya dalam tidur mereka. Teringat kalau kamar mandi bersama hanya tersedia tiga biji, saya segera membangunkan Mbak Ayu dan memberinya kode kalau hendak mandi duluan. Kode yang ditanggapi dengan gerangan khas dari orang yang masih setengah nyawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Satu setengah jam kemudian, kami berdua telah bersiap dengan tas <i>carrier</i> masing-masing di punggung. Iya, kami memang sekalian hendak <i>check out,</i> karena dua malam selanjutnya kami akan berganti hostel di area Mong Kok. Untungnya, proses <i>check out,</i> ya, tinggal pergi saja, tanpa perlu repot-repot memberi tahu ke resepsionis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Bah, dingin".</i> Itu kata-kata yang tercetus dari mulut begitu menjejakkan kaki keluar dari mansion hostel kami. Suhu udara di Hong Kong pagi itu berada pada titik 14 derajat celcius, dan kabarnya Bulan Desember adalah salah satu bulan terdingin disana. Dengan bergegas, kami berjalan menyeberang menuju ke arah Kowloon Park - sebuah area hijau yang terletak persis di seberang mansion hostel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kowloon Park: Antara Tai Chi dan Tokoh Karton</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kowloon Park terasa bagaikan oase yang menyegarkan, apabila dibandingkan dengan keriuhan area Tsim Sha Tsui baik ketika pagi, siang, sore maupun malam hari. Baru saja menjejakkan kaki di dekat pintu masuknya yang sedikit menanjak, suasana damai langsung menyapa.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ6pMt8K6joOZcxxjbb_7oaDQ9R5qzrz4mzILno5r-ZL8UJ8uVQLIKe1GEfllzCLHcK3Mjb1NLaa-pEfmAt9_iyKsOvHia57njBt7LZ5lwE0DJzX-pwnefWOc29ZKut_FSuNwHWwZqAW8/s1600/DSC00470.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ6pMt8K6joOZcxxjbb_7oaDQ9R5qzrz4mzILno5r-ZL8UJ8uVQLIKe1GEfllzCLHcK3Mjb1NLaa-pEfmAt9_iyKsOvHia57njBt7LZ5lwE0DJzX-pwnefWOc29ZKut_FSuNwHWwZqAW8/s320/DSC00470.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pintu masuk Kowloon Park.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Area terbuka publik seluas 13,3 hektar ini dibangun oleh Pemerintah Hong Kong pada tahun 1970 lalu. Tak tanggung-tanggung, kabarnya sekitar 70 bangunan yang dulu ada di atas lokasi dihancurkan demi terciptanya sebuah ruang hijau di ujung selatan Kowloon Peninsula itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kowloon Park ini paket serba lengkap. Mari kita sebutkan: danau buatan, taman bunga, berbagai fasilitas olahraga (<i>jogging track</i>, kolam renang baik <i>indoor</i> maupun<i> outdoor</i>), taman burung, taman patung hingga museum - semuanya ada disana. Termasuk pula, ia memiliki Avenue of Comic Stars - atraksi wisata gratisan yang menjadi alasan utama kami berdua menyambangi taman tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perjalanan mencari Avenue of Comic Stars di tengah taman seluas itu, kami sesekali berhenti untuk melihat aktivitas harian yang terjadi setiap pagi di Kowloon Park. Aktivitas pagi harian tersebut berupa <i>Tai Chi</i> - sejenis seni bela diri kuno di Tiongkok yang berfokus pada filosofi <i>yin</i> dan <i>yang </i>dalam setiap gerakannya. Walau bisa digunakan sebagai <i>self-defense</i>, namun lazimnya banyak praktisi yang lebih mencari manfaat sehat dari melakukan seni bela diri ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXmN5oImzbJXrXw51LXNDa2M1RPVk2LlXWlgwEmDJbGUEcCAaHo73b8KAfrG_9mDFiUgxHKNOFFDuJNGwiYTcOk1aWR0E9Se0xFvOTuhwbsgbF8IX_AP3E_iaara0J5jW8gq1sc7epmKI/s1600/DSC00474.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXmN5oImzbJXrXw51LXNDa2M1RPVk2LlXWlgwEmDJbGUEcCAaHo73b8KAfrG_9mDFiUgxHKNOFFDuJNGwiYTcOk1aWR0E9Se0xFvOTuhwbsgbF8IX_AP3E_iaara0J5jW8gq1sc7epmKI/s320/DSC00474.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>A fine morning to do Tai Chi.</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dengan bergerombol, beberapa praktisi <i>Tai Chi</i> (kebanyakan sudah kakek-nenek), tampak tersebar di beberapa area Kowloon Park. Biasanya mereka dibimbing oleh seorang instruktur yang memperagakan gerakan tertentu, lantas diikuti oleh para anggota kelompoknya. <i>And guess what</i>, <i>I found myself at peace after watching those grandpa and grandma movements. </i>Saya serasa sedang melihat gulungan ombak nan tenang di suatu pantai yang sunyi. <i>So calming!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Avenue of Comic Stars sendiri ternyata terletak pada salah satu pinggiran dari Kowloon Park. Tak besar, paling hanya berupa jalan kecil sepanjang 100 meter yang dipenuhi dengan sejumlah patung tokoh komik dan cap tangan para kreatornya. Yap, semuanya adalah komik lokal sehingga kami jarang tahu siapa mereka. Satu-satunya patung tokoh komik yang saya kenali disana adalah tokoh dari Old Master Q. ☺</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLCmOAWOA7QHPZfTW0Z0npkxybhpxPV7K1M_LwwkjJG0VAvdPIS1pmhkqo7dUZajVWyc8UUD7Rxxg6e2eceRnLt9Baf_7wVFRyiwO9hyJDc9TO6sMewyea9EECtWqLAaXLEO2qZMVpdps/s1600/DSC00491.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="363" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLCmOAWOA7QHPZfTW0Z0npkxybhpxPV7K1M_LwwkjJG0VAvdPIS1pmhkqo7dUZajVWyc8UUD7Rxxg6e2eceRnLt9Baf_7wVFRyiwO9hyJDc9TO6sMewyea9EECtWqLAaXLEO2qZMVpdps/s320/DSC00491.JPG" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Me and Old Master Q!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlhyphenhyphengtOId8mIm57-JBMxsDbJjAer9WljdV2EUkbAd5zlT5eTRNVWEJ9nwTh4B6YTAJTGzQfHqNuGqNAlBjU6SXNau6lIkgCugl_n3rgMv_zasfpqmLtTdOUNRE5USj8SsTRq_TAvhNN3g/s1600/DSC00493.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlhyphenhyphengtOId8mIm57-JBMxsDbJjAer9WljdV2EUkbAd5zlT5eTRNVWEJ9nwTh4B6YTAJTGzQfHqNuGqNAlBjU6SXNau6lIkgCugl_n3rgMv_zasfpqmLtTdOUNRE5USj8SsTRq_TAvhNN3g/s320/DSC00493.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div style="text-align: center;">
Mbak Ayu dengan Din Dong. Kami sebenarnya tak tahu</div>
<div style="text-align: center;">
itu komik apaan, tapi nama kucing Mbak Ayu pun bernama</div>
<div style="text-align: center;">
Din Dong. <i>What a coincidence.</i></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya sebentar kami berada di Avenue of Comic Stars, sebelum memutuskan untuk segera menuju ke Tsim Sha Tsui Station dan memulai penjelajahan kami di Hong Kong Island.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Menikmati Hong Kong Island Dari Ketinggian</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="color: blue;">"Hong Kong dulunya merupakan wilayah koloni Inggris sebelum diberikan kembali ke Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1997, lalu berubah menjadi daerah spesial administratif. Hong Kong terbagi ke dalam tiga wilayah utama, yakni: Kowloon Peninsula, Pulau Hong Kong, dan Daerah Teritori Baru (New Territories)"</span>. </b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan pertama kami di Hong Kong Island adalah Central Station - stasiun MTR terbesar seantero Hong Kong. Jarak antara Tsim Sha Tsui dengan Central Station sangat dekat, hanya terpisah satu stasiun dan memakan waktu kurang lebih 10 menit jika memakai MTR. MTR atau <i>Mass Transit Railway</i> merupakan mode transportasi utama kami selama berada di Hong Kong. Keretanya super nyaman, sementara peta rute yang disediakan mudah sekali dipahami bagi orang asing sekalipun.<br />
<br />
Ada alasan kenapa kami berdua harus menuju Central Station. Disanalah kami sudah membuat janji untuk bertemu dengan pemandu <i>Klook</i> yang akan mengantarkan menuju The Peak. Hah, kalian tidak tahu apa itu <i>Klook?</i><br />
<br />
Oke, jadi ada dua hal yang sangat membantu kami selama berada di Hong Kong. <b>Pertama</b>,<i> Octopus Card</i> - semacam kartu sakti yang bisa digunakan untuk menaiki semua mode transportasi sekaligus alat pembayaran bagi yang hendak berbelanja. Untuk tiket transportasi, apabila dibeli memakai <i>Octopus Card </i>biasanya jatuh lebih murah dibandingkan membeli langsung di konter atau mesin tiket.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR8P5J7alraU70VH3K2o0gRYOkCsugl0UOOrCcS0rbqB6HPfn8cNBG7Ot3d5LrdM1LsBq_4pcdEbcWbld6zjDGXKgwApJGGh2Ab6FXwaWij6u428wdfJb9ACvN8FAwWOezubapXVHxEQ4/s1600/20171212_095059.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="290" data-original-width="427" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR8P5J7alraU70VH3K2o0gRYOkCsugl0UOOrCcS0rbqB6HPfn8cNBG7Ot3d5LrdM1LsBq_4pcdEbcWbld6zjDGXKgwApJGGh2Ab6FXwaWij6u428wdfJb9ACvN8FAwWOezubapXVHxEQ4/s320/20171212_095059.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Octopus Card yang sakti mandraguna.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b>Kedua,</b> <i>Klook.</i> <i><a href="https://www.klook.com/id/?aid=2673">Klook</a></i> merupakan aplikasi pemesanan atraksi-atraksi wisata di seluruh dunia. Ini adalah senjata utama saya kalau kebingungan hendak melakukan apa ketika berjalan-jalan. Tinggal pilih negara atau kota, dan berbagai atraksi wisata pun bermunculan. Ada banyak keuntungan memakai <i>Klook: </i>tiket lebih murah daripada harga di konter resmi, ada garis antrian khusus, dan beberapa menyediakan jasa pemandu gratis.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPxz8ZC9nPxm9f8niQrOa2IJL7riBN3H3DlFRpePMru2YEjI-Nf6Sw_D9LPeH8wm40WsBPW_d0W1AlndKBwq6p0JhlouTqF-EmdwJ5uYc1OKBUM-jFHaHtKKE4QJBvI_pffPLK4ooKypU/s1600/DSC00548.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPxz8ZC9nPxm9f8niQrOa2IJL7riBN3H3DlFRpePMru2YEjI-Nf6Sw_D9LPeH8wm40WsBPW_d0W1AlndKBwq6p0JhlouTqF-EmdwJ5uYc1OKBUM-jFHaHtKKE4QJBvI_pffPLK4ooKypU/s320/DSC00548.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
Jam 12 siang waktu setempat adalah waktu yang kami sepakati bersama untuk bertemu dengan pemandu. Saya menengok jam, masih ada sekitar tiga jam lagi sebelum jam pertemuan itu. Saya dan Mbak Ayu lantas memutuskan untuk berkeliling di sekitar Exit K - salah satu pintu keluar dari Central Station yang menjadi titik pertemuan kami dengan pemandu.<br />
<br />
Selain taman yang cantik dan nyaman, ada beberapa hal yang bisa dilihat di sekitar Exit K. Berhubung natal hendak datang, maka sebuah pohon natal raksasa dihiasi ornamen berwarna perak dan oranye tampak berdiri menghiasi salah satu sudut di area terbuka yang ada disana. Ada pula, The Cenotaph - sebuah monumen perang yang dibangun pada tahun 1923 untuk mengenang mereka yang gugur di Hong Kong selama dua masa perang dunia.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyb3oZAV7tLq7qJKWodOvk1wY3JJLiF4tOIHlMGGvAHRrgZPPfY1IrPa-AkOhJxxMrVnQ0b5mS2eRmx2ZDLSgmfQpBwztCCkTewlj5UAjN5aTJccnQRMa-3uKOHZx_vH_RLXXbjoTK5lo/s1600/DSC00527.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="363" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyb3oZAV7tLq7qJKWodOvk1wY3JJLiF4tOIHlMGGvAHRrgZPPfY1IrPa-AkOhJxxMrVnQ0b5mS2eRmx2ZDLSgmfQpBwztCCkTewlj5UAjN5aTJccnQRMa-3uKOHZx_vH_RLXXbjoTK5lo/s320/DSC00527.JPG" width="212" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pohon natal di dekat Exit K.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQcLomGMLWtfuDcvShDXuBbaAyJeaTy_iPw53Txo0_ssYFmKkNSKSFeysEVeLtrjP8Yr_k68etNeHuu8yrDI4YIcZRlUtrBDFySTlIyESyi_kSF0LpPjEwUQXeD014Wspi90zwnfYydzk/s1600/DSC00546.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQcLomGMLWtfuDcvShDXuBbaAyJeaTy_iPw53Txo0_ssYFmKkNSKSFeysEVeLtrjP8Yr_k68etNeHuu8yrDI4YIcZRlUtrBDFySTlIyESyi_kSF0LpPjEwUQXeD014Wspi90zwnfYydzk/s320/DSC00546.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">The Cenotaph.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Seorang laki-laki lokal bertopi warna abu-abu dan membawa papan Klook, menyuruh seluruh peserta untuk berkumpul sebelum memulai perjalanan menuju The Peak. Sambil membagikan tempelan tanda pengenal dan tiket, ia menjelaskan peraturan apa saja yang harus kami patuhi selama menuju dan berada di The Peak. Jangan khawatir, penjelasannya menggunakan dua bahasa kok, Inggris dan Mandarin.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTHO7i5hoUImm9JEoc6rbP6SHKCa-zzQmIq-szHzVsjXuNXw4iAEv5V9OIh2bfFzxuAbN-uN6avSK5KMdRgfNzbZn1zf4zZt-IXd9eUj9IJf8gzaYwIYn40syqmENFx1YLikqFAMGbODE/s1600/DSC00550.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTHO7i5hoUImm9JEoc6rbP6SHKCa-zzQmIq-szHzVsjXuNXw4iAEv5V9OIh2bfFzxuAbN-uN6avSK5KMdRgfNzbZn1zf4zZt-IXd9eUj9IJf8gzaYwIYn40syqmENFx1YLikqFAMGbODE/s320/DSC00550.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemandu klook kami.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah memastikan semua peserta hadir dan memiliki tiket sesuai paket yang dipesan oleh masing-masing orang, ia bergegas menyuruh kami berbaris dan berjalan mengikutinya. Jalannya serba cepat, dan kami diarahkan memasuki halaman sebuah bangunan pencakar langit lalu lanjut menyusuri jalanan kecil yang terus menanjak.<br />
<br />
Melihat antrian orang yang hendak menuju The Peak, kami berdua seketika merasa beruntung karena menggunakan jasa <i>Klook. </i>Ada <i>special line</i> untuk kami semua, jadi hanya perlu menunggu sebentar untuk menaiki tram yang akan membawa kami menuju The Peak.<br />
<i><br /></i>Walau secara biaya agak mahal dibandingkan apabila menaiki bus, tapi tram menuju The Peak ini begitu saya rekomendasikan sebab kespesialan yang dimilikinya. Tram itu sudah beroperasi sejak tahun 1888 atau dengan kata lain telah berusia 130 tahun! Jalurnya sendiri dibangun sekitar tahun 1885 atas prakarsa dari Alexander Findlay Smith dengan memiliki total panjang sejauh 1,4 kilometer dan terus menanjak hingga ketinggian 400 meter.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtdElPQtAZTV0fjuh2A_ESa-spS35lxkZFJ5cXYSpH_PXRTXi1hB0XOKuivdHobMEjaLQqmNXc-c9Ix6vnlIdSxnfrLZKsQYlaGbKmvEXzq2aeqL2oybYFDezsqjXziM4cgCAKOhsrvYI/s1600/DSC00556.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtdElPQtAZTV0fjuh2A_ESa-spS35lxkZFJ5cXYSpH_PXRTXi1hB0XOKuivdHobMEjaLQqmNXc-c9Ix6vnlIdSxnfrLZKsQYlaGbKmvEXzq2aeqL2oybYFDezsqjXziM4cgCAKOhsrvYI/s320/DSC00556.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tram yang memasuki <i>Lower Terminus</i>.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Rasanya naik tram itu ngeri-ngeri sedap. Membayangkan keuzuran tram yang harus berjalan menanjak sepanjang perjalanan, mau tak mau membuat otak ini berpikir yang tidak-tidak. Tapi ternyata, perjalanan menuju The Peak damai sejahtera. Bahkan, panorama pelabuhan dan bangunan pencakar langit yang bisa kami nikmati sepanjang jalan terasa begitu memanjakan mata.<br />
<br />
<i>Upper Terminus</i> dari The Peak menjadi satu dengan sebuah kompleks perbelanjaan modern. Disanalah, saya dan Mbak Ayu berpisah dengan rombongan besar Klook. Jadi, paket <i>"The Peak Tram" </i>via Klook ini di-<i>bundle</i> dengan atraksi-atraksi lain dalam kompleks perbelanjaan modern itu. Ada paket yang berisikan tiket pulang pergi Tram plus Madame Tussauds Museum, ada paket plus Chocolate Museum, ada paket <i>ultimate </i>alias paket serba lengkap, hingga paket paling murah adalah yang kami berdua beli yakni paket berisikan tiket pulang pergi Tram plus Sky Terrace 428.<br />
<br />
Kami bergegas menaiki <i>elevator</i> menuju lantai paling atas kompleks perbelanjaan itu yang sekaligus menjadi pintu masuk Sky Terrace 428 - sebuah gardu pandang yang katanya tertinggi di Hong Kong. Ada keuntungan dari paket paling murah yang kami beli karena Sky Terrace masih terasa sepi gara-gara pengunjung lain tengah sibuk menikmati atraksi lain di bawah. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit dari atas,<i> without a doubt</i>, juara kelas. Tapi berhubung kami datang tepat di siang hari, maka panasnya matahari lama-lama membuat kami menyerah.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhederwB6qYU3IKmLfMXv6lkycKeu4qKQ4r4CaTPqlzCg6R6Blc5u5YaOuqaHQ8oFndZ1aMEFdrAWBPBqJzBSQ9zop38YgA9cwj7c2GH_q0oLDYT6Tklwea13v8MqDlas_uCfS3HIqoqxU/s1600/20171212_130827.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="389" data-original-width="497" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhederwB6qYU3IKmLfMXv6lkycKeu4qKQ4r4CaTPqlzCg6R6Blc5u5YaOuqaHQ8oFndZ1aMEFdrAWBPBqJzBSQ9zop38YgA9cwj7c2GH_q0oLDYT6Tklwea13v8MqDlas_uCfS3HIqoqxU/s320/20171212_130827.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Panas, kak.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebelum turun kembali menggunakan tram, kami menyempatkan mampir sebentar di Madness 3D Adventure - semacam wahana foto berlatar lukisan tiga dimensi yang tidak dipungut bayaran sepeser pun alias gratis! Wahana ini terletak di lantai ketiga kompleks perbelanjaan tadi, dan di dekatnya terdapat pintu keluar untuk menuju tram. <i>Yihaa,</i> <i>We love freebies!</i><br />
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-Vo2CGp7nSUXl5Dogbyzg2eiCPs8vtQfPgOeNZPbRTUf-fx9GLOEPfgT6XmybCX4xa715Nt_KUhxOqMGmy2qRUAV4xDrvfIdac2Shn7eSouktfw1vwUQgOuoW0RW5VwOajrBx00GmPIA/s1600/DSC00582.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-Vo2CGp7nSUXl5Dogbyzg2eiCPs8vtQfPgOeNZPbRTUf-fx9GLOEPfgT6XmybCX4xa715Nt_KUhxOqMGmy2qRUAV4xDrvfIdac2Shn7eSouktfw1vwUQgOuoW0RW5VwOajrBx00GmPIA/s320/DSC00582.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terinspirasi oleh Daenery Targaryen - inilah salah satu<br />
anggota klan yang hilang, Ayu Targaryen. ☺</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<b>Mencicipi Dim Sum Halal di Wan Chai</b><br />
<b><br /></b>
Sepulangnya dari The Peak, kami menuju ke tujuan selanjutnya yakni Wan Chai. Dari Central Station sebenarnya kami bisa saja naik MTR ke Wan Chai, tapi kami memutuskan mencoba mode transportasi lain yaitu Ding Ding atau sebangsa tram bertingkat yang memiliki lonceng di depannya,. Lonceng ini akan dibunyikan setiap ada penghalang di depan jalur tram, dan bunyinya "<i>ding ding, ding ding...</i>". Nah, tahukan sekarang kenapa disebut demikian oleh orang lokal?<br />
<br />
Ding Ding ini adalah transportasi termurah sepanjang kami berada di Hong Kong. Jalannya <i>slow </i>kaya di <i>bungalow.</i> Kalau ada yang kebingungan hendak kemana di Hong Kong tapi pengen jalan-jalan yang serba santai, maka Ding Ding inilah solusinya. Rute Ding Ding menjangkau Hong Kong Island dari ujung ke ujung. Dan, sensasinya luar biasa. Maksud saya, bisa naik kendaraan ala jaman perang dunia tapi masih eksis sampai sekarang? Kapan lagi kan, ya?<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUezbHDd3NXFF7ZNcd3Iarp5gB74w71hDQnQJrkDGNphjnpdxW0PflX0KENkiw3AOpvNdWcHr-2xVd_GZwGvvKbMO6pn3chyFwZq1EmOHybXS6OKatelVWEm5ZB46vtCJyF13j6BAY2SU/s1600/DSC00598.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUezbHDd3NXFF7ZNcd3Iarp5gB74w71hDQnQJrkDGNphjnpdxW0PflX0KENkiw3AOpvNdWcHr-2xVd_GZwGvvKbMO6pn3chyFwZq1EmOHybXS6OKatelVWEm5ZB46vtCJyF13j6BAY2SU/s320/DSC00598.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ding ding, ding ding, ding ding.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Wan Chai menjadi jujugan kami, dengan satu alasan utama: mencicipi dim sum halal. Katanya, tak akan lengkap perjalanan di Hong Kong kalau kalian tidak mencicipi dim sum-nya. Hong Kong memang terkenal akan surganya dim sum, sampai-sampai CNN Travel pernah menyebutkan kalau dim sum Hong Kong adalah makanan terenak nomer tujuh di seluruh dunia.<br />
<br />
Sayangnya bagi yang muslim, makanan ala <i>cantonese</i> ini kebanyakan mengandung daging babi di dalamnya. Makanya, begitu dengar ada dim sum halal di Wan Chai, saya langsung memasukkan itu sebagai <i>"a-must-do"</i> di rencana perjalanan. Dim sum halal-nya sendiri bisa kami temukan di <i>Islamic Canteen of Ammar Mosque and Osman Ramju Sadick Islamic Centre. </i><br />
<i><br /></i>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpxzrDg_QL9pyj4fCYZvnMInSKZSTXvtuKHqj9trG0vXl37B6CQ5EUQwl7QMS7ai-lJxnIU2_60DAVzT2kFESB_DGQTLM9MhrujQBfbl7AmUa6UxRdS3Esxo7O-j65UxN2AV_T-4kGp7w/s1600/DSC00595.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpxzrDg_QL9pyj4fCYZvnMInSKZSTXvtuKHqj9trG0vXl37B6CQ5EUQwl7QMS7ai-lJxnIU2_60DAVzT2kFESB_DGQTLM9MhrujQBfbl7AmUa6UxRdS3Esxo7O-j65UxN2AV_T-4kGp7w/s320/DSC00595.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saking panjangnya nama, ngefoto dari bawah bangunan<br />
saja tidaklah muat, pemirsa.</td></tr>
</tbody></table>
<i><br /></i>Sebuah bangunan berwarna abu-abu dan hijau menyambut kami di salah satu ujung jalan kecil yang ada disana. Begitu mencocokkan tulisan di dinding dengan informasi di <i>smartphone</i>, kami langsung masuk dan menaiki <i>lift</i> untuk menuju ke lantai lima. Begitu pintu lift terbuka, kantin super luas terlihat menyapa dengan bebauan yang sungguh menggoda iman.<br />
<br />
Setelah menemukan posisi tempat duduk, seorang pelayan lelaki menghampiri meja dan menyerahkan sepotong kertas menu dan secarik kertas pesanan yang bentuknya mirip kertas tabungan jaman saya sekolah dasar dulu. Lelaki itu juga berkata: <i>"kalau hendak memesan dim sum, langsung saja ke konter yang ada disana. Pilih dim sum yang mau kalian makan, dan pelayan akan mencatat semua makanan kalian". </i>Kata-kata yang kami sambut dengan mata berbinar.<br />
<br />
Kami kalap. Benar-benar kalap. Ada beraneka macam dim sum yang disajikan di meja konter itu. Seorang pelayan wanita yang bertugas disana menyebutkan nama seluruh jenis dim sum beserta penjelasan singkat apa isinya. Saya hanya sanggup mengingat tiga jenis saja: <i>xia jiao</i> atau <i>dumpling</i> rebus berisi udang, <i>xiao long bao </i>atau <i>dumpling</i> rebus yang di dalamnya berisi cacahan daging dan sedikit kuah kaldu yang khas, serta <i>guo tie</i> atau <i>dumpling</i> yang digoreng memakai teflon dan berisikan cacahan daging plus sayur. Satu, dua, tiga, empat, dan lima. Total kami berdua mengambil lima porsi dim sum yang ada disana.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBJwQGYnAtHuq-FWLi7kJvKrAlavtf-D6Hmh-DOiKHbhZDgTCWbZeWtSPTa23o_I3YxABTNVoAa4ispy1P4WHXbvWbOYuwUR5ydrr-c3c-yt4k9aLqJY8KqiYbB9Uo8UjS_bQNlX6Mzyc/s1600/DSC00593.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBJwQGYnAtHuq-FWLi7kJvKrAlavtf-D6Hmh-DOiKHbhZDgTCWbZeWtSPTa23o_I3YxABTNVoAa4ispy1P4WHXbvWbOYuwUR5ydrr-c3c-yt4k9aLqJY8KqiYbB9Uo8UjS_bQNlX6Mzyc/s320/DSC00593.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dari 5 ini, saya hanya hapal 3. <i>Xiao long bao</i> di kiri atas,<br />
<i>guo tie</i> yang disajikan memakai piring, sementara <i>xia jiao</i><br />
adalah yang ujung bawah kanan. 2 lainnya? Entah. :p</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Soal rasa, jangan ditanya. Top banget! Favorit saya jatuh pada <i>xia jiao</i> dan <i>xiao long bao</i>-nya. Kulit penutup <i>dumpling-</i>nya terasa kenyal dan lembut sekali. <i>Xiao long bao</i>-nya terutama, bikin serasa roh ini melayang-layang, saking enaknya. Harga? Muraah bangeeet. Dan, tidak ada hitungan pajak tambahan apapun.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari kedua kami di Hong Kong diakhiri dengan berbelanja di Ladies Market. Salah satu alasan kenapa kami berpindah hostel dari area Tsim Sha Tsui ke Mong Kok, ya, karena Ladies Market itu. Tak tanggung-tanggung, dua malam kami habiskan di hostel yang persis berada di depan pusat oleh-oleh murah Hong Kong tersebut. Jadi setiap habis jalan-jalan, kami pasti langsung cabut mengecek Ladies Market sebelum beristirahat di hostel.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifwOsKl5F6wX91j7tRUiMFgJ-WCTGmpL9VyBZktS1iJ0HBdvWiIgnosmlAutAt0rhVFjsGlYq-Vn1dxh8xczy_X4FMp_07r0ObQ5_edUm1YJleQUs5dDBmN0ovqACvn_BeBXm10qyZBnY/s1600/DSC00782.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifwOsKl5F6wX91j7tRUiMFgJ-WCTGmpL9VyBZktS1iJ0HBdvWiIgnosmlAutAt0rhVFjsGlYq-Vn1dxh8xczy_X4FMp_07r0ObQ5_edUm1YJleQUs5dDBmN0ovqACvn_BeBXm10qyZBnY/s320/DSC00782.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu sudut di Ladies Market.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hostel kami di Mong Kok super nyaman. Satu kamar hanya ada empat kasur, dan memiliki kamar mandi di dalamnya. Ini baru manusiawi, tak seperti barak militer di hostel kemarin. Ah, tak sabar rasanya menanti petualangan kami esok hari. Petualangan hari ketiga sekaligus hari terakhir di Hong Kong. Semoga semuanya menyenangkan!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLhMHIGFdobIqq_OzCUXRwOI-5_jIIOmrU-AAvBNgnGXCgyioZ7ocb2yDd7vYHyhJqZXbc_BP99mYf0D8v0ASwLp85UEx94rQ8qH7pfbSNdRRew1SeXFkL0qBR3lkXqwzYN5yAgMtQb4Q/s1600/DSC00601.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="363" data-original-width="546" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLhMHIGFdobIqq_OzCUXRwOI-5_jIIOmrU-AAvBNgnGXCgyioZ7ocb2yDd7vYHyhJqZXbc_BP99mYf0D8v0ASwLp85UEx94rQ8qH7pfbSNdRRew1SeXFkL0qBR3lkXqwzYN5yAgMtQb4Q/s320/DSC00601.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>The best hostel!</i></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: red;">Cost Day 2:</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;">1. Beli Octopus Card: HKD 150 atau Rp 258.000,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;">2. Beli atraksi wisata di Klook (The Peak Tram, Gondola Venetian Hotel, Afternoon Tea Set di Macau Tower): Rp 980.000,00 dibagi dua = Rp 490.000,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;">3. Makan dim sum halal: HKD 80 atau Rp 137.600,00 dibagi dua = Rp 68.800,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;">4. Hostel di Mong Kok (Dua malam, 1 bed in mixed dorm) = Rp 355.295,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b>Total Pengeluaran Hari Kedua: Rp 1.172.095,00</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;"><br /></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">NOTE:</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Ada uang pengembalian dari Octopus Card, dan akan saya masukkan dalam perhitungan hari keempat besok.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Kurs HKD yang saya gunakan, sama dengan kurs di post hari pertama. 1 HKD = Rp 1.720,00</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwUB3RTZRrK_nZUaeBgD7vjV-Reou5doE1HArLYHpa34eBp7rc4LFy3xkETsmYcOoz-y3Wbmv-GHF_d-CVg_q-4y0kkG9rDb0VLZP8J-Ome4MjySRgpf07kYCfm6qeIHSq4T41unsPLG0/s1600/20171212_130122.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="389" data-original-width="518" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwUB3RTZRrK_nZUaeBgD7vjV-Reou5doE1HArLYHpa34eBp7rc4LFy3xkETsmYcOoz-y3Wbmv-GHF_d-CVg_q-4y0kkG9rDb0VLZP8J-Ome4MjySRgpf07kYCfm6qeIHSq4T41unsPLG0/s320/20171212_130122.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung!</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Salam Kupu-Kupu ^^d</b></span><br />
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-67133217090282713362018-01-23T17:44:00.000+07:002018-02-16T20:36:24.362+07:00Macau - HK Trip Day 1: Pagi Di Makau, Malam Di Hong Kong<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFCixpr-xwYF-J01i8Xvt-05Lh8rm5dKwcVDKJ7tYxMS07tJiLTfF68KW2FNoJGoUGo2VYju5-lQSfO_UKlZanyKuDBvxUUOX6nL9Mq8KmLr37ZmF1Bd4VE_ysiy2dhzqBNvHLnO_EI5Q/s1600/DSC00337.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFCixpr-xwYF-J01i8Xvt-05Lh8rm5dKwcVDKJ7tYxMS07tJiLTfF68KW2FNoJGoUGo2VYju5-lQSfO_UKlZanyKuDBvxUUOX6nL9Mq8KmLr37ZmF1Bd4VE_ysiy2dhzqBNvHLnO_EI5Q/s320/DSC00337.JPG" width="320" /></a></div>
<i><span style="color: purple;"><b><br /></b></span></i>
<i><span style="color: purple;"><b><br /></b></span></i><br />
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="color: purple;"><b><i><span style="color: purple;"><b>“So many of our dreams at first seem impossible, then they seem improbable, and then, when we summon the will, they soon become inevitable.”</b></span></i></b></span></i></div>
<br />
<span style="color: red;">– Christopher Reeve</span><br />
<span style="color: red;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Semua bermula dari kegaduhan pada sebuah grup jalan-jalan yang saya ikuti di <i>Facebook. </i>Salah seorang anggota mengabarkan tengah ada tiket promo Jakarta-Makau lewat salah satu situs pemesanan yang cukup terkemuka. Saya yang awalnya skeptis, lantas iseng mengecek kebenaran berita itu setelah tergoda dengan embel-embel "bisa dibayar memakai kartu debit". Perjuangan mengotak-atik tanggal, mengisi data, dan pembayaran pun terlewati. Tak lama, masuklah sebuah surel yang berisikan dua tiket<i> round trip </i>Jakarta - Makau ke dalam alamat surel saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tertegun. Hah? Ini serius saya dapat tiket seharga Rp 440.000,00 per orangnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
11 Desember 2017. Saya akhirnya mengakui kalau "keberuntungan itu ada" setelah tertusuk udara dingin begitu menjejakkan kaki di Airporto Internacional De Macau. Saya langsung tersenyum bahagia dan mengajak Mbak Ayu - salah seorang teman kuliah, untuk bergegas membereskan urusan imigrasi agar bisa segera menjelajah salah satu daerah spesial administratif dari Republik Rakyat Tiongkok ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selepas mengurus secarik kertas ijin masuk (Pemegang Paspor Indonesia bebas visa selama 30 hari), saya dan Mbak Ayu pun berjalan menuju pintu keluar. Dalam perjalanan keluar inilah kami berjumpa dengan dua wanita Indonesia lainnya, Mbak Tary dan Mbak Marlin, sesama petualang yang mendapatkan tiket promo kemarin. Kami berempat akhirnya memutuskan untuk berpetualang bersama di Macau, sebelum menyeberang ke Hong Kong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Menikmati Pagi Di Makau</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berhubung kami sama-sama belum memiliki uang pecahan kecil Macanese Pataca (MOP) maupun Hong Kong Dollar (HKD) maka niat untuk menaiki bus umum langsung dari bandara menuju San Ma Lo (Senado Square) pun kandas. Kami lantas berjalan kaki menuju Macau Taipa Ferry Terminal selama sekitar 10 menit untuk menaiki <i>free shuttle bus </i>yang disediakan oleh jaringan hotel kasino di Makau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami sempat salah arah akibat saya yang salah membaca peta. Bus pertama yang kami naiki justru membawa kami ke Gallaxy Hotel, hotel yang berada di satu pulau dengan Bandara Internasional Makau. Padahal, menurut informasi yang sudah saya baca sebelumnya, Senado Square berada di pulau yang lain. Ah, kalian bingung? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Jadi, Makau terbagi menjadi dua bagian atau dua pulau: Taipa dan Coloane. Sebagai patokan, Bandara Internasional Makau berada di Pulau Taipa, sementara kebanyakan destinasi wisata (selain kasino) justru berada di Pulau Coloane. Otomatis, kami harus menyeberang pulau apabila hendak melihat San Ma Lo, A-Ma Temple, atau Macau Tower sekalipun. Pilihan mode transportasi yang bisa digunakan: bus umum, taksi, atau <i>free shuttle buss</i> dari jaringan hotel kasino. Yang disebut terakhir memang agak ribet karena harus menghafal jaringan hotel satu dengan yang lainnya, tapi enaknya adalah gratis,<i> full wi-fi,</i> dan ber-AC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke pelataran Gallaxy Hotel, akibat kami yang masih terdiam di depan sana, seorang petugas hotel lantas mendatangi kami dan bertanya kenapa tidak segera masuk. Dengan sedikit ketakutan, saya pun mencoba menjelaskan kalau kami sepertinya salah arah. Tujuan kami hendak ke Senado Square, bukan ke Hotel Gallaxy.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"There's no direct shuttle bus to Senado Square",</i> jawab si mas petugas. Glek. Mampus. Batin saya waktu itu. Untungnya, tak lama kemudian mas petugas menjelaskan kalau kami bisa naik <i>shuttle bus </i>ke arah Macau Outer Ferry Terminal di Pulau Coloane, lantas naik <i>shuttle bus</i> dari Hotel Grand Lisboa. Kami hanya bisa mangut-mangut sembari mengekor si mas yang mengarahkan kami ke baris antrian untuk menuju ke Macau Outer Ferry Terminal. Baik ya, masnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekali oper bus dan sekitar setengah jam kemudian, kami sampai di hotel kasino pertama yang kami masuki di Makau: Grand Lisboa. Beuh, saya langsung teringat suasana mall terbesar di Jogja tapi dipenuhi dengan ornamen berwarna keemasan dan barang-barang mewah. Kami hanya sebentar di dalam hotel kasino itu karena tujuan utama adalah menuju Senado Square.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjr6S2vxGTULYcXnjL_ikmG5UNCHz34X6QVVTqO67zeTKw2wfnAFckmNEC9lFXJq8GIh-mM4WdKbnvj_LHk9jYODi0rD7toWJR2oNTGaek1eXqTs2bAkI6_1H4bKtrnz68b16nf685T7dw/s1600/DSC00300.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjr6S2vxGTULYcXnjL_ikmG5UNCHz34X6QVVTqO67zeTKw2wfnAFckmNEC9lFXJq8GIh-mM4WdKbnvj_LHk9jYODi0rD7toWJR2oNTGaek1eXqTs2bAkI6_1H4bKtrnz68b16nf685T7dw/s320/DSC00300.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Atap Hotel Grand Lisboa. Bangunan ini disebut-sebut<br />
sebagai salah satu <i>landmark</i> modern Makau karena<br />
bentuknya yang unik.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMSbMDL_mC26vYi0QEtWFmVvepDt7TPxDNZC1EvqFcxbcI8BsetiYR_zBpNybJGBrOgMPNY1THzO-s1Y74uw7OyrVPXlxT2ePChGZwUJHnGQdL2r9f0jJF2JWmAn1YBFNmE0b65VW-mkg/s1600/20171211_102410.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="340" data-original-width="454" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMSbMDL_mC26vYi0QEtWFmVvepDt7TPxDNZC1EvqFcxbcI8BsetiYR_zBpNybJGBrOgMPNY1THzO-s1Y74uw7OyrVPXlxT2ePChGZwUJHnGQdL2r9f0jJF2JWmAn1YBFNmE0b65VW-mkg/s320/20171211_102410.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dari kiri-kanan: Mbak Tary, Mbak Marlin, <br />
saya dan Mbak Ayu. Foto <i>group selfie</i> pertama<br />
di Makau.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Dari halaman depan Hotel Grand Lisboa, kami berjalan kaki ke arah kanan selama sekitar 15 menit sebelum sampai ke Senado Square. Suasana liburan langsung terasa. Senado Square tampak penuh oleh pengunjung. Ornamen-ornamen natal juga mulai menghiasi di beberapa tempat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Senado Square bukanlah sekedar alun-alun atau titik kumpul massa semata, disinilah bangunan-bangunan bersejarah banyak berdiri. Di ujung jalan utama Senado Square, kami menjumpai bangunan St. Domingo's Church - sebuah gereja bergaya Barok yang dibangun oleh tiga misionaris asal Dominika (saat masih berupa wilayah jajahan Spanyol) pada tahun 1587.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmrENwdDGUmnJ39OHqtSBQ6LvfIXr0D3NYXYIfNwbw2GiMsP2NYzCUEbNCCds3Nvsz2sOaA0Y_cnG4B6v3AFMa7CZDQ-xhlFi9xDkwQxRvQiqM0wi5bM5g5kfarWYyygHOG2ijg6Jgdik/s1600/DSC00312.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmrENwdDGUmnJ39OHqtSBQ6LvfIXr0D3NYXYIfNwbw2GiMsP2NYzCUEbNCCds3Nvsz2sOaA0Y_cnG4B6v3AFMa7CZDQ-xhlFi9xDkwQxRvQiqM0wi5bM5g5kfarWYyygHOG2ijg6Jgdik/s320/DSC00312.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gereja Santo Domingo.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Gereja berwarna kuning gading ini bisa dimasuki siapa saja, dari jam 10 pagi sampai 6 sore, tapi kami memutuskan untuk tidak masuk mengingat kondisi yang tengah memanggul <i>backpack</i> besar di punggung. Takut mengganggu mereka yang datang untuk berdoa.<br />
<br />
Aroma panggangan kue yang begitu menggoda selera acap tercium di sepanjang jalan kecil Senado. Di Senado Square ini pulalah banyak toko yang menjajakan <i>egg tart </i>- sejenis kue yang mulanya berasal dari Portugis sebelum dicipta ulang oleh Andrew Stow pada tahun 90-an dan menjadi terkenal hingga kini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKTio-9mV7PGeu62tOKNO8mid7KUQuSYZNK62uezV6rzGSNTR5-Kv8YMrwWDHsCtqFEiPw2AOb-vwlR3hj0yHK1Pk1QrrmrlJWgCVZK0pCfbHoIID4C5GBsAq3cQJ1vsphHYzUW9XnBSs/s1600/DSC00325.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKTio-9mV7PGeu62tOKNO8mid7KUQuSYZNK62uezV6rzGSNTR5-Kv8YMrwWDHsCtqFEiPw2AOb-vwlR3hj0yHK1Pk1QrrmrlJWgCVZK0pCfbHoIID4C5GBsAq3cQJ1vsphHYzUW9XnBSs/s320/DSC00325.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu pegawai Pastelaria Koi Kei tampak sedang<br />
memasukkan<i> fresh baked egg tart</i> ke dalam mesin<br />
penghangat.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdmvc1UrDaOUeTHQwjHkgwOySEU81eHs_xqnRQ_k3STJFCaxTvI0k_ms-3rhPZ1u_BPdqYeJ_tSzq7XKmg6137mxvNhlHRUDyKxC-bmiwrTdo61UKhaNhNPG_1JGaKptCHF9jq52g8kUY/s1600/DSC00326.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdmvc1UrDaOUeTHQwjHkgwOySEU81eHs_xqnRQ_k3STJFCaxTvI0k_ms-3rhPZ1u_BPdqYeJ_tSzq7XKmg6137mxvNhlHRUDyKxC-bmiwrTdo61UKhaNhNPG_1JGaKptCHF9jq52g8kUY/s320/DSC00326.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Walau kecil, tapi mengenyangkan nah ini.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kami kemarin membeli <i>egg tart</i> di Pastelaria Koi Kei dan rasanya sungguh membuat bahagia, apalagi perut kami sama sekali belum terisi makanan semenjak turun dari pesawat. Ada empat hal yang saling berlawanan, tapi terasa begitu sempurna manakala dipadankan, dalam setiap gigitan <i>egg tart</i>. Keempat hal itu adalah rasa manis dan asin, serta tekstur yang renyah dan lembut. Ah, wajib dicoba! Apalagi kalau memakannya saat masih hangat. Duh!<br />
<br />
Tinggal beberapa langkah dari Pastelaria Koi Kei, sampailah kami di Ruinas de Sa Paulo atau Ruins of Saint Paul's - <i>landmark</i> paling tersohor dari Makau. Sesuai dengan namanya, bangunan bersejarah ini hanyalah berupa reruntuhan sisa dari Mater Dei atau Kompleks Kampus dan Gereja Santo Paul. Kompleks ini mulai dibangun pada tahun 1602 oleh Kongregasi Jesuit, dan menjadi Gereja Katolik terbesar di Asia pada waktu itu. Sayangnya, kebakaran yang terjadi akibat bencana taifun pada tahun 1835 memberangus nyaris seluruh bangunan kompleks. Menyisakan bagian fasad (sisi luar) gereja dan 68 anak tangga yang menuntun menuju kesana.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6QY7p3hAnkaiKQWFP-CL-vbn4-lHQFOtG5riEaBFeWRtpDBPUMouqVG3_5-Xg45nJ0wJZ9Gvsc0vWAGnMU37uD7znO4pvfNsydPy-v-eg8mUTGOfnGo9aym64ZFlv5oxTfRWTKK9QGxM/s1600/DSC00333.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6QY7p3hAnkaiKQWFP-CL-vbn4-lHQFOtG5riEaBFeWRtpDBPUMouqVG3_5-Xg45nJ0wJZ9Gvsc0vWAGnMU37uD7znO4pvfNsydPy-v-eg8mUTGOfnGo9aym64ZFlv5oxTfRWTKK9QGxM/s320/DSC00333.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ruins of St. Paul's dari dua patung sepasang kekasih (?).<br />
Ahahah, saya juga kagak ngerti itu patung apaan. 😆</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixXLkcTCiCKuhyLJh_GmFNc_njafwRMuiRNd8kEzXTj99PVdLULVD44q-aGKr9OoFStidvuZLOcnV2JTGVUaYYl8KD1wNcfWYPA4tedAOa0rnvSSEBtokc8hqXkIeZLmB1wPmF0em07TM/s1600/DSC00343.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="477" data-original-width="318" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixXLkcTCiCKuhyLJh_GmFNc_njafwRMuiRNd8kEzXTj99PVdLULVD44q-aGKr9OoFStidvuZLOcnV2JTGVUaYYl8KD1wNcfWYPA4tedAOa0rnvSSEBtokc8hqXkIeZLmB1wPmF0em07TM/s320/DSC00343.JPG" width="213" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya di depan Fasad Ruins of St.<br />
Paul's.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Penuh. Ruins of Saint Paul's benar-benar penuh oleh pengunjung siang itu. Semua bagian tangga tampak dipenuhi oleh pengunjung yang datang berombongan besar. Ada yang menarik dari para rombongan itu, asumsi saya mereka turis lokal. Setiap mereka akan difoto grup, mereka kompak meneriakkan yel-yel yang entah apa artinya, dengan begitu riuhnya. Awalnya, kami berpikir itu yel-yel per grup, tapi ternyata setiap grup sepertinya meneriakkan hal yang sama. Jadi, mau berenam, bersepuluh, atau berdua puluh, mereka akan meneriakkan yel-yel yang terdengar sama dan diakhiri kata: "yeyy!". Lucu, sampai tanpa sadar kami ikut menirukan berteriak "yey!" setiap mendengar yel-yel itu.<br />
<br />
Tak ingin pening melihat lautan manusia, saya dan Mbak Tary memutuskan untuk kabur ke Fortaleza do Monte - sebuah benteng pertahanan yang terletak di sisi kanan atas dari Ruins of Saint Paul's. Benteng ini awal mulanya digunakan oleh Kongregasi Jesuit untuk melindungi Gereja Santo Paul dari serangan perompak, tapi kemudian direbut oleh Pasukan Kolonial Portugis dan digunakan untuk mempertahankan Makau sebagai salah satu wilayah jajahan mereka di Asia.<br />
<br />
Kami berdua harus sedikit mendaki dan menapaki anak-anak tangga sebab lokasi benteng ini berada di atas sebuah bukit. Namun, pengorbanan itu terbayar dengan pemandangan <i>skyline</i> dari Makau. Replika meriam yang digunakan pada tahun 1860 juga bisa kita lihat memenuhi relung-relung benteng. Cakep deh!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4qIil2zjzJACVWRiAIysXPXbB9Hn1d8QNHSt5GhvhTmby-3Lhly1jPQYe_vhUwyE7UHJ_rpd-doNuBU8RlMwXcSMRtwnZ4kiQ_t3RHy35GgDGO-RjK5YvPNh4hhCdsH2_fwCA4S4pVXE/s1600/DSC00348.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4qIil2zjzJACVWRiAIysXPXbB9Hn1d8QNHSt5GhvhTmby-3Lhly1jPQYe_vhUwyE7UHJ_rpd-doNuBU8RlMwXcSMRtwnZ4kiQ_t3RHy35GgDGO-RjK5YvPNh4hhCdsH2_fwCA4S4pVXE/s320/DSC00348.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Tary siap memeriam Hotel Grand Lisboa. 😎</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikoTEgtxx8wKB6pgzr5oOUUBhBWSEl7W_D-Gl0EFG9fD9rkXd5kv12AEwFAo-adqum2o8SLcmOuEtTTEx7vAn5Gp69yVDD_W3MQuXXqAkU17rxjBe7iGBqlkgXQ1Rv7W1Hv_REOQpL4Iw/s1600/DSC00368.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikoTEgtxx8wKB6pgzr5oOUUBhBWSEl7W_D-Gl0EFG9fD9rkXd5kv12AEwFAo-adqum2o8SLcmOuEtTTEx7vAn5Gp69yVDD_W3MQuXXqAkU17rxjBe7iGBqlkgXQ1Rv7W1Hv_REOQpL4Iw/s320/DSC00368.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Skyline Makau dari atas Fortaleza do Monte.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: justify;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc7LxzhuiqzRQvdViLHRtoRqNEAvKbyk3CKB30fm45h9oFa31hj59MJFxGK55z4kZlIzHUhJPe1DonGmUqHL_TDHVkwRXLKKZEaDpaIhyphenhyphenJs4FRtM1Y9wxkkZWurKrm4d2kwchmaQn8DHY/s1600/DSC00366.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc7LxzhuiqzRQvdViLHRtoRqNEAvKbyk3CKB30fm45h9oFa31hj59MJFxGK55z4kZlIzHUhJPe1DonGmUqHL_TDHVkwRXLKKZEaDpaIhyphenhyphenJs4FRtM1Y9wxkkZWurKrm4d2kwchmaQn8DHY/s320/DSC00366.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div>
A story behind this photo. Banyak yang bilang kalau orang <br />
Tiongkok itu kasar-kasar. Tapi sumpah, selama ngetrip kemarin<br />
saya justru banyak bertemu orang lokal yang baik-baik. <br />
Foto ini misalnya, diambil oleh seorang kakek. Jadi, ceritanya <br />
saya membantu dia foto duluan. Abis itu kami berpisah. <br />
Rupanya, si kakek mengikuti kami untuk sekedar "payback" alias<br />
membantu mengambil foto. Padahal, kami tidak minta sama sekali. </div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b>Menikmati Malam Di Hong Kong</b><br />
<br />
Setelah menempuh perjalanan satu jam lamanya dengan menggunakan kapal feri dari Macau Outer Ferry Terminal, sampailah kami di Kowloon, Hong Kong. Sehabis mengurus ijin masuk yang lagi-lagi berupa secarik kertas kecil, kami pun melenggang keluar dari Kowloon Ferry Terminal yang bangunannya jadi satu dengan sebuah mall itu.<br />
<br />
Dari sana, kami berempat lantas berjalan kaki menuju hostel yang telah kami pesan sebelumnya di area Tsim Sha Tsui. Jaraknya tak jauh, hanya 15 menit berjalan kaki, saya dan Mbak Ayu telah sampai di Haiphong Mansion - semacam apartemen kecil yang di salah satu lantainya terdapat hostel yang kami pesan. Kami pun berpisah dengan Mbak Marlin dan Mbak Tary karena mereka memesan hostel yang berada di Chunking Mansion, sekitar satu blok jauhnya dari mansion kami.<br />
<br />
Semua terasa kecil dan sempit, baik itu kamar tidur maupun kamar mandi di hostel yang kami tempati. Satu ruangan kamar bahkan diisi dengan lima ranjang susun yang muat dipakai oleh sepuluh orang. Sialnya, dari sepuluh ranjang, hanya satu saja yang tak terisi. Untung saja, seluruh teman sekamar kami tidak ada yang aneh-aneh.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXJT2yXeb0YT3VopQx9rzSdHIgNPW8XpF0I1zrCFVAOe0PHH2m0PZ8tIU39LJ87xDoes3U-QiMb6-fkybY8IF0NkByEABTaeyFZSw50qBUn1cqYrHwgZB2JvmDuBx9BgXQJO-mTuUoqAg/s1600/20171211_171127.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="451" data-original-width="338" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXJT2yXeb0YT3VopQx9rzSdHIgNPW8XpF0I1zrCFVAOe0PHH2m0PZ8tIU39LJ87xDoes3U-QiMb6-fkybY8IF0NkByEABTaeyFZSw50qBUn1cqYrHwgZB2JvmDuBx9BgXQJO-mTuUoqAg/s320/20171211_171127.jpg" width="239" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Boo! Selfie saya di kamar yang super sempit.<br />
Lihat jarak saya dengan ranjang susun<br />
di belakang, padahal posisi saya duduk<br />
di atas ranjang yang saya tempati.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya tergagap ketika melihat jam sudah menunjukkan waktu setengah delapan malam waktu setempat. Niat awalnya, saya dan Mbak Ayu hendak tidur sebentar sebelum mencari makan malam, eh tapi ternyata kami justru kebablasan. Sedikit panik karena sudah mendekati waktu dimulainya Symphony of Lights - sebuah atraksi cahaya laser yang menyorot dari bangunan pencakar langit di Hong Kong.<br />
<br />
Dengan kilat, kami mempersiapkan diri dan segera keluar dari hostel untuk menuju ke Tsim Sha Tsui Promenade - semacam area terbuka yang menurut <i>review</i> disebut sebagai salah satu tempat terbaik untuk menikmati Symphony of Lights. Kami berjalan menembus arus manusia di pinggir Nathan Road, yang semuanya berjalan serba cepat untuk melawan hawa dingin malam itu.<br />
<br />
Tsim Sha Tsui begitu hidup di kala malam. Deretan gerai maupun mall yang menawarkan apa saja mulai dari perhiasan, kosmetik, obat-obatan, makanan, hingga barang-barang bermerk tampak memenuhi sisi kanan dan kiri dari Nathan Road. Semuanya serba gemerlap ketika malam menjelang. Tak mengherankan apabila area ini sering disebut sebagai surganya berbelanja. Kami? Kami tentu saja tak kelawatan berbelanja, tapi cukup di 7-eleven untuk membeli beberapa cemilan. 😆<br />
<br />
Kami tertolong dengan sebuah jalan bawah tanah untuk berjalan menuju ke Tsim Sha Tsui Promenade. Jalan bawah tanahnya walau agak gelap dan banyak botol minuman keras berserakan, tapi hangat. Saya sampai malas keluar lagi kalau tidak ingat harus menyaksikan Symphony of Lights.<br />
<br />
Tsim Sha Tsui Promenade sendiri letaknya tak jauh dari pintu keluar jalan bawah tanah itu. Area terbuka ini terletak persis di pinggir Victoria Harbour. Kami sempat melihat cahaya laser berwarna hijau menyorot dari atas beberapa bangunan pencakar langit yang berada di seberang kami. Tapi hanya sebentar, barang semenit-dua menit, lantas tak ada lagi sorotan cahaya tersebut.<br />
<br />
Saya dan Mbak Ayu hanya bisa saling berpandangan. Kok <i>ndak</i> ada lagi? Kami tunggu sekitar sepuluh menitan, tapi tetap tidak menyala lagi. Saya lantas mencoba googling dan tertampar kenyataan kalau Symphony of Lights hanya menyala selama delapan menit dari jam 20.00 waktu setempat. Yailaah, kebagian buntutnya doang. 😟😟<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1Dk20GllwB7a9kv4c0V7BHFu2NAAcysJ4tzPjF-I2Pp130iRl67FeL7gvRnW1zptyuTR6TyzV7Jsvd1uSZRwkvR1uc_zqw979uNM77G0N3wCMT4RU4Wry0ZBH5NFpeuUuuYxA6szMYRc/s1600/20171211_201828.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="407" data-original-width="722" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1Dk20GllwB7a9kv4c0V7BHFu2NAAcysJ4tzPjF-I2Pp130iRl67FeL7gvRnW1zptyuTR6TyzV7Jsvd1uSZRwkvR1uc_zqw979uNM77G0N3wCMT4RU4Wry0ZBH5NFpeuUuuYxA6szMYRc/s320/20171211_201828.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suasana Victoria Harbour kala malam.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOK8Gmbmfvk6p_rCithGp5hcLEjQOHIAZhbPNRezMSPk6kxtSqfwkUhCn8fsDx8CrHJUpMmz2qMA34gJ5Ibw9lrqn4SwHAKlMklqsMekh2-VwbHc3dNMBWNmC_ArN6U2KJ-Tim-nA5Pvk/s1600/20171211_203340.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="340" data-original-width="454" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOK8Gmbmfvk6p_rCithGp5hcLEjQOHIAZhbPNRezMSPk6kxtSqfwkUhCn8fsDx8CrHJUpMmz2qMA34gJ5Ibw9lrqn4SwHAKlMklqsMekh2-VwbHc3dNMBWNmC_ArN6U2KJ-Tim-nA5Pvk/s320/20171211_203340.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kebagian buntutnya doang, ndak papa ya mbak? </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Untuk mengobati kekecewaan, kami menyempatkan mampir ke Garden of Stars. Ini adalah sebuah tempat wisata sementara, selama Avenue of Stars tengah dirombak habis-habisan dari November 2015 yang lalu sampai akhir tahun 2018 ini. Beberapa patung dan jejak tangan dari artis-artis terkenal Hong Kong dan Tiongkok pun dipindahkan dari Avenue of Stars ke Tsim Sha Tsui East Waterfont Podium Garden atau yang sekarang dikenal sebagai Garden of Stars.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIdINWBWdj4JuJhbSzhvjZdGWCdg5tK61P_tjizmbZueWdmdvby0irRzBtG6tYvx4cIi3v3FwoUL1D7-PBYUGjGzwa-1fjXjCGmySkKkFCbuwLAtH_v252WtQd8lA3cJawgNVQ5hJlGwY/s1600/DSC00464.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIdINWBWdj4JuJhbSzhvjZdGWCdg5tK61P_tjizmbZueWdmdvby0irRzBtG6tYvx4cIi3v3FwoUL1D7-PBYUGjGzwa-1fjXjCGmySkKkFCbuwLAtH_v252WtQd8lA3cJawgNVQ5hJlGwY/s320/DSC00464.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Patung Bruce Lee yang sebelumnya menghuni Avenue of<br />
Stars kini sudah dipindahkan sementara di Garden of<br />
Stars. Wataa!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebut saja jejak tangan dari: Aaron Kwok, Nicholas Tse, Gong Li, Cecilia Cheung hingga Louis Koo tersaji di taman tersebut. Sejujurnya, saya tak begitu familiar dengan aktor maupun aktris Tiongkok. Bahkan, dari puluhan nama, saya paling hanya tahu tak sampai 10 orang. Berbeda dengan Mbak Ayu yang mantap berkata: <i>"ini loh yang main film bla bla bla", "ih ini kan yang aktris eksentrik itu"</i>. Bah, kami memang datang dari generasi yang berbeda. Tee-hee!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy1jVmuSVHiX4r0BaVxYlc3vCBIUyUFhGFXQ8B6d_laKKT4VVE-O4sbOS3kd4ONrw4SVRslYACk7ytVeuG9fCRJuUb3g_nnlA1E5EVHHnoqvWKGgkcLTQ9o0FJnFgDWJFISqXFj6LUp9I/s1600/DSC00432.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy1jVmuSVHiX4r0BaVxYlc3vCBIUyUFhGFXQ8B6d_laKKT4VVE-O4sbOS3kd4ONrw4SVRslYACk7ytVeuG9fCRJuUb3g_nnlA1E5EVHHnoqvWKGgkcLTQ9o0FJnFgDWJFISqXFj6LUp9I/s320/DSC00432.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tangan Mbak Ayu kalah kecil sama tangannya Kara<br />
Wai Ying Hung. 😝</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn5ExpUnpuRrpu3ceP1qElMxY9_VnkxfmqHByH2SNkCMUHb4b9wqyFOVLpDm-mp_0vfURkTnQkAIQQCJMpodVsYKs8glhqX7Vp0u0NkJnCKWNY4aDN1cn4cp_y2SNzSZrSgP6nCQ6qzsM/s1600/DSC00455.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn5ExpUnpuRrpu3ceP1qElMxY9_VnkxfmqHByH2SNkCMUHb4b9wqyFOVLpDm-mp_0vfURkTnQkAIQQCJMpodVsYKs8glhqX7Vp0u0NkJnCKWNY4aDN1cn4cp_y2SNzSZrSgP6nCQ6qzsM/s320/DSC00455.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Err, kok Mbak Ayu kaya vampir ya di foto ini?<br />
Jadi kemarin saya jalan-jalan bareng vampir?<br />
*kabur*</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Teringat belum makan besar seharian, sepulangnya dari Garden of Stars, kami memutuskan untuk mencari makan. Di hari pertama, kami masih idealis. Mencari restoran yang ada embel-embel "halal"-nya. Pilihan kami jatuh pada Restoran India yang berada di mansion yang sama tempat kami menginap, tapi berbeda lantai.<br />
<br />
Setelah mendapat posisi duduk di meja yang berada pada samping jendela, kami lantas memesan satu porsi nasi biryani, satu porsi gulungan daging kambing cincang bakar, dan dua air mineral. Saya akui, semua makanan yang kami pesan enak, rempah-rempahnya begitu terasa. Tapi, inilah makanan termahal yang kami makan selama petualangan di Makau dan Hong Kong. Gemesnya lagi, hitungan pajaknya seenak udel. Asal dibulatin ke atas aja biar genap, sehingga pihak restoran tidak perlu memberikan kembalian uang receh. Sial.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizYMIRiPUJR-i0x728S4mdyoCoapEUCdDDKvh9JHBlTwqqEb0x2Z7W7DxTr7q0a2eI_kPPE7cKCtxt5KbttZBLaJNBKxnKGJ-sYvLIp925R5CD5Zi8m63UUVUw4qkqkqdRd4i-AF2zjjs/s1600/DSC00468.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizYMIRiPUJR-i0x728S4mdyoCoapEUCdDDKvh9JHBlTwqqEb0x2Z7W7DxTr7q0a2eI_kPPE7cKCtxt5KbttZBLaJNBKxnKGJ-sYvLIp925R5CD5Zi8m63UUVUw4qkqkqdRd4i-AF2zjjs/s320/DSC00468.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makanan ala India. Cukup sekali aja ya.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<br />
Hari pertama kami terasa begitu melelahkan. Sudah dapat <i>red-eye flight, </i>mobilitas kami juga luar biasa tinggi. Pagi di Makau, malam di Hongkong. Dan, malam itu kami tertidur dengan begitu pulasnya meski sebelum tidur kami sempat mendengar dua teman sekamar saling beradu dengkuran. Ah, <i>masa bodo</i>. Mari kita tidur!<br />
<br />
<br />
<b><span style="color: red;"><u>Cost Day 1:</u></span></b><br />
<span style="color: purple;">1. Tiket Pesawat Jakarta-Makau pp: Rp 440.000,00</span><br />
<span style="color: purple;">2. Egg Tart: HKD 10 atau Rp 17.200,00</span><br />
<span style="color: purple;">3. Tiket Kapal Feri Macau Outer Ferry Terminal - Kowloon: HKD 160 atau Rp 275.200,00</span><br />
<span style="color: purple;">4. Makan malam di Restoran India: HKD 200 / 2 : HKD 100 atau Rp 172.000,00</span><br />
<span style="color: purple;">5. Biaya Menginap di Apple Inn Tsim Sha Tsui (1 bed di Mixed Dorm): Rp 183.688,00</span><br />
<span style="color: purple;"><br /></span>
<span style="color: purple;"><b>Total Pengeluaran Hari Pertama: Rp 1.088.088,00</b></span><br />
<br />
<span style="color: orange;"><b>NOTE:</b></span><br />
1. Jangan menukar uang ke Macanese Pataca, mending tukar uang ke Hong Kong Dollar. MOP hanya bisa dipakai di Makau, sementara HKD bisa dipakai di Makau dan Hong Kong.<br />
2. Kalau memutuskan memakai bus umum di Makau, siapkan uang receh sebab mereka tidak akan memberikan uang kembalian sebesar apapun uang yang kamu berikan.<br />
3. Ada dua <i>ferry terminal</i> yang terdapat di Makau: Macau Taipa Ferry Terminal dan Macau Outer Ferry Terminal. Keduanya berada di pulau yang berbeda. Silahkan pilih mana yang terdekat, sesuai posisi kalian.<br />
4. Kurs HKD yang saya gunakan untuk perhitungan di atas adalah kurs hari ini, 1 HKD = Rp 1.720,00.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVrlcLm9Io3jKSg7Yy_MU6ITGVfcf0K_iT96fCMUMEbt6RK4OOXsoxuQVYIIZwSUtXSq05WPcFpBJzWnniqja4be6LKe6HRWocNK4SDpDy5SaQp_XdBQ1UaIwvgFm71q7itNbdLI-yzkU/s1600/20171211_114507.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="340" data-original-width="454" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVrlcLm9Io3jKSg7Yy_MU6ITGVfcf0K_iT96fCMUMEbt6RK4OOXsoxuQVYIIZwSUtXSq05WPcFpBJzWnniqja4be6LKe6HRWocNK4SDpDy5SaQp_XdBQ1UaIwvgFm71q7itNbdLI-yzkU/s320/20171211_114507.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah mampir!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b><span style="color: blue;">Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b><br />
<br />
<br /></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-3385118326917194912018-01-08T17:03:00.000+07:002018-01-10T22:48:23.895+07:00Pekalongan: Bukan Sekedar Batik<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH6CO-ABKxQjncBPVbYtOGUGGgHfxUHrSIGxPhh7OBiVfuEPwx54kJEjN8r-UAGcwc9LXa7I3TxIlErH7UhoThu9iHBRv0weTvUAOuMLIuImLWKjTPsnW3bCPaAC3Wkv-LxbalhdVtylY/s1600/DSC00049.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH6CO-ABKxQjncBPVbYtOGUGGgHfxUHrSIGxPhh7OBiVfuEPwx54kJEjN8r-UAGcwc9LXa7I3TxIlErH7UhoThu9iHBRv0weTvUAOuMLIuImLWKjTPsnW3bCPaAC3Wkv-LxbalhdVtylY/s320/DSC00049.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Kota Batik. Itu mungkin jawaban yang diberikan oleh kebanyakan orang ketika ditanyai pendapat mereka mengenai Pekalongan. Hal ini sebenarnya wajar saja terjadi mengingat <i>branding</i> besar-besaran yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap Kota Pekalongan adalah soal batik. <b><i>World City's of Batik,</i></b> katanya. Batik Pekalongan sendiri memang salah satu noktah penting dalam dunia perbatikan Indonesia. Disanalah <i>melting pot </i>dari penduduk asli dengan bangsa asing lainnya, seperti Tiongkok, Belanda, Arab, Asia, Melayu serta Jepang. Pembauran antar bangsa yang telah berlangsung sejak jaman lampau inilah lantas menghasilkan apa yang kita kenal dengan Batik Pekalongan kini. Batik yang terkenal akan keragaman corak dan kecerahan warnanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Dalam hari kedua kunjungan keluarga kami di Pekalongan, Museum Batik menjadi salah satu obyek wisata yang tak luput saya sambangi bersama kakak dan adik. Rasanya, jalan-jalan ke Pekalongan kurang lengkap kalau tidak berkunjung ke Museum Batik. <i>Branding</i> pemerintah berhasil, setidaknya untuk kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan tiket masuk yang terbilang murah, hanya Rp 5.000,00 per orang, kami bisa melihat keindahan aneka corak batik (baik Batik Pekalongan atau batik dari daerah-daerah lain) yang tersaji di berbagai ruang pamernya. Saya sendiri langsung merasa beruntung. Bisa sedekat itu dengan banyak karya seni yang tak ternilai harganya, sungguh memberikan kepuasan batin. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-kb4mJeMFxaxuXa_3kcAFjTFJMP0ZJyrHxSzXu34er4i0hnMpwNBpwBD68epZ1Ingfv-fToFtBjlWu0tXZPx4pdav8QzhYPnVAEtWDlC9qqMQk-J34hS0-aktZARCpaSJ9IZwsneX0xM/s1600/DSC00077.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-kb4mJeMFxaxuXa_3kcAFjTFJMP0ZJyrHxSzXu34er4i0hnMpwNBpwBD68epZ1Ingfv-fToFtBjlWu0tXZPx4pdav8QzhYPnVAEtWDlC9qqMQk-J34hS0-aktZARCpaSJ9IZwsneX0xM/s320/DSC00077.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suasana salah satu ruang pamer di Museum Batik. Cakep!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dan mari kita sudahi pembahasan soal Batik Pekalongan sebab sebagaimana judul dari postingan ini, Pekalongan bukan sekedar batik. Saya malah akan mengajak kalian semua untuk mengenal Pekalongan lebih jauh melalui kekayaan kulinernya. Apakah kalian siap?</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mencicipi Nasi Megono Modif di Warung Pojok</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Nasi Megono adalah makanan khas yang dengan mudah akan kita temui manakala sedang mengunjungi wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah yang meliputi Pekalongan, Batang, dan Pemalang. Namun, Kota Pekalongan adalah pusat sekaligus titik mula dari makanan yang konon dulunya digunakan sebagai persembahan bagi Dewi Sri - dewi kesuburan di kalangan Hindu Jawa, Sunda, maupun Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sego Megono, begitu masyarakat Kota Pekalongan, lebih sering menyebut menu makanan yang terdiri dari nasi ditambah sayur nangka muda yang dicacah dan dicampur dengan parutan kelapa itu. Biasanya, sego megono dijual dalam bungkusan yang dibungkus memakai daun pisang atau jati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemarin, kami mencoba sego megono di Warung Pojok yang terletak sekitar 50 meter dari Stasiun Pekalongan. Sego megono yang kami coba terbilang sego megono modif karena sudah disajikan di atas piring dan bisa bebas memilih lauk yang kami mau. Ada beraneka lauk yang ditawarkan oleh warung yang selalu ramai setiap jam makan siang ini, mulai dari telur, ayam, hingga kikil.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDgWuDo9iscACrIyS3e7mkg7vGqNFYavdaoTpX6t_2lRI_yXwtCnAKy6az4HRBVnIYIJ5AbfpO3_ia29QLkB52WkaneYYyl-XrOORkrV-PakFvW9i51ilx0fb1MaBw9nCq92gP0VYY5U0/s1600/DSC00177.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDgWuDo9iscACrIyS3e7mkg7vGqNFYavdaoTpX6t_2lRI_yXwtCnAKy6az4HRBVnIYIJ5AbfpO3_ia29QLkB52WkaneYYyl-XrOORkrV-PakFvW9i51ilx0fb1MaBw9nCq92gP0VYY5U0/s320/DSC00177.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nasi megono dengan lauk kikil.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya memesan sego megono setengah porsi ditambah lauk kikil. Rasanya lumayan enak, apalagi kalau dimakan bersama tempe mendoan yang tepungnya setengah matang dan masih hangat. Bah, kenikmatan hakiki! Satu porsi sego megono di Warung Pojok dibanderol sebesar Rp 7.000,00 - Rp 15.000,00 tergantung lauk yang dimakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sop Kaki Kambing Haji Khusni yang Bikin Blenger</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Alun-Alun Kota Pekalongan menjadi markas dua lapak sop kaki kambing Haji Khusni. Sop kaki kambing ini aslinya bukan berasal dari Pekalongan, melainkan dari Jakarta. Namun, sop kaki kambing Haji Khusni telah ikut meramaikan khazanah kuliner Pekalongan sejak lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6ygvkkyQBfjy_l5_bwyB-_g5o5kpNy16g5-31BF631P_EUqWgboKOA0VTCDzreupmXBEO2UNWqEk-QpIvWkmDwRpWL6ZncGHWWDZnMkl09j2wzCLgWXFUUHH6V1TWPsNhkvg9dDvbRVE/s1600/DSC00214.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6ygvkkyQBfjy_l5_bwyB-_g5o5kpNy16g5-31BF631P_EUqWgboKOA0VTCDzreupmXBEO2UNWqEk-QpIvWkmDwRpWL6ZncGHWWDZnMkl09j2wzCLgWXFUUHH6V1TWPsNhkvg9dDvbRVE/s320/DSC00214.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Para pekerja lapak sop kaki kambing<br />
tengah menyiapkan makanan.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dalam satu mangkok sop kaki kambingnya, selain terdapat potongan kaki kambing, terdapat pula potongan daun bawang, kentang rebus, tomat muda, dan <i>emping. </i>Kuah sop kaki kambingnya sendiri berupa kuah kaldu yang terbuat dari tulang-tulang kaki kambing dicampur dengan santan kental. Untuk menambah cita rasa dari kuahnya, kita bisa menambahkan dengan sambal dan kecap sesuka hati.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpMsB2C1PneMPE9OlgpzkIh_B71INkTV633X2yZGqAqYhVf-OQztx-OzNwckaVbId2GVx5ilJo18Ibpdg6OMXOQbVXaPM2zz63awOxMQKdGHbyeLaWaktihUvUd-GRjqgEftmmmSus40M/s1600/DSC00228.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpMsB2C1PneMPE9OlgpzkIh_B71INkTV633X2yZGqAqYhVf-OQztx-OzNwckaVbId2GVx5ilJo18Ibpdg6OMXOQbVXaPM2zz63awOxMQKdGHbyeLaWaktihUvUd-GRjqgEftmmmSus40M/s320/DSC00228.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sop Kaki Kambing H. Khusni</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Mblenger. </i>Sebenarnya, sop kaki kambing itu enak, tapi lama-lama bikin eneg. Saya yang memesan nasi setengah porsi saja, rasanya butuh waktu lama untuk menandaskan semua makanan di depan saya. Ya bagaimana tidak eneg, kalau harus memakan daging, kentang, dan nasi secara bersamaan. Pakai kuah santan pula. Haduh!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lain kali, kalau kesana lagi saya pasti akan memesan sop kaki kambing tanpa memakai nasi. Kalau tidak pesan satu sop untuk dua orang, karena porsinya lumayan besar. Satu porsi sop kaki kambing disini dijual seharga sekitar Rp 28.000,00 - Rp 30.000,00 per porsinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Serba Ada di Rumah Makan Mbak Julaikha</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Keluarga kami tergoda untuk mampir ke rumah makan berdinding warna hijau ini akibat melihat keramaian pengunjung di malam sebelumnya. Kami baru kesampaian untuk mencoba langsung makanan di rumah makan itu pada siang hari di hari selanjutnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu, hanya kami sekeluarga yang makan disana dan begitu masuk kami dibingungkan hendak memilih apa saking beragamnya makanan yang ditawarkan. Kabar baiknya, kebanyakan makanan merupakan makanan khas Pekalongan. Sebut saja: soto tauto, nasi megono, hingga garang asem balungan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tentu saja memilih garang asem balungan. <i>Surprisingly,</i> tampilan garang asem balungan sungguh berbeda dengan garang asem-garang asem yang pernah saya makan sebelumnya. Kalau biasanya, garang asem itu dibungkus dengan daun pisang, berkuah santan yang kemudian diberikan potongan cabai dan belimbing wuluh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi, garang asem balungan benar-benar berbeda. Makanan ini disajikan di atas mangkok, berkuah hitam pekat mirip rawon, dan di dalamnya selain balungan daging sapi adalah potongan tomat, daun bawang, irisan seledri, taburan bawang merah goreng, dan satu buah telur rebus masak kecap. Soal rasa? Jangan ditanya. Saya rasa semua makanan berbahan daging pasti enak. Yang jelas garang asem balungan ini tidak bikin eneg.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZR4SdVwsrbVFTwhAnYTp66IXUoAlAKQ5e2mHfEPWuN6lzHC-DPU7PB3XgjBDBO_dESU6lAtSzg4A_9EhdKVGxh9SrW0gg337zYa0ZipO43CTs6tjiAQqBwGA_AhsXqkjG0utYd8Ss5HQ/s1600/DSC00237.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZR4SdVwsrbVFTwhAnYTp66IXUoAlAKQ5e2mHfEPWuN6lzHC-DPU7PB3XgjBDBO_dESU6lAtSzg4A_9EhdKVGxh9SrW0gg337zYa0ZipO43CTs6tjiAQqBwGA_AhsXqkjG0utYd8Ss5HQ/s320/DSC00237.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Garang Asem Balungan. Seharusnya, makan ini saja<br />
tanpa pakai nasi pun sudah kenyang. </td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, saya juga sempat mencicipi soto tauto yang dipesan oleh adik saya. Sejujurnya, saya tidak begitu suka dengan soto tauto. Saya tidak cocok dengan tautonya. Buat saya, tauto (atau tauco - sejenis bumbu masakan yang terbuat dari kedelai fermentasi) itu memberikan getir-getir yang aneh di mulut, belum efek lengket dan berminyaknya yang bakalan tersisa di lidah. Argh. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVi2m3dmw52V9fEsGKUryhdhmGkW2riE7zKQEwhmGcHoyD8FEEdN_1Id-WhLDeMGTkxmGbJbsbaRMbq7_7dBzaErEI0nkx7ey-dxHt26aZIE9yA52RCArNaxRkBbK3e3II7usux8gKjzw/s1600/DSC00247.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="318" data-original-width="477" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVi2m3dmw52V9fEsGKUryhdhmGkW2riE7zKQEwhmGcHoyD8FEEdN_1Id-WhLDeMGTkxmGbJbsbaRMbq7_7dBzaErEI0nkx7ey-dxHt26aZIE9yA52RCArNaxRkBbK3e3II7usux8gKjzw/s320/DSC00247.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Soto tauto. Ampun jenderal!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sate tauto di Warung Makan Mbak Julaikha menggunakan daging sapi, dimana satu porsi soto tauto berisikan bihun, tauto, kecambah, potongan kubis, dan daun bawang. Kuahnya merah merona dan tampak berminyak. Satu sendok mencoba milik adik, saya langsung berhenti. Tetap favorit saya adalah garang asem balungannya. Ahahah. 😆</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu porsi garang asem balungan pada warung makan yang beralamat di Jalan Gajah Mada ini bisa ditebus dengan membayar sekitar Rp 18.000,00 - Rp 20.000,00, sementara satu porsi soto tautonya dihargai sebesar Rp 13.000,00 - Rp 16.000,00.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana? Pekalongan bukan sekedar soal batik saja, bukan? Percayalah, masih ada banyak kuliner khas yang bisa dicoba di Pekalongan seperti pindang tetel, lontong lemprak, kopi tahlil, dan lain sebagainya. Kemarin, kami baru kesampaian mencoba sego megono, sop kaki kambing, garang asem balungan dan soto tauto saja. Namun, saya berjanji akan mencoba kuliner-kuliner lainnya ketika diberikan kesempatan untuk mengunjungi Kota Batik itu lagi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Maaf Terlambat Posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;"><br /></span></b></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-42093745600339525152018-01-06T21:42:00.003+07:002018-01-06T21:57:44.528+07:00Kebumen Part 2 - Tentang Waduk, Pantai Dan Sate<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoMhwkdmiG1Pk0C_W9_NQC4sP3oxaXiKtVaovIhnhLeCW3dO9TmP2dyuDh55G7o6gjFRXSoXIG6UATDMqLvpt7fP-lL8qM8rM-DG1IwkdKE1hG7Fab5vBicJ5JbHdyxWu0Q7v4duEzd8s/s1600/IMG_3958.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoMhwkdmiG1Pk0C_W9_NQC4sP3oxaXiKtVaovIhnhLeCW3dO9TmP2dyuDh55G7o6gjFRXSoXIG6UATDMqLvpt7fP-lL8qM8rM-DG1IwkdKE1hG7Fab5vBicJ5JbHdyxWu0Q7v4duEzd8s/s320/IMG_3958.JPG" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi pukul setengah enam pagi kurang, saya dan Uul terbangun dengan suatu kenyataan pahit: awan mendung tebal telah bertengger manis di atas langit Gombong. Rencana awalnya, kami hendak mencoba menikmati momen matahari terbit dari Waduk Sempor - tempat terbaik untuk menikmati <i>sunrise</i> seantero Kebumen versi pemandu Roemah Martha Tilaar yang kami jumpai kemarin. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Bagaimana nih, Ul?",</i> tanya saya kepada Uul yang tampak masih mengumpulkan nyawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ya sudah sih, bul, coba saja dulu!", </i>jawab teman saya sambil memakai helm di kepalanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hmm. Baiklah, mari kita coba dulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a name='more'></a>Baru seperempat perjalanan menuju Waduk Sempor, yang saya khawatirkan terjadi, hujan kembali turun dengan derasnya. Saya langsung membelokkan motor ke arah salah satu warung pinggir jalan yang belum beroperasi, sekedar untuk berteduh. Hujan pagi itu mempermainkan kami. Mendadak hujan reda dan membuat kami semangat untuk melanjutkan perjalanan. Namun, baru 5 menit berjalan hujan deras kembali menghadang. Ah, sial. Kami akhirnya sepakat untuk balik arah dan memutuskan untuk berangkat lebih siang saja. Selamat tinggal sudah, matahari terbit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Waduk Sempor Tanpa Matahari Terbit</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam sembilan pagi, kami kembali menyusuri jalan menuju Waduk Sempor. Kali ini cuaca terlihat aman, gumpalan awan mendung yang sebelumnya menutup rapat langit Gombong telah menghilang entah kemana. Jalanan terasa begitu lenggang akibat kami sudah melewati waktu sibuk penduduk untuk berangkat sekolah dan bekerja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Asri. Itulah kesan pertama yang saya dapatkan manakala menyusuri jalan menuju Waduk Sempor. Pemandangan sawah, kemudian hutan, berpadu mesra dengan deretan pegunungan hijau yang berdiri di kejauhan. Saya mendadak melupakan kekecewaan akibat gagal menyaksikan matahari terbit pagi tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbekal arahan <i>Google Maps, </i>saya dan Uul sempat tersesat sedikit. Titik Waduk Sempor yang ditunjukkan oleh aplikasi ternyata berada di tengah-tengah danau, tentu tidak mungkin kami mengikutinya dengan memakai motor. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami pun kembali meraba-raba beberapa papan petunjuk yang ada disana. Sedikit membingungkan memang, apalagi semua papan menunjukkan nama "Sempor" tapi dengan embel-embel berbeda, seperti: balai reservoir, PLTA, hingga kantor pengelola. Pertanyaannya: bagian mana yang dibuka untuk wisatawan? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah berputar, kami akhirnya memutuskan untuk berhenti tepat di area bertuliskan "Area Parkir Waduk Sempor". Area parkir ini berada di bawah semacam kantor atau gedung pertemuan dengan pintu portal yang tertutup rapat-rapat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada jalan tembus kecil di sebelah area parkir yang bisa kami ikuti untuk sampai pinggir waduk seluas 275 hektar ini. Jalan tembus itu kalau ditelurusi sampai ujung akan membawa ke arah pos pengamatan ketinggian dan pintu air. Namun, saya dan Uul memutuskan hanya bersantai di titik-titik awal jalan tembus itu saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXR38hsLMJG23IMFtFQpvIS_3Xj-Xlia-0QXBe2nQ49Gw2Y3MyGGVtQMb-e945Rw0QVBM8USYQTMRmx1dedGxYqAYQu3ZlF_Ec0oVnnfejHhFXjlGAWmXWNWZ6-cL2Q19HcwPONIGiuvo/s1600/20171027_081314.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXR38hsLMJG23IMFtFQpvIS_3Xj-Xlia-0QXBe2nQ49Gw2Y3MyGGVtQMb-e945Rw0QVBM8USYQTMRmx1dedGxYqAYQu3ZlF_Ec0oVnnfejHhFXjlGAWmXWNWZ6-cL2Q19HcwPONIGiuvo/s320/20171027_081314.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Waduk Sempor pagi itu.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di titik awal tersebut, terdapat semacam area pandang berpagar besi berwarna biru serta balok-balok beton yang bisa dipakai untuk menikmati pemandangan waduk yang dibangun selama kurang lebih 20 tahun itu. Waduk yang pernah jebol pada tahun 1967 dan memakan korban jiwa sebanyak 127 orang ini kemarin airnya tampak berwarna kehijauan. Sesekali perahu para pemancing melintas membelah ketenangan permukaan airnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirXpN2F_AeLxAkYntBG_LgPIa7v2Anl2MMjGy11Vjhq6qfOppglpTSaa2MEDRde9Nc27CVbziQt6S3OAB8gsDoOIqalAJrEuEidgkJOoFchL-Z6OXB9sfpfH1r7CKUORV49ktRgAW65x8/s1600/20171027_083805.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirXpN2F_AeLxAkYntBG_LgPIa7v2Anl2MMjGy11Vjhq6qfOppglpTSaa2MEDRde9Nc27CVbziQt6S3OAB8gsDoOIqalAJrEuEidgkJOoFchL-Z6OXB9sfpfH1r7CKUORV49ktRgAW65x8/s320/20171027_083805.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Egw94fSzgYFGhEyEap7RZkkvhNiG93Fb1XdyaJFbHO9C_OqLCqU15nUxoUDvi6HoYd7fbECP3KVUZPD-vYSVeTZiUM_F6RJGu_gl2bdRPlFWTuvjwbVlCTFJlss69nTmz0QPChbww-Y/s1600/20171027_082748.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Egw94fSzgYFGhEyEap7RZkkvhNiG93Fb1XdyaJFbHO9C_OqLCqU15nUxoUDvi6HoYd7fbECP3KVUZPD-vYSVeTZiUM_F6RJGu_gl2bdRPlFWTuvjwbVlCTFJlss69nTmz0QPChbww-Y/s320/20171027_082748.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Berlumpur Menuju Pantai Suwuk</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berhubung tak banyak yang bisa kami lakukan di area Waduk Sempor, Uul mengajak saya untuk pindah lokasi. Ia mau melihat pantai, katanya. Setelah <i>googling</i> singkat, kami memutuskan untuk mengunjungi Pantai Suwuk yang jaraknya paling dekat sebab siang nanti kami harus sudah berada di lokasi pernikahan sahabat Uul.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan menuju Pantai Suwuk terasa bagaikan mimpi buruk. Di awal sih mending karena masih mulus, tapi begitu mulai setengah hingga akhir perjalanan, saya hanya bisa melajukan motor pelan-pelan sembari merapalkan doa. Bayangkan saja, sudah jalannya sempit, rusak disana-sini, banyak kendaraan berat lalu lalang, dan dapat bonus genangan lumpur akibat hujan yang turun tadi pagi. Motor <i>matic</i> saya yang berangkat dalam keadaan bersih, pulang-pulang bagaikan habis dipakai membajak sawah. Duh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi Pantai Suwuk, mohon maaf, 11-12 dengan kondisi jalanan menuju kesana. Kesan kumuh langsung menyapa akibat melihat banyaknya genangan air dan sampah yang berserakan. Ah, pantas saja tadi bapak penjual bensin yang kami jumpai menyarankan untuk mengunjungi Pantai Menganti karena lebih bersih dan bagus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Air pantai yang berpasir hitam ini kemarin berubah warna menjadi kecokelatan mirip susu cokelat kental. Kami berasumsi pasti lagi-lagi akibat hujan tadi pagi. Ombaknya juga terlihat cukup ganas menerpa, khas pantai-pantai di garis selatan Pulau Jawa. Meskipun demikian, beberapa pemancing dan nelayan tampak santai mencari ikan disana.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0wfJqqO5ubP_I-ubqDzbXguVOhbg5N15T9pMCPNO2T8Lfj-WeLFq2-NQZLk4qe0fyQFADjzKIAoyGX4IANOrjh_VmDFA21ekv0b3xQyePWrcxAslMIsGCx_YhwvBDL_DrzmwQUiTSIuo/s1600/20171027_094942.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0wfJqqO5ubP_I-ubqDzbXguVOhbg5N15T9pMCPNO2T8Lfj-WeLFq2-NQZLk4qe0fyQFADjzKIAoyGX4IANOrjh_VmDFA21ekv0b3xQyePWrcxAslMIsGCx_YhwvBDL_DrzmwQUiTSIuo/s320/20171027_094942.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Suwuk dan Ombak Milo-nya.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-5IrxdxCLVrlZVImczWmLjxWs1lgI1LfHCv7YL0NO_D3elNjESBoPD1ywkDkgyfg-M-EGOP79Ecbhyb74GbyRH-RLQQy3hfDyR_vp0g-aOicfvr4Nu2mtM00cu9F7kHulBe7TajItM4s/s1600/20171027_093855.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-5IrxdxCLVrlZVImczWmLjxWs1lgI1LfHCv7YL0NO_D3elNjESBoPD1ywkDkgyfg-M-EGOP79Ecbhyb74GbyRH-RLQQy3hfDyR_vp0g-aOicfvr4Nu2mtM00cu9F7kHulBe7TajItM4s/s320/20171027_093855.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Uul berlatar air milo. 😁</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq6ZCbrfF7RpIaMBqMah8_AytiMoOAtauelZkM5NUioTnmuv_aisB4mC-_nxNGJE6kNnVrOpRcdx7MCHY0r_2LWuzQE_Zi0ptpncf-XbmVHVwcDga7kGaEhwIiEsaPwJyzhezfSHwqy0Y/s1600/IMG_3959.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq6ZCbrfF7RpIaMBqMah8_AytiMoOAtauelZkM5NUioTnmuv_aisB4mC-_nxNGJE6kNnVrOpRcdx7MCHY0r_2LWuzQE_Zi0ptpncf-XbmVHVwcDga7kGaEhwIiEsaPwJyzhezfSHwqy0Y/s320/IMG_3959.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Deretan penjual makanan di Pantai Suwuk.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mengobati kekecewaan dan rasa lelah menuju kemari, saya dan Uul mendadak kalap makan disana. Dua porsi mie instan plus telur dan sayur, tempe mendo jumbo (iya, bahkan lebih besar dari yang kami pesan kemarin malam), ditambah seporsi udang goreng crispy kami tandaskan sembari duduk santai pada kursi bambu di bibir pantai. <i>Ah, food can heal everybody!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZpQ5S44WyRPM6pgK4spqDplU_mWp-S_Sh4RHZq1azQuYMSgDka2A188PDdjjJnZtmj-U1GDDk6YwytR7gOTWchsa51KvOXQYviHmwLsNZh-i55hQeSjY6sRCfqYrrGVzsT1GoqA-oKmI/s1600/IMG_3974.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZpQ5S44WyRPM6pgK4spqDplU_mWp-S_Sh4RHZq1azQuYMSgDka2A188PDdjjJnZtmj-U1GDDk6YwytR7gOTWchsa51KvOXQYviHmwLsNZh-i55hQeSjY6sRCfqYrrGVzsT1GoqA-oKmI/s320/IMG_3974.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Seafood crispy!</i> Per piring dijual Rp 10.000,00.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRFC3k5T8GBgzjZlwdSy2oDzKhLPMmNJviYEhh8JpPnpgroB0iuSNJIlNQdpblWMwgHyH9dn-2VGsTFXycT07cKJJuq9Elej_biT4M9HQ8kK01FToE9VzZhLRSo7UD0xHLLcbBOmugnGI/s1600/IMG_3980.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRFC3k5T8GBgzjZlwdSy2oDzKhLPMmNJviYEhh8JpPnpgroB0iuSNJIlNQdpblWMwgHyH9dn-2VGsTFXycT07cKJJuq9Elej_biT4M9HQ8kK01FToE9VzZhLRSo7UD0xHLLcbBOmugnGI/s320/IMG_3980.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil Kalap.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sate Ambal: Hidangan Penutup Dalam Penjelajahan Kebumen</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Walau perut sebenarnya masih kenyang pasca icap-icip hidangan di pernikahan sahabat Uul, tapi ini tidak mengurungkan niat untuk mencicipi makanan incaran kami bersama semenjak sampai di Kebumen. Yap, Sate Ambal!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk bisa mencicipi makanan itu, kami harus berkendara balik melewati Jalan Raya Daendels yang lurus lempeng macam rambut sehabis di-rebonding. Untungnya sih, kami memang harus melewati jalan tersebut kalau mau balik ke Yogyakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu memasuki Kecamatan Ambal, penjual Sate Ambal akan dengan mudahnya kita temukan di kanan-kiri jalan. Satu yang paling tersohor adalah warung milik Pak Kasman - tokoh perintis kuliner tersebut yang konon sudah berjualan sejak tahun 1970-an.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayangnya, kami kemarin justru berhenti bukan di warung milik beliau, tapi malah di warung sate milik anaknya yang berdiri persis di seberang jalan. Ah, masih berhubungan darah ini. Semoga tidak ada perbedaan yang cukup mencolok. Batin saya dalam hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada dua macam Sate Ambal yang bisa kita pesan: ayam atau kambing. Seperti biasa, kami memesan dua menu yang berbeda untuk sekedar memperbandingkan. Ada yang tahu apa perbedaan Sate Ambal dengan sate-sate lainnya? Tepat! Perbedaan itu terletak pada sambalnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau kebanyakan sambal sate memakai bumbu kacang yang manis dan kental, tapi sambal sate ambal justru terkesan encer dan tidak terlalu manis. Pasalnya, bumbu sambal bukanlah menggunakan kacang tanah, melainkan dari tempe rebus yang dihaluskan. Rasa sambalnya pun berubah menjadi lebih gurih dan sedikit pedas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Enak banget! Frase itulah yang langsung terpikir di otak begitu memakan Sate Ambal, baik yang terbuat dari daging ayam maupun kambing. Dua-duanya sama-sama enak. Potongan daging ayam kampung yang tersemat di tusuk sate ukurannya besar, dan entah penjualnya kemarin salah hitung atau tidak, tapi satu porsi Sate Ambal Ayam yang kami pesan jumlahnya sekitar 13-15 buah. Bukan 10 seperti seporsi sate pada umumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhHDlYsAte3M0PXwMRdHO_JE9CrA0QK_fqKYH2nbY2qDjcA8qBUdvHFw_-UTN-wRdDy_LM1fVEJHi9DOapOTMfP7kInb0Bc2YW6oTS-H5W2TdZoIqOo_lDILRjKfDBI-E2BcEiKORJmqs/s1600/20171027_165059.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhHDlYsAte3M0PXwMRdHO_JE9CrA0QK_fqKYH2nbY2qDjcA8qBUdvHFw_-UTN-wRdDy_LM1fVEJHi9DOapOTMfP7kInb0Bc2YW6oTS-H5W2TdZoIqOo_lDILRjKfDBI-E2BcEiKORJmqs/s320/20171027_165059.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sate Ambal yang<i> uenak tenan!</i></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana dengan yang daging kambing? Selain daging kambing telah dilepas dari tusukannya dan tambahan potongan dadu timun, rasanya tak ada perbedaan yang mencolok di antara sate ayam dan kambing. Sama-sama enak, sama-sama empuk, sama-sama mengenyangkan. Tidaklah salah kalau kami menjadikan Sate Ambal sebagai hidangan penutup kami dalam penjelajahan di Kebumen. <i>Endes!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Overall, </i>saya cukup berbahagia dalam petualangan saya menjelajahi Kebumen bersama Uul kemarin. Saya tak menampik komentar kalau Kebumen memang dirasa lebih mahal untuk dijelajahi akibat harga tiket masuk tempat wisata, serta harga makanan khasnya. Namun, buat saya sih, terutama soal makanan, rasanya sepadan dengan ukuran atau porsi yang ditawarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan mengkhawatirkan persoalan hendak menginap dimana bagi kalian yang memang sedang <i>travel on budget, </i>sebab ada banyak hotel-hotel murah dengan tarif termurah Rp 60.000,00 yang bisa kalian temukan disana. Pesan saya cuma satu: hati-hati saja dengan kondisi jalanan disana. Selain banyak kendaraan besar, kondisi jalan yang tidak bisa diduga juga patut menjadi perhatian. Jangan sampai terlena! 😆</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><u><span style="color: red;"><br /></span></u></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i><u><span style="color: red;">COST:</span></u></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1. Tarif Parkir Waduk Sempor: Rp 2.000,00.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">2. Tiket masuk Pantai Suwuk: Rp 5.000,00 per orang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">3. Makan di Pantai Suwuk: Rp 37.000,00 dibagi dua maka Rp 18.500,00 per orang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">4. Makan Sate Ambal (1 porsi sate ayam, 1 porsi sate kambing, 2 porsi ketupat, dan 2 minuman): Rp 57.000,00 dibagi dua maka Rp 28.500,00 per orang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Total Pengeluaran Hari Kedua: Rp 54.000,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>PENGELUARAN AKHIR PER ORANG*: Hari Pertama + Hari Kedua: Rp 177.500,00 + Rp 54.000,00 = Rp 231.500,00</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: magenta;">*) Harga di atas belum termasuk biaya bensin dan beli cemilan.</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgwRWNeqtXn4wF9WkIurmTVE7R32_2XDxvDtZVe1sFspO_pN0R6gTbdrT4ioHCdciTkswFBROqyMejqDv5xWIv853i6cd9mjDbfDQyyKUlT-BS1kHkTmxn9V3wlDetoZeGaA4gLfjRGDk/s1600/IMG-20171029-WA0037.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="361" data-original-width="640" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgwRWNeqtXn4wF9WkIurmTVE7R32_2XDxvDtZVe1sFspO_pN0R6gTbdrT4ioHCdciTkswFBROqyMejqDv5xWIv853i6cd9mjDbfDQyyKUlT-BS1kHkTmxn9V3wlDetoZeGaA4gLfjRGDk/s320/IMG-20171029-WA0037.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung!</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Maaf Terlambat Posting Dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-10887584168817587662018-01-05T23:48:00.002+07:002018-01-06T17:09:42.455+07:00Kebumen Part 1: Semalam Di Gombong <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFnNMYIa2DnUFpVK29oVFtSTzxBdojuEy3n_iSTYdmjc9XGfz89aDUPh323sb0Zn5tUZOV0OjEUEJ9FGHH3Em0TLujh5xCshIOHPNePkkP4oYy4DAStDbsYTfEDpD6h9DV0y3qtf794to/s1600/20171026_135623.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="291" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFnNMYIa2DnUFpVK29oVFtSTzxBdojuEy3n_iSTYdmjc9XGfz89aDUPh323sb0Zn5tUZOV0OjEUEJ9FGHH3Em0TLujh5xCshIOHPNePkkP4oYy4DAStDbsYTfEDpD6h9DV0y3qtf794to/s320/20171026_135623.jpg" width="180" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>" Hah? Serius ul mau ke Kebumen? Ayo aku temani! ". </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kata saya pada suatu waktu di Bulan Oktober tahun lalu. Saya memang telah lama mengincar Kebumen - nama kabupaten dan kota yang terletak di barisan selatan Provinsi Jawa Tengah ini. Terlepas banyak saudara dari Papa saya yang tinggal disana, tapi entah kenapa saya ingin sekali menjelajah daerah tersebut tanpa harus merepotkan mereka semua. Kesempatan itu akhirnya datang bersamaan dengan permintaan Uul untuk menemani menghadiri pernikahan salah seorang sahabat karib jaman kuliahnya dulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
26 Oktober 2017, saya dan Uul sudah sepakat akan bertemu di Stasiun Gombong. Kami memang menggunakan dua mode transportasi yang berbeda. Uul memakai kereta Jakarta-Yogyakarta, sementara saya menggunakan motor dari Yogyakarta. Perjalanan Yogyakarta-Gombong sendiri kurang lebih memakan waktu selama tiga jam, melewati Jalan Raya Daendels yang berupa trek lurus dari awal sampai akhir. Kalian harus ekstra hati-hati kalau melewati jalan itu, banyak insiden kecelakaan terjadi karena kombinasi dua hal ini: mengantuk dan mengebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sehabis mengisi perut pada sebuah Rumah Makan Padang paling tidak enak seumur hidup saya, kami berdua akhirnya memulai petualangan di daerah yang dulunya dijadikan tempat pelarian Pangeran Mangkubumi pada 26 Juni 1677 - masa ketika Kerajaan Mataram berada di bawah kepemimpinan kelam Sunan Amangkurat I.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Menyapa Sang Benteng Merah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Gombong, nama sebuah kecamatan di Kabupaten Kebumen yang memiliki luas hampir setara dengan Kota Kebumen, tercatat memiliki banyak destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Di Gombong inilah, saya dan Uul memulai petualangan. Tujuan pertama kami, tak lain dan tak bukan, mengunjungi Benteng Van der Wijck - sang benteng merah termahsyur itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Siang itu, kami berdua adalah satu-satunya pengunjung yang mendatangi Benteng Van der Wijck. Awalnya, saya pikir mungkin gara-gara harga tiketnya yang terbilang mahal sebab berupa tiket <i>bundling</i> antara tiket masuk, kereta atas atap, dan kolam renang. Namun setelah bertanya pada petugas, memang ketika hari biasa, pengunjung benteng itu bisa dihitung dengan jari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal, benteng ini sebetulnya sangat menarik. Selain warna merahnya yang mencolok mata, kondisi benteng juga terlihat terawat. Ini hal yang cukup langka, mengingat banyak bangunan bersejarah di Indonesia yang akhirnya dibiarkan terbengkalai begitu saja oleh Pemerintah Daerah masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi07AxURj_BME8dBTNFFA3w9fpjQl00KPKEyQBZbwktOnQdnSmkYRLlF3qFI7ftKp-SPqX_F0sPzGr_hAnAn8PWHwG2P1OD2QzxlZqLVV9qG1lI10_bxn7ShR_YEtQU1ZKWQI3JGKWX7ZY/s1600/20171026_143756.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi07AxURj_BME8dBTNFFA3w9fpjQl00KPKEyQBZbwktOnQdnSmkYRLlF3qFI7ftKp-SPqX_F0sPzGr_hAnAn8PWHwG2P1OD2QzxlZqLVV9qG1lI10_bxn7ShR_YEtQU1ZKWQI3JGKWX7ZY/s320/20171026_143756.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Karena sepi, kami jadi bebas berekspresi. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBENMPTVLvIvn0dQUxbeYWhpyKACL60HhyntSqykIvQ-_gjYe_KfuhhrWQVGIWE2ABG6l_-MTHZv_RdYyiXLJfGhMm5zCcUD8OfNiQZxSNpnO0sx6gmR7FbpqgtK1kS33inji6p-2wGmo/s1600/IMG-20171029-WA0008.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="390" data-original-width="520" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBENMPTVLvIvn0dQUxbeYWhpyKACL60HhyntSqykIvQ-_gjYe_KfuhhrWQVGIWE2ABG6l_-MTHZv_RdYyiXLJfGhMm5zCcUD8OfNiQZxSNpnO0sx6gmR7FbpqgtK1kS33inji6p-2wGmo/s320/IMG-20171029-WA0008.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ini lorong-lorong di Benteng Van der Wijck.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat favorit saya untuk menikmati Benteng Van der Wijck terletak di lantai duanya. Disana banyak terdapat jendela-jendela besar yang bisa kita gunakan untuk meneropong halaman maupun sisi lain benteng. Omong-omong, tahukah kalian kalau benteng yang dibangun pada abad ke 18 ini adalah satu dari dua benteng berbentuk segi delapan yang ada di seluruh dunia? Kurang keren apa coba?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcSQipZ9ydzl4M_vTfdv13wG9fhglRiYMgkXGHqQIzGM1me463qtn-GviZpd0wpMEsTN8Yi7kKqeZHwD0qG5mi2Kr4c_3YytYdsJ6YV2yw0GOVmfu2hjLri_EZIQP1MMCt9id_1Q_-_IU/s1600/20171026_144609.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcSQipZ9ydzl4M_vTfdv13wG9fhglRiYMgkXGHqQIzGM1me463qtn-GviZpd0wpMEsTN8Yi7kKqeZHwD0qG5mi2Kr4c_3YytYdsJ6YV2yw0GOVmfu2hjLri_EZIQP1MMCt9id_1Q_-_IU/s320/20171026_144609.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mengintip dari lantai dua.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau ingin memakai tiket kereta, dari lantai dua, kita bisa langsung naik ke lantai paling atas. Saya kurang tahu apakah dulunya rel kereta memang sudah ada mengelilingi atap benteng, tapi untuk keretanya sih hanya kereta mini serupa kereta-kereta di pasar malam. <i>Not really worth trying, to be honest.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTf3uSU0lgr_CjnlXaBPpeFVWK-UIBuPIW4X7kfIvKZKTCy_cRzJioiix8o4apQZenzrOt_ZSux-jTCkZXipMyfMtNpjVCykTk6Gwz_YKW7D-B1cHFP3lj2LmnB7H78EGgQhPzH3y1qWk/s1600/IMG_3902.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTf3uSU0lgr_CjnlXaBPpeFVWK-UIBuPIW4X7kfIvKZKTCy_cRzJioiix8o4apQZenzrOt_ZSux-jTCkZXipMyfMtNpjVCykTk6Gwz_YKW7D-B1cHFP3lj2LmnB7H78EGgQhPzH3y1qWk/s320/IMG_3902.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kereta keliling atap.<i> Nothing to see</i>, hanya genting-genting<br />
sepanjang perjalanan.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><br /></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Menilik Rumah Masa Kecil Sang Ratu Industri Kecantikan Indonesia</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkXGxCVK7pnyaotCtZDh5PJirZ_XFK982f87XQJX5WcrA0ac9ruLibXAlgRRnIEmbgTUAteuBIfYJgiFGYIlySV6dsX19HiySQrk978u42UueWSKL2PZAW6ze_BI5taT-0I2NEwMCQaDk/s1600/IMG_3941.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkXGxCVK7pnyaotCtZDh5PJirZ_XFK982f87XQJX5WcrA0ac9ruLibXAlgRRnIEmbgTUAteuBIfYJgiFGYIlySV6dsX19HiySQrk978u42UueWSKL2PZAW6ze_BI5taT-0I2NEwMCQaDk/s320/IMG_3941.JPG" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<i></i><br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i><span style="color: blue;">"Rumah ini bukan hanya bersejarah, tapi merupakan bakti kami kepada Gombong, Kebumen dan kota sekitar".</span></i></i></div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="color: blue;"><br /></span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Kutipan tersebut saya dapatkan ketika mengunjungi situs tempat wisata yang dikelola oleh grup industri kecantikan itu. Ada yang sudah bisa menebak saya sedang berbicara tentang apa? Yap, saya berbicara soal Roemah Martha Tilaar. Kutipan di atas merupakan kata-kata langsung dari Dr. (HC). Martha Tilaar, salah seorang wanita pengusaha sukses yang tak hanya dikagumi di Indonesia sendiri melainkan juga oleh dunia internasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami ditemani oleh seorang pemandu untuk berkeliling di rumah masa kecil Martha Tilaar yang terletak tak jauh dari Benteng Van der Wijck ini. Oleh karena kami hanya berdua, saya dan Uul lantas digabungkan dengan rombongan adik-adik SMA yang tengah mendapatkan tugas dari gurunya untuk memetakan tempat bersejarah di Gombong. Duh, saya berasa uzur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqMk1eax7Hm5lhXnOLUIkDZ59LTbYe719Ds1eHfciUFhAGCbdNuo40ElqMRBY3hoAzYCfYM6RzhsuW5xgeg7cozFfmlcws10MVmudmMsuS5w_NK3n9bQM0YgRDANXG0Mc-Tele8Fg3T1M/s1600/IMG_3906.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqMk1eax7Hm5lhXnOLUIkDZ59LTbYe719Ds1eHfciUFhAGCbdNuo40ElqMRBY3hoAzYCfYM6RzhsuW5xgeg7cozFfmlcws10MVmudmMsuS5w_NK3n9bQM0YgRDANXG0Mc-Tele8Fg3T1M/s320/IMG_3906.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Uul dan sekawanan abege tengah mendengarkan penjelasan<br />
dari pemandu kami.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rumah bergaya Belanda yang kurang lebih dibangun pada tahun 1920 itu baru diresmikan oleh Martha Tilaar sebagai tempat wisata pada Desember 2014 lalu. Sebelum diperbaiki dan dipugar, rumah ini sudah bagai rumah hantu saja. Untunglah, Martha Tilaar masih teringat akan janjinya dalam berkontribusi terhadap tanah kelahiran. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif1i6pTmkxwiuXCWyGwnP_5Cpy95xnqR_eYQ6IKwajJI1tcfdeb1P2-re2DVPWl2jBxiWeqGBqJVddCtjud9x2otXJXv7q6U7e7ymisQi2ow8DMojin3TjKaCZhli3gjoDahJ2k7QIj20/s1600/20171026_160112.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="291" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif1i6pTmkxwiuXCWyGwnP_5Cpy95xnqR_eYQ6IKwajJI1tcfdeb1P2-re2DVPWl2jBxiWeqGBqJVddCtjud9x2otXJXv7q6U7e7ymisQi2ow8DMojin3TjKaCZhli3gjoDahJ2k7QIj20/s320/20171026_160112.jpg" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Uul. 26 yo. Jakartaa. *teriak ala-ala <br />
Putri Indonesia* 😆</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sederetan foto-foto yang terpampang di dinding menjelaskan silsilah dan sejarah dari seorang Martha Tilaar. Rumah ini sebenarnya milik Liem Siauw Lam (Liem Solan) salah satu pengusaha sukses di jamannya, yang sekaligus merupakan kakek dari Martha Tilaar. Sejak kecil, Martha Tilaar memang menghabiskan waktu bersama kakek-neneknya, dimana jiwa berdagang dan bertanam obat-obatan ia dapatkan dari sang nenek.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barang-barang peninggalan keluarga Liem, mulai dari altar sembahyang, gramofon, keramik, senjata, hingga gaun pengantin, masih tertata rapi di rumah tersebut. Kami juga diperbolehkan memasuki beberapa kamar peninggalan mereka, walau tak menampik kalau suasana menyeramkan, masih terasa di beberapa tempat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhREBCGK6k75J12UHzlwquGSSLV3ggu1vsFNQN9g9vXfB1_AFq-D7fVzmZ66rJqPbV1iSWxLowWfzeKkYmyqBC94kM3VtWNqqgMnIIOv_T_Iihsm3Z88UdnX5_-tB3q3lJR7PCX9Eas5rI/s1600/IMG_3914.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhREBCGK6k75J12UHzlwquGSSLV3ggu1vsFNQN9g9vXfB1_AFq-D7fVzmZ66rJqPbV1iSWxLowWfzeKkYmyqBC94kM3VtWNqqgMnIIOv_T_Iihsm3Z88UdnX5_-tB3q3lJR7PCX9Eas5rI/s320/IMG_3914.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kosmetik jaman<i> old</i>.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUPI-Ah0IwBJEy3YMbj0vwui9eZPrKKJpmMOy9LV2lDhti4kWAKPntnx4Zjuo2VhIGqq6XwTt_qtqii-p9Oi2GuFyVhGN7bqms-1_V1ezNwSNzQLwboRGEiDv08AQepN76Wu3EZm_oKKA/s1600/IMG_3923.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="375" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUPI-Ah0IwBJEy3YMbj0vwui9eZPrKKJpmMOy9LV2lDhti4kWAKPntnx4Zjuo2VhIGqq6XwTt_qtqii-p9Oi2GuFyVhGN7bqms-1_V1ezNwSNzQLwboRGEiDv08AQepN76Wu3EZm_oKKA/s320/IMG_3923.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pengen punya deh. Lucu!</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggqFntarexa1v19gxdk6I8jq4_Ku6E9a7zgTC_JrpYwLTMZW4aNlV39RGFO0wUXGNYiPAekfvfqJ8buD_toP5XsdgNP95M5Pd0uCoSdj_pReAFGBRj_u1QtwHmGW1Lcm9k_Dq1XPgdLTc/s1600/20171026_155847.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="291" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggqFntarexa1v19gxdk6I8jq4_Ku6E9a7zgTC_JrpYwLTMZW4aNlV39RGFO0wUXGNYiPAekfvfqJ8buD_toP5XsdgNP95M5Pd0uCoSdj_pReAFGBRj_u1QtwHmGW1Lcm9k_Dq1XPgdLTc/s320/20171026_155847.jpg" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mencoba bersantai ala<br />
Keluarga Liem.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>A lesson learned. </i>Pelajaran yang bisa saya petik setelah mengunjungi Roemah Martha Tilaar adalah mengenai <i>"pay back"</i> atau balas budi. Kelak, sejauh apapun kita merantau, atau sesukses apapun kehidupan kita nantinya, kita harus tetap mengingat tanah kelahiran atau kampung halaman. Bagaimanapun, disanalah bibit-bibit karakter kita terbentuk, dan terus akan kita bawa sampai kapanpun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mencicipi Sate dan Gule Bebek Pak Imam</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sehabis drama pencarian hotel murah berakhir, kami beranjak untuk mencari makan malam di Gombong. Inginnya sih mencari sesuatu yang khas, tapi ternyata tak ada satupun penjual makanan berat khas yang bisa kami temukan disana setelah ber-<i>googling</i> ria. Dengan bermodal nekat, akhirnya kami langsung saja keluar dari hotel. Nanti kalau ketemu sesuatu yang menarik mata, datangi saja. Prinsip kami waktu itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah melewati puluhan penjual bakso dan lesehan ala Lamongan, <i>Alhamdulillah,</i> kami menemukan satu warung dengan menu yang cukup berbeda di antara yang lainnya. "Sate dan Gule Bebek" terpampang pada baliho penutup warung sederhana di pinggir Jalan Nasional III Gombong Barat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai sarana memperbandingkan, saya dan Uul memesan dua menu berbeda: sate dan gule. Sejujurnya, saya tak sabar ketika menanti makanan kami diantar di meja. Bagaimana tidak, biasanya kan sate atau gule berbahan daging ayam, sapi, atau kambing. Lah, ini pakai daging bebek yang terkenal agak rewel untuk diolah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Incip sana, incip sini.<i> Fix!</i> Favorit saya jatuh kepada satenya. Daging satenya masih kenyal, padahal sudah matang sempurna. Potongan timun dan tomat yang dipotong kotak menambah kenikmatan satenya. Sementara, daging bebek di gule masih terasa alot, meski kuahnya terasa segar sebab tidak terlalu banyak memakai santan. Namun, saya patut memuji, aroma amis yang selama ini masih terasa ketika mengolah daging bebek sudah hilang tak bersisa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3n0I0aBGHkh2iMFZTKn0bMrMysZQNOalTBMa0igicaaCiTT65prmjOa9-wk4elJQXFUUk9NeImKQJI0gVb2ZG9ve-0YHEK-oEeWNjwrsXr1jTy6sMzpr-fGfsnwbjNsP5PYinrz2SAOU/s1600/IMG_3946.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3n0I0aBGHkh2iMFZTKn0bMrMysZQNOalTBMa0igicaaCiTT65prmjOa9-wk4elJQXFUUk9NeImKQJI0gVb2ZG9ve-0YHEK-oEeWNjwrsXr1jTy6sMzpr-fGfsnwbjNsP5PYinrz2SAOU/s320/IMG_3946.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sate dan Gule Bebek.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kehangatan di Warung Mendo</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Hujan deras tiba-tiba mengguyur dalam perjalanan pulang sehabis makan sate dan gule bebek. Untungnya, mata saya cukup awas dan sempat melihat sebuah warung mendo (tempe yang dibalut tepung terigu lalu digoreng, pada beberapa tempat lebih dikenal dengan sebutan mendoan) yang berada di depan Pasar Wonokriyan. Pasar itu terletak tak begitu jauh dari hotel tempat kami bermalam, bahkan hanya terpisah sebuah jalan raya besar saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya dan Uul langsung disambut ramah dengan bapak dan ibu pemilik warung tenda itu. Sang ibu langsung cekatan membuka bungkusan tempe dan menyiapkan adonan ketika mendengar kami hanya hendak mencicipi mendo saja. Selain mendo, warung ini sebenarnya menyediakan kopi, pisang goreng, nasi sayur, dan <i>indomie.</i> Berhubung kami baru saja makan besar, maka mendo saja yang kami pesan kemarin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY4f5NP1dtNtno7ZQ3XVYX0qrCqcys8Q5B6TMYtTrSQWXS0cyevgfXtj7RpmKAH57u-Wqz4zu3hpM-_A6iME6pAkh1qb3feyxl7z9XLRJoWzBOHcvC6d5uFNs9U7uzTgDhUrQbjddCVLw/s1600/20171026_205919.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY4f5NP1dtNtno7ZQ3XVYX0qrCqcys8Q5B6TMYtTrSQWXS0cyevgfXtj7RpmKAH57u-Wqz4zu3hpM-_A6iME6pAkh1qb3feyxl7z9XLRJoWzBOHcvC6d5uFNs9U7uzTgDhUrQbjddCVLw/s320/20171026_205919.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Si ibu tengah beraksi menggoreng tempe mendo.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Sambel apa cikit?", </i>tanya si Ibu ketika mendo kami sudah matang dan ditiriskan. Saya dan Uul hanya saling memandang. <i>Cikit?</i> Sang bapak ikut berkata <i>"cikit, cikit"</i> seolah-olah kami dirasa kurang mendengar perkaataan ibu tadi. Ada keheningan lama di antara kami berempat. Saya dan Uul tak mengerti. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama, sang ibu kemudian memeragakan memakan cabai rawit hijau dengan giginya. Oalah! Kami akhirnya paham! <i>Cikit</i> ternyata istilah di daerah sana untuk menjelaskan melahap gorengan dengan cabai mentah. Kami berempat pun hanya bisa menertawakan kegagapan bahasa yang terjadi di antara kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sembari menunggu hujan reda, sang bapak dan ibu pemilik warung menemani bercerita macam-macam. Sang bapak dengan bangga berkata <b><i>"tempe mendo!"</i></b> begitu saya bertanya makanan khas apa yang bisa kami jumpai selama berada di Gombong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah iya, tempe mendo mungkin adalah salah satu makanan khas yang paling jamak dijumpai di Gombong, Kebumen, bahkan seluruh Karisidenan Banyumas. Ukuran tempe mendo yang disajikan di warung ini, jelas lebih besar dibandingkan mendoan-mendoan yang kerap saya beli di Salatiga atau Jogja, mungkin 1,5 atau 2 kali lebih besar. Selain itu, perbedaan juga terdapat pada tingkat kematangannya, yakni terigu di tempe mendo masih digoreng basah atau digoreng setengah matang. Dan sumpah, itu terasa nikmat sekali manakala dimakan panas-panas bersama sambal korek (sambal dengan bahan cabai, bawang putih, dan bawang merah mentah yang kemudian ditaburi minyak panas sisa penggorengan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijL7fN6ocZkghqlbwjuaW19S2JdAYxOvux7ASVeRKPtkJFsb0NOJYeoX8GzaJg86_9bIhFk3-tChZqQsNlc1k-6mjyEIy0Jrj1xPGWPoR6n139nllon4fZdNp0XXyeYSyHMw_izanmDOQ/s1600/20171026_211119.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijL7fN6ocZkghqlbwjuaW19S2JdAYxOvux7ASVeRKPtkJFsb0NOJYeoX8GzaJg86_9bIhFk3-tChZqQsNlc1k-6mjyEIy0Jrj1xPGWPoR6n139nllon4fZdNp0XXyeYSyHMw_izanmDOQ/s320/20171026_211119.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Uhlala!</i></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Obrolan demi obrolan terus terjalin di antara kami, dan membuat hati saya mendadak hangat. Terkadang, keramahan penduduk lokal paling mudah ditemukan justru dari para pedagang makanannya. Ini sudah sering saya alami ketika berjalan-jalan. Entah karena kita sebagai pembeli dianggap sebagai "raja" yang patut dihormati, tapi seringnya saya justru merasa terbantu sekali dengan keramahan dan ketulusan mereka. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika hujan deras mulai berubah menjadi gerimis tipis, kami pun memutuskan pulang dengan membawa tentengan sejumlah tempe mendo yang dibungkus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
****</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah bungkusan itu, akhirnya kami berikan kepada para petugas hotel tempat kami bermalam. Mereka dengan santainya menggelar kursi-kursi kecil dan bercengkerama sambil menyesap rokok atau meminum kopi tepat di depan kamar kami. Saya kurang tahu itu kebiasaan mereka setiap malam, atau memang hari itu adalah hari spesial, tapi yang jelas kehadiran mereka justru memberikan keamanan bagi kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Terima kasih ya mas",</i> kata mereka kompak ketika menerima bungkusan tempe mendo itu. Saya hanya tersenyum membalasnya. Dan kembali, rasa hangat itu seketika muncul, dari dalam hati ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: red;"><i><u>Cost:</u></i></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1. Makan Nasi Padang: Rp 13.000,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">2. Tiket masuk Benteng Van der Wijck: Rp 25.000,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">3. Tiket masuk Roemah Martha Tilaar: Rp 15.000,00</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">4. Makan sate dan gule bebek: total Rp 31.000,00. Dibagi 2 maka Rp 15.500,00 per orang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">5. Tempe mendo 6 biji: @Rp 3.000,00. Total Rp 18.000,00. Dibagi 2 maka Rp 9.000,00 per orang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">6. Biaya Hotel Graha Putra (kamar standar, non AC, kamar mandi dalam, TV): Rp 100.000,00.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>TOTAL PENGELUARAN HARI 1: Rp 177.500,00</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8VTXSnqCCAxnQ4f3lDqPtqL5VqN-qPPLa-b_zQajLshfX_E14nVYAuoUTq6KxTir4yiIka37VcDZd4VgQw7A5J8NjSxzxVNtXXbxnpDOuOI9OVxJwVLxwvIzMDjw5B5zhS_KeQGxSlO4/s1600/IMG-20171029-WA0023.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="512" data-original-width="289" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8VTXSnqCCAxnQ4f3lDqPtqL5VqN-qPPLa-b_zQajLshfX_E14nVYAuoUTq6KxTir4yiIka37VcDZd4VgQw7A5J8NjSxzxVNtXXbxnpDOuOI9OVxJwVLxwvIzMDjw5B5zhS_KeQGxSlO4/s320/IMG-20171029-WA0023.jpg" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung!</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Selamat Tahun Baru dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-86091231639752041952017-12-24T10:01:00.002+07:002017-12-24T10:01:45.849+07:00Island Hopping Di 3 Pulau<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRc-D_JnqahrrtzvNo0eSmvMnDfK32BJOT6jcUuepPuIicRnyUC6vSxaV0r7p_G19E1E_H94KFb1oOlC6qHgpH8MCXmKd0OsYiUXEEnCAoEOrXU1TsrJXuZHl3g8EV5XXOcVL55mJ4bCo/s1600/IMG_3790.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRc-D_JnqahrrtzvNo0eSmvMnDfK32BJOT6jcUuepPuIicRnyUC6vSxaV0r7p_G19E1E_H94KFb1oOlC6qHgpH8MCXmKd0OsYiUXEEnCAoEOrXU1TsrJXuZHl3g8EV5XXOcVL55mJ4bCo/s320/IMG_3790.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
Selama ini kalau berbicara soal Jakarta, saya pasti langsung terbayang tentang bangunan-bangunan tinggi menjulang, kepadatan dan kemacetan kotanya. Dua item yang saya sebutkan di akhir merupakan hal paling membuat saya frustasi saat mengunjungi sang ibukota negara kita itu. Namun, Jakarta tak pernah lelah memberikan kejutannya kepada saya. Kali ini lewat wisata alamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><i>"Ul, aku mau ke Jakarta loh. Mau ketemuan atau main bareng?"</i>, tanya saya kepada Uul - salah satu teman jalan sekaligus mantan teman sekelas ketika jaman SMA dulu pada suatu malam di Bulan Oktober.<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ayok, bul! Tapi kemana ya? Monas, Kota Tua, Museum Nasional, atau mau ke Kepulauan Seribu sekalian?"</i>, jawab Uul sembari memberikan rekomendasi tempat wisata apa yang bisa kami kunjungi nanti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya berpikir sejenak. Kepulauan Seribu? Ah, iya! Saya pernah dengar kalau kita bisa mengikuti <i>island hopping tour</i> atau tur mengunjungi satu pulau ke pulau lain di Kepulauan Seribu dalam satu hari saja. Saya pun segera googling dan menemukan berbagai situs penyedia jasa tur ke 3 Pulau - Cipir, Kelor dan Onrust.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kepulauan Seribu sounds great, ul! Kesana aja, po?"</i>, respons saya kepada Uul setelah tergiur dengan foto-foto dari berbagai situs tadi. Uul menyanggupi ujaran saya, tapi dengan syarat bahwa sayalah yang mencari dan memesan operator tur menuju kesana.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
****</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari yang ditunggu pun tiba. Jam setengah enam pagi, saya dan teman kuliah: Panji, telah berjalan kaki menyusuri jalan menuju Halte Busway Bermis. Disana, telah menanti Uul yang akan berangkat bersama kami menuju Muara Kamal - titik pemberangkatan perjalanan di 3 Pulau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain kami bertiga, masih ada dua orang lagi yang ikut petualangan ini. Ada Mirtsa, teman saya dan Uul sejak SMP dan SMA, dan ada juga Risa, teman kuliah Uul dahulu yang kini bekerja di Jakarta. Baik Mirtsa dan Risa berangkat dari rumah indekos mereka masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari halte perjalanan menuju Muara Kamal memakan waktu kurang lebih satu setengah jam. Kami harus oper<i> busway </i>sebanyak dua kali, lalu dilanjutkan dengan naik angkutan plat hitam menuju ke Muara Kamal. Saya kurang paham berapa ongkos pasti dari angkutan plat hitam itu. Kemarin, kami bertiga membayar sebesar Rp 20.000,00 untuk sekali jalan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOjcGHbZIl2wreJNIqjilIjnbdWUinRWKmC2JH6x0dSE1y6sXibEF6fSsJNZm2pwcr4zUtSyKj2L8XTIsR7rNcOV5eGWdCqKV1L6Du-VCEyHHx_DI4cy75kvHBuuLXq-Uk3IrBEuWYhl4/s1600/20171021_072121.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOjcGHbZIl2wreJNIqjilIjnbdWUinRWKmC2JH6x0dSE1y6sXibEF6fSsJNZm2pwcr4zUtSyKj2L8XTIsR7rNcOV5eGWdCqKV1L6Du-VCEyHHx_DI4cy75kvHBuuLXq-Uk3IrBEuWYhl4/s320/20171021_072121.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suasana dari balik bangku pengemudi. Kalau naik angkutan ini<br />harus ekstra sabar dan mengalokasikan waktu agak banyak.<br />Pak sopirnya doyan berhenti seenak hati.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Muara Kamal sendiri sebenarnya bukanlah nama sebuah pelabuhan. Ini lebih mirip sebuah desa nelayan yang memiliki dermaga sederhana, pasar, dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Bau amis dan jalanan yang becek langsung menyapa kami begitu menjejakkan kaki disana.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOdZFolLd9Mkx1FfmcK3h6yimTZclqQxQD8DtGw_mFUrmqFQOrlfo53X_nl1CMnfKjNabrCC4hIFTwNf3a9wI5dgOqgiQnht76Gh1U0OV-EuMqT5pOZjCqwWDIvgOYSV_mKT5PpprBK9I/s1600/20171021_162245.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOdZFolLd9Mkx1FfmcK3h6yimTZclqQxQD8DtGw_mFUrmqFQOrlfo53X_nl1CMnfKjNabrCC4hIFTwNf3a9wI5dgOqgiQnht76Gh1U0OV-EuMqT5pOZjCqwWDIvgOYSV_mKT5PpprBK9I/s320/20171021_162245.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pasar ikan di Muara Kamal.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada sedikit drama yang memulai petualangan kami. Drama itu disebabkan oleh salah satu teman rombongan kami, Mirtsa, yang ternyata terlambat bangun dan terpaut sekitar 15-20 menitan di belakang kami semua. Saya, Panji, Uul, dan Risa mencoba meminta kebaikan hati dari para petugas tur dan tamu lain untuk menunggu Mirtsa. Kami sampai hilir mudik dengan cemas sembari menunggu kedatangan teman kami itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
Rasa lega terasa menerpa dada begitu melihat Mirtsa yang akhirnya tiba dengan diantar seorang pengemudi ojek daring. Kami berlima pun segera menaiki kapal dan perjalanan menuju tiga pulau dimulai. Omong-omong, kami kemarin memakai operator dari <a href="http://sabiladventure.com/about-us/">Sabila Adventure</a> karena harganya paling terjangkau dibandingkan operator-operator lainnya. Jadwal keberangkatannya bisa dilihat di website mereka, dan kalau kuota hari tidak terpenuhi akan tetap diberangkatkan meski menebeng tur lain.<br />
<br />
Perjalanan menuju Pulau Kelor - pulau pertama yang kami kunjungi dalam tur tiga pulau itu - memakan waktu kurang lebih sekitar satu jam. Kapal kami yang nyaris terisi penuh oleh penumpang berlayar melewati berbagai pemandangan: kampung nelayan, tambak ikan, area reklamasi, hingga lautan bebas. Sesekali kapal kecil kami terombang-ambing hebat akibat dihempas ruas ombak buatan dari kapal cepat yang lewat di depan sana.<br />
<br />
Di antara ketiga pulau, Pulau Kelor merupakan pulau yang paling mencolok mata sebab memiliki sebuah benteng pertahanan yang terbuat dari batu bata merah. Benteng ini merupakan benteng pertahanan yang digunakan untuk melawan musuh bebuyutan dari Belanda yakni Tentara Portugis.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0LdzGcO660wElozW6yFSLkJ2w5FF9DdSWLS4Zsga9XU2a2TnSXaWxNZB8Sm_gJ_d54qZTYVmZ3FRR3DRwBgFdeF3QySI30b2PfnI39x6VYr3_z8rppINTvqDynpLjlLE1q68AHaLCUlQ/s1600/20171021_091125.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0LdzGcO660wElozW6yFSLkJ2w5FF9DdSWLS4Zsga9XU2a2TnSXaWxNZB8Sm_gJ_d54qZTYVmZ3FRR3DRwBgFdeF3QySI30b2PfnI39x6VYr3_z8rppINTvqDynpLjlLE1q68AHaLCUlQ/s320/20171021_091125.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Benteng ini bernama Benteng Martello. Martello dalam Bahasa<br />Italia berarti "palu". Benteng semacam ini pada awalnya memang<br />bermula dari Italia, tapi kemudian Inggris dan Belanda menirunya<br />karena kekuatan pertahanan benteng tersebut begitu luar biasa.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Benteng yang bisa kami lihat disana kemarin, merupakan satu-satunya benteng peninggalan terakhir yang masih bisa dijumpai di Indonesia. Beberapa benteng lain yang dahulu ada di Kepulauan Seribu telah hancur akibat dari peperangan, abrasi, atau Letusan Gunung Krakatau. Semoga pemerintah terus memantau kondisi benteng terakhir ini dari waktu ke waktu. Doa saya dalam hati.<br />
<br />
Lepas dari Pulau Kelor, kami bergerak menuju ke Pulau Onrust. Di pulau ini, Bu Ayu - salah seorang petugas tur telah menyediakan makan siang untuk para tamu. Makan siang kami kali itu berupa ikan pindang bakar, sayur, tempe dan sambal. Sederhana memang, tapi kenikmatannya berlipat ganda karena dimakan setelah lelah berkeliling.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7d0O4QY7_17kFzrGPsYxxflUMGp42e9c_TFFuQnnh2rCqcIw_sh9hZF91QSraWBHfcFHiuzM_C6UtzwwQB1TSInf4R7nLuOKJtLmC6Rja_MFI_nj3kvRruTtqqXENxqQ-rExdKnrXTbY/s1600/IMG_3803.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="350" data-original-width="263" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7d0O4QY7_17kFzrGPsYxxflUMGp42e9c_TFFuQnnh2rCqcIw_sh9hZF91QSraWBHfcFHiuzM_C6UtzwwQB1TSInf4R7nLuOKJtLmC6Rja_MFI_nj3kvRruTtqqXENxqQ-rExdKnrXTbY/s320/IMG_3803.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nom nom nom!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sehabis makan, kami memutuskan untuk berkeliling Pulau Onrust. Secara ukuran, pulau ini jauh lebih besar dibandingkan Pulau Kelor. Onrust sendiri adalah sebuah kata dalam Bahasa Belanda yang berarti tidak pernah beristirahat. Pulau ini di jaman pendudukan VOC oleh Jan Pieterzoon Coen memang dipergunakan sebagai tempat peristirahatan, gudang perbekalan, maupun pertahanan.<br />
<br />
Keramaian yang dulu terasa ketika jaman penjajahan, kini sudah tak terasa lagi. Pulau ini diselimuti pepohonan yang cukup lebat, suasananya begitu sunyi. Beberapa hal yang bisa kami nikmati selama berada disana adalah menara pandang, museum, reruntuhan bangunan, hingga Makam Belanda. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana mengerikannya Pulau Onrust ketika malam datang.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisRHFjV4hq8z3L_aZnATf2o4DQZq3YlPTWT36BAk9RPxruPDk_zgC8luoxZVELSTFqugTgmY4AZt6TTJBWWuJ5sBswh32aUhWjXtG0SiRBXMYkBIsu-IgJoVFzcMSDWg4Z66JeDTxSaqs/s1600/IMG_3813.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="300" data-original-width="400" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisRHFjV4hq8z3L_aZnATf2o4DQZq3YlPTWT36BAk9RPxruPDk_zgC8luoxZVELSTFqugTgmY4AZt6TTJBWWuJ5sBswh32aUhWjXtG0SiRBXMYkBIsu-IgJoVFzcMSDWg4Z66JeDTxSaqs/s320/IMG_3813.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kerimbunan vegetasi di Pulau Onrust</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinoE3XqR-RABLk68A5mNgDzpTMM7hlzDWpJbm0qL0XIEiZUEfT9OTiYMq2dSJmgcqdDX06ezN3N35q1wPJEALCJCVZ-Boe89DcgaatGPAcQOvm-ur1xn6WScghX_kuQV0cFNk4pnaE7aM/s1600/IMG_3807.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinoE3XqR-RABLk68A5mNgDzpTMM7hlzDWpJbm0qL0XIEiZUEfT9OTiYMq2dSJmgcqdDX06ezN3N35q1wPJEALCJCVZ-Boe89DcgaatGPAcQOvm-ur1xn6WScghX_kuQV0cFNk4pnaE7aM/s320/IMG_3807.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Risa dan Mirtsa berpose di atas gardu pandang. Dari atas sana,<br />kami bisa melihat pemandangan yang begitu kontras: laut versus<br />hutan.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA2og52MLskNTKAIZ5U4hEtF60GsMmZI_QzKj9MPs1sA4sBteZLKBLW8jERJpIKp-KozdrMzfoq-owjqgz5eecqBSmk1UhgDkOYIDqcm1kfAB5DYEjSl36g2NCmhFfsQ8tKsJblX7TQaM/s1600/IMG_3825.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="300" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA2og52MLskNTKAIZ5U4hEtF60GsMmZI_QzKj9MPs1sA4sBteZLKBLW8jERJpIKp-KozdrMzfoq-owjqgz5eecqBSmk1UhgDkOYIDqcm1kfAB5DYEjSl36g2NCmhFfsQ8tKsJblX7TQaM/s320/IMG_3825.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu Makam Belanda yang dapat kita<br />temukan di Pulau Onrust hingga kini.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSZo42nx3fJFVvCAoptFBAb_zJDm5KxHgEQFgQ_gQPWk7dWX6w6AXXhO6sdngq83TDM8VUr6RWCvWlV2C5DTC3LcPMf3ARddA-2mU66Lu4XpTNps_4FJj04hbzOeGjxLJtm5Rp89WOd3Q/s1600/IMG_3829.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSZo42nx3fJFVvCAoptFBAb_zJDm5KxHgEQFgQ_gQPWk7dWX6w6AXXhO6sdngq83TDM8VUr6RWCvWlV2C5DTC3LcPMf3ARddA-2mU66Lu4XpTNps_4FJj04hbzOeGjxLJtm5Rp89WOd3Q/s320/IMG_3829.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Panji tengah beristirahat di depan salah satu museum Pulau Onrust</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pulau Cipir atau Kahyangan menjadi pulau terakhir yang kami kunjungi dalam tur tiga pulau kemarin. Kami mulai kehabisan tenaga, ternyata mengikuti tur melompat-lompat pulau seperti ini cukup melelahkan juga. Ada sekitar setengah jam-an waktu yang kami habiskan untuk sekedar duduk santai sembari mencecap minuman dingin. Kami lelah.<br />
<br />
Setelah tenaga sedikit pulih, kami memutuskan untuk mulai berkeliling dan dari penjelajahan di Pulau Cipir, kami sepakat kalau pulau tersebut merupakan pulau paling cantik dibandingkan dua pulau sebelumnya. Pulau Cipir ini dulunya merupakan pulau pusat karantina bagi jemaah haji asal Indonesia. Waktu itu, perjalanan haji masih menggunakan mode transportasi kapal dimana sekali perjalanan dapat memakan waktu kurang lebih tiga bulan lamanya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdUm41bjp7LUfU5nqE7aIJiLzQKBHzdlOh5nIvHmDP3e4BwMluyAsun9V-ut-H5ksk55tOhfw-r1GS3uFXhmS6cfEHcgFMH7wXLllhyaRG3DcU0_cBaxt-NuDTFc0eN4U_Tvzn6A1ob54/s1600/IMG_3845.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdUm41bjp7LUfU5nqE7aIJiLzQKBHzdlOh5nIvHmDP3e4BwMluyAsun9V-ut-H5ksk55tOhfw-r1GS3uFXhmS6cfEHcgFMH7wXLllhyaRG3DcU0_cBaxt-NuDTFc0eN4U_Tvzn6A1ob54/s320/IMG_3845.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Uul siap menjelajahi Pulau Cipir!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tak mengherankan kemudian banyak jemaah haji yang jatuh sakit baik dalam perjalanan berangkat maupun pulang. Sebuah kompleks bangunan sisa rumah sakit haji masih bisa kita temukan disana. Bagian favorit saya dari Pulau Cipir justru terletak pada area dermaganya dimana kami bisa menikmati pemandangan laut nan luas dengan pulau-pulau kecil berserak di kejauhan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVVs2Kg6z47Cy1Bw75BV2lq83kbljvinUtfHBPsS5pelGUCdiIq1y6BB4xjs-WeHKOkVgZ5ReDaVN05W-aoOEHB-VB0T1YZa4qxfgRBRu9_2aT4Efx0FxzVUEz3fbnt8V7Kr1mtNP8iTo/s1600/IMG_3860.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVVs2Kg6z47Cy1Bw75BV2lq83kbljvinUtfHBPsS5pelGUCdiIq1y6BB4xjs-WeHKOkVgZ5ReDaVN05W-aoOEHB-VB0T1YZa4qxfgRBRu9_2aT4Efx0FxzVUEz3fbnt8V7Kr1mtNP8iTo/s320/IMG_3860.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Puing-puing kamar mandi rumah sakit haji.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: justify;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghPQ_9EGdT_J6UWUurNTEUKfNJethyphenhyphenVYDtFKMAQ2A7LFyn2Ptiuho6pYwlSec7m6vs_WTLhiU8kg_p_X4bDfsa7ZHv-RKIa_TWccg2QguaOKDUw2UhcVNGwa2FXfpMDGSdMT4oUP0vXn4/s1600/IMG_3854.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghPQ_9EGdT_J6UWUurNTEUKfNJethyphenhyphenVYDtFKMAQ2A7LFyn2Ptiuho6pYwlSec7m6vs_WTLhiU8kg_p_X4bDfsa7ZHv-RKIa_TWccg2QguaOKDUw2UhcVNGwa2FXfpMDGSdMT4oUP0vXn4/s320/IMG_3854.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Area dermaga.</td></tr>
</tbody></table>
<br />Semua hasil foto yang kami abadikan di Pulau Cipir, secara magis hasilnya bagus semua. Mirtsa bahkan sampai berkata kalau ia serasa sedang pemotretan majalah saking luar biasanya latar di pulau ini.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIrH8idnXkOUS7Zp97RYqJvTAz99cKOzMB7bpKvqTB0XRGweNpXxS7rgFqspWTI9Sa3aQFLmkSBG0FhvZ_7CvX6mklK8Ebedb_wCSxWaEvHFz2AV-KZ8HLpEHFF-X0viFcEpyLV8mjtSY/s1600/20171021_141248.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIrH8idnXkOUS7Zp97RYqJvTAz99cKOzMB7bpKvqTB0XRGweNpXxS7rgFqspWTI9Sa3aQFLmkSBG0FhvZ_7CvX6mklK8Ebedb_wCSxWaEvHFz2AV-KZ8HLpEHFF-X0viFcEpyLV8mjtSY/s320/20171021_141248.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil foto grup kami di Pulau Cipir.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdO8986zrXBrhWJ4L2VFuXEUCeAAaK7h3WAiop6FJunOlRhhDnPLFZSuxDelL1CGUJOweHcagDVDf27qv4OPdce6ZwUNZ1hn4aKUHQK0Sve1HnqL97puU1mlftcd08O3bYVmPRqDpJne8/s1600/20171021_143954.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdO8986zrXBrhWJ4L2VFuXEUCeAAaK7h3WAiop6FJunOlRhhDnPLFZSuxDelL1CGUJOweHcagDVDf27qv4OPdce6ZwUNZ1hn4aKUHQK0Sve1HnqL97puU1mlftcd08O3bYVmPRqDpJne8/s320/20171021_143954.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ini semua hanya bermodalkan...</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCR0a9tu-kmgxPUMr7rVp6W6N0T0D8cyrlwCkePlXD-NxTZdBTL8WGw75axvslj4bme2UK3o_ZvMfxYxz1GOWJqxq-SodnXJzaPS7kwIdKKF2U0lukbjH_71eIXREBC0gQxsMwWdIjNJM/s1600/20171021_144621.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCR0a9tu-kmgxPUMr7rVp6W6N0T0D8cyrlwCkePlXD-NxTZdBTL8WGw75axvslj4bme2UK3o_ZvMfxYxz1GOWJqxq-SodnXJzaPS7kwIdKKF2U0lukbjH_71eIXREBC0gQxsMwWdIjNJM/s320/20171021_144621.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">tripod dan kamera smartphone.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Jam setengah tiga sore, kapal kami mulai bertolak kembali menuju Muara Kamal. Hari itu adalah hari yang melelahkan, tapi saya juga berbahagia. Bahagia karena tahu kalau Jakarta tak lagi hanya sekedar bangunan-bangunan tinggi.<br />
<span style="color: purple;"><br /></span>
<i><span style="color: purple;">Katanya: selalu ada alasan untuk datang ke Jakarta, dan saya menemukan salah satu alasan itu kemarin.</span></i><br />
<br />
<span style="color: red;"><br /></span>
<span style="color: red;"><b>COST:</b></span><br />
<b><span style="color: #351c75;">1. Trans Jakarta sekali jalan: Rp 3.500,00 per orang</span></b><br />
<b><span style="color: #351c75;">2. Biaya tur: Rp 75.000,00 per orang.</span></b><br />
<b><span style="color: #351c75;">3. Ongkos angkutan plat hitam Rawa Buaya - Muara Kamal (PP): Rp 40.000,00</span></b><br />
<b><span style="color: #351c75;">4. Tarif ojek mobil daring Rawa Buaya - Gambir: Rp 32.000,00</span></b><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUJinFL73jQf9DdtCv2UEws3uKgDHa3vyyTrY5-3QNNsketBfGvBlO21iYDQiHZ70FjrxcrReU5fPHnhrZTvpT78e9OYJvP3Q2F0EY1qxU_clpTMj3z2Hm5zXFaxpRUkYE1b52AIUeKIM/s1600/20171021_140352.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUJinFL73jQf9DdtCv2UEws3uKgDHa3vyyTrY5-3QNNsketBfGvBlO21iYDQiHZ70FjrxcrReU5fPHnhrZTvpT78e9OYJvP3Q2F0EY1qxU_clpTMj3z2Hm5zXFaxpRUkYE1b52AIUeKIM/s320/20171021_140352.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b><span style="color: blue;">Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b></div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-14854598883086973762017-11-26T21:39:00.002+07:002017-11-26T21:39:49.239+07:00Berburu Ikan Beong Dan Ayam Di Magelang<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoO8HBpOXrM8pRUUKKWQPkMZixvplUUCw3tGBP-Hxr6AVRf79EksW-MoHi-QNVyCBTindpTmq5kGH8E2aaPK6pwaGUugFc-GsrTlJV7VOMUSmI-2wvhrK6K_auPhthuFDwWqmibhJ16-M/s1600/20170913_153808.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoO8HBpOXrM8pRUUKKWQPkMZixvplUUCw3tGBP-Hxr6AVRf79EksW-MoHi-QNVyCBTindpTmq5kGH8E2aaPK6pwaGUugFc-GsrTlJV7VOMUSmI-2wvhrK6K_auPhthuFDwWqmibhJ16-M/s320/20170913_153808.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Selama kuliah S2 ini, saya memiliki semacam geng jalan-jalan yang beranggotakan saya dan lima teman sekelas. Kesamaan kesenangan akan wisata, makan, dan melakukan aktivitas-aktivitas baru membuat kami berenam menjadi begitu klop. Kebanyakan perjalanan yang saya lakukan bersama mereka terjadi secara spontan, dan begitu <i>random. </i>Saya ingat pernah terpaksa membolos kuliah karena mendadak diculik kelima teman segeng itu untuk menonton pertandingan sepak bola tim lokal secara langsung - satu hal yang mereka tahu baru pertama kali saya lakukan seumur hidup ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Ada enak dan tidaknya mempunyai geng jalan-jalan yang serba spontan seperti itu. Enaknya adalah kami cukup rutin untuk bertemu dan keluar entah kemana. Ini penting sekali sebagai penyeimbang manakala kuliah terasa begitu menyiksa. Tidaknya, karena serba spontan maka yang terjadi adalah bak adegan penculikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mas Inal, salah seorang di antara kami semua yang kebetulan memakai mobil dalam kesehariannya di Jogja, bertindak bagaikan penculik utama. Kami sudah <i>mahfum</i> ketika tiba-tiba gawai kami berdering atau ribut di pagi hari karena ajakan keluar yang begitu mendadak. Kalau kami semua setuju, penculikan (penjemputan) pun berlangsung. Urutan korbannya sudah bisa ditebak: Mbak Ayu - saya - Mbak Sasta - Kak Ivel - dan terakhir, Mbak Nars. Saking rutinnya, kami sampai bisa mengalokasikan waktu untuk bersiap diri sesuai urutan penculikan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
13 September 2017 yang lalu, adegan penculikan terjadi lagi. Tujuannya cukup jelas: berburu ikan beong dan ayam di Magelang. Ini sebenarnya adalah ide yang sudah berkembang sejak lama di antara kami, tapi baru kesampaian kemarin. Pagi itu pun, saya sudah siap untuk "diculik dan menculik" teman-teman yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ikan beong yang kami cari di Magelang bukanlah ikan hidup, tapi sudah mati dan diolah menjadi makanan lezat bernama "Mangut Beong". Awalnya kami berangkat sesuai arahan dari Mbak Ayu yang meng-klaim kalau dia sudah pernah makan mangut beong sebelumnya dan tahu rumah makan paling enak seantero Magelang.<br />
<br />
Bergeraklah kami menuju ke sekitaran Candi Borobudur. Disana memang menjadi pusatnya penjual mangut beong. Kami menemukan satu penjual mangut beong yang persis berada di pinggir jalan besar penghubung Magelang-Purworejo.<br />
<br />
<i>"Eh, bukan disini. Dulu itu rumah makannya deket sama SD, terus ada pohonnya gede di halaman", </i>kata Mbak Ayu ketika melihat rumah makan pertama itu.<br />
<br />
Kami pun langsung membuka gawai masing-masing, mencari informasi rumah makan lain yang menjual mangut beong di sekitaran sana. Beberapa titik penjual yang nampak di <i>google map, </i>langsung kami datangi dan semuanya <i>zonk. </i>Kami malah berputar-putar di sekitar jalan besar tadi, bahkan ada satu titik yang begitu kami datangi justru berhenti tepat di rumah orang, tapi tak nampak ada aktivitas jual beli makanan.<br />
<br />
<i>"Ah ya sudah deh, kita balik ke rumah makan awal tadi. Kesel. Daripada nyari gak ketemu-ketemu", </i>Mbak Ayu mulai hilang kesabaran. Kami hanya tertawa mendengarnya.<br />
<br />
Yah, mungkin inilah rejeki dari pemilik rumah makan pertama yang kami lihat tadi. Kami berenam akhirnya berhenti dan mencoba mangut beong disana. Dua wanita langsung cekatan melayani pesanan kami. Tak hanya menjual mangut berbahan ikan beong, ada beberapa ikan air tawar lain yang bisa dipesan di Rumah Makan Mangut Beong Borobudur Asli seperti gabus, patin dan betutu.<br />
<br />
Kalau tidak salah kami memesan 4 porsi mangut beong, 1 mangut betutu, dan 1 mangut gabus. Sekedar untuk membandingkan dan menghapuskan rasa penasaran. Saya yang kebagian mangut betutu merasakan tekstur daging ikannya padat dan sedikit keras, jadi semacam ikan yang habis digoreng setengah matang baru kemudian dimasak lagi memakai kuah santan pedas.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4Mw_F6jxc-nArJCbhx1nItNUEtyNr3_XXTyqyAiRpk8-n-_sks3SCLkjxJTUIruAIwyQLMNprPhOPCSo3885XLh5rF0BhUTi_bTmZjR05RpD7I1ij5guQUMEGE5hBsg5YC7g6SbHTFx8/s1600/20170913_132349.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4Mw_F6jxc-nArJCbhx1nItNUEtyNr3_XXTyqyAiRpk8-n-_sks3SCLkjxJTUIruAIwyQLMNprPhOPCSo3885XLh5rF0BhUTi_bTmZjR05RpD7I1ij5guQUMEGE5hBsg5YC7g6SbHTFx8/s320/20170913_132349.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mangut Beong dan kawan-kawan.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Favorit saya dari ketiga ikan itu, tetaplah mangut beongnya. Ikan beong yang merupakan ikan endemik -hanya hidup dan dapat ditemukan di- Sungai Progo, teksturnya begitu lembut dan sedikit kenyal. Daging ikan beong juga paling juara daya serapnya sehingga seluruh bumbu mangut terasa sampai ke dalam-dalam. Soal harga, semuanya tergantung bagian dan ukuran ikan yang disajikan kepada pengunjung. Kemarin kami semua habis sekitar Rp 140.000-an, sudah termasuk minum dan kerupuk.<br />
<br />
<i>"Hmm, gak sepedas mangut beong di warung yang aku maksud",</i> tukas Mbak Ayu sehabis makan. Lagi-lagi, kami hanya bisa tertawa mendengarnya. Salah siapa lupa arah coba?<br />
<br />
Perburuan kami di Magelang berlanjut dengan mencari ayam. Kembali, ayam yang saya maksud disini bukanlah ayam hidup, bahkan sebenarnya bukan ayam-ayam juga. Woh! Sudah bisa menebak maksud saya?<br />
<br />
Iya betul, sehabis makan mangut beong kami menyempatkan mampir ke "Gereja Ayam" karena letaknya yang cukup berdekatan. Kami bahkan sudah melewati jalan menuju ke gereja tersebut saat memburu rumah makan mangut beong tadi.<br />
<br />
Setelah membayar tiket sebesar Rp 15.000,00 per orang, kami segera dihadapkan kenyataan harus berjalan kaki menanjak agar bisa sampai ke Gereja Ayam. Tanjakannya sih sebenarnya tidak begitu curam dan panjang, cuma karena posisi kami masih kekenyangan maka rasanya jadi lebih berat dan malas-malasan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiswheVyDZlTpFLXY6wjpkh0X_SzSW-j67zVTNAjDScQYTWSFNfiY36RfdlV1IE_QhDI40frPic4yYFSPu4PjY1s3y12jZgbDeYvNoKDub6ue6qUsIm700JIysiOOLN_zIGFlLmfuGIjf8/s1600/20170913_153613.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="204" data-original-width="361" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiswheVyDZlTpFLXY6wjpkh0X_SzSW-j67zVTNAjDScQYTWSFNfiY36RfdlV1IE_QhDI40frPic4yYFSPu4PjY1s3y12jZgbDeYvNoKDub6ue6qUsIm700JIysiOOLN_zIGFlLmfuGIjf8/s320/20170913_153613.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Ayu, Mbak Nars dan Kak Ivel ngos-ngosan. 😆</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Semenjak namanya semakin bergaung pasca dipakai sebagai latar film "Ada Apa Dengan Cinta 2", perubahan besar-besaran memang terjadi di Gereja Ayam. Saya masih teringat bagaimana cerita teman saya dahulu yang datang kesana saat tempat ini bak bangunan terbengkalai. "Horor" - kata teman saya waktu itu. Kini, suasananya begitu hidup karena ramai pengunjung dan beberapa fasilitas publik telah ditambahkan.<br />
<br />
Tak banyak yang bisa kita lakukan di Gereja Ayam. Sebuah galeri foto berdiri menempati salah satu sudut lantai dasar dari bangunan rumah doa yang dibangun oleh Daniel Alamsjah pada tahun 1990 ini. Selebihnya, tak banyak yang bisa dinikmati disana.<br />
<br />
<i>Highlight</i> dari Gereja Ayam terletak pada bagian atap berbentuk mahkotanya. Dari sana, kami bisa menikmati pemandangan Pegunungan Manoreh yang membentang dari sudut ke sudut. Candi Borobudur juga bisa kita lihat dari atas manakala cuaca cerah.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJy9kpYD9allOPfwdE52bq304kEiQY3J3E7aAfsJaGam5yPwVsG-p_DjlU0jSyaDzNIwo6DI6guluBSf_BBClVeN43hQW-pJVKnVm6OA21_A8yetmwm_TPdlCxORqq8gUhMFaABHHRaz0/s1600/20170913_155603.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJy9kpYD9allOPfwdE52bq304kEiQY3J3E7aAfsJaGam5yPwVsG-p_DjlU0jSyaDzNIwo6DI6guluBSf_BBClVeN43hQW-pJVKnVm6OA21_A8yetmwm_TPdlCxORqq8gUhMFaABHHRaz0/s320/20170913_155603.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pegunungan Manoreh. Cantik!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhay5zgh5RwTvSTYIpACv2eEFcFfIwYbVzdbWno17brVkZu8luH8J3PIVDfaf5LaPKAXyYCTKMhoWx30sqpopzPehAVLzpkbW8L7-gN8TmZFx08O4yYR_IGVF-wiawjsDLl4719xilfLDY/s1600/IMG-20170913-WA0042.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="252" data-original-width="448" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhay5zgh5RwTvSTYIpACv2eEFcFfIwYbVzdbWno17brVkZu8luH8J3PIVDfaf5LaPKAXyYCTKMhoWx30sqpopzPehAVLzpkbW8L7-gN8TmZFx08O4yYR_IGVF-wiawjsDLl4719xilfLDY/s320/IMG-20170913-WA0042.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto bersama modal sok akrab sama pengunjung lain.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tiket yang telah kami bayarkan tadi sudah termasuk kupon untuk cemilan tradisional. Kita bisa mengambil jatah cemilan kita dengan menunjukkan tiket kepada petugas di bagian kafe. Cemilannya sederhana: ketela goreng dengan sambal korek, dan kalau mau minum kita harus membeli sendiri. Kafe yang sepertinya dibangun dengan dana sponsor dari salah satu produk minuman ini lumayan nyaman, dan suasana terbaik menurut kami ada di lantai atas-nya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVeXwxeEUKjlZH_hwysffqG7gU2CW146JvMqmsDIDc8eMfECswPSFbvH3j2A_Rzzfefnx6GqWq8YqO5Jxip3bzdHpxG9hq2H8J6wqvPYs21DaTRG7IVl77y1LBVM-haoozLGpmcCvLPLU/s1600/20170913_164332.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="204" data-original-width="361" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVeXwxeEUKjlZH_hwysffqG7gU2CW146JvMqmsDIDc8eMfECswPSFbvH3j2A_Rzzfefnx6GqWq8YqO5Jxip3bzdHpxG9hq2H8J6wqvPYs21DaTRG7IVl77y1LBVM-haoozLGpmcCvLPLU/s320/20170913_164332.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Singkong goreng+sambal korek=<i> nomero uno!</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOHs1oA15MQgCeuiBHWzIFoUAqaBVIbjXHfXNxlAaLuQ_YjXaMvcfzzm92p8OQ_PqhMO5IWas7Gc9DvxQ4QV1P_iG68KovlCwA0851YM3pwElXfDd0Dvroa65Aazffn_HWAigkTYKlFwU/s1600/IMG-20170913-WA0010.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="180" data-original-width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOHs1oA15MQgCeuiBHWzIFoUAqaBVIbjXHfXNxlAaLuQ_YjXaMvcfzzm92p8OQ_PqhMO5IWas7Gc9DvxQ4QV1P_iG68KovlCwA0851YM3pwElXfDd0Dvroa65Aazffn_HWAigkTYKlFwU/s1600/IMG-20170913-WA0010.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kami di Kafe Gereja Ayam. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Terlepas dari suasananya yang mulai hidup, kesan mistis masih kental terasa di bangunan yang sejatinya berbentuk burung merpati itu. Bagian ruang bawah tanahnya, <i>to be exact,</i> masih terasa mengeluarkan kesan yang bikin bulu kuduk berdiri. Pencahayaan ruangan yang kuning temaram semakin menambah kengerian di bawah sana. Padahal, ruang bawah tanah ini sendiri kini diperuntukkan sebagai ruang beribadah.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixtZBnKVjHOHE-r97G9pSbVdt6j8AfuWRwJe5fdZrnI94uqhHgN-tgiQc5O4Bs1IVaf-ytkInRwyGcRTNNZqQfXFHpjXy_VbN-C6o7iilul7ypf_0qdrL4eu0ULS7cCs9uVZNh1Qpm0xk/s1600/20170913_162003.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixtZBnKVjHOHE-r97G9pSbVdt6j8AfuWRwJe5fdZrnI94uqhHgN-tgiQc5O4Bs1IVaf-ytkInRwyGcRTNNZqQfXFHpjXy_VbN-C6o7iilul7ypf_0qdrL4eu0ULS7cCs9uVZNh1Qpm0xk/s320/20170913_162003.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Apakah kalian bisa merasakan suasana horornya?</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Mas Inal yang semula hendak sholat disana menjadi salah satu korbannya. Di kafe, saat yang lain sibuk mengobrol, ia lebih banyak terdiam. Pada saat kita pulang pun, ia langsung ngibrit lari ke parkiran. Saya, Kak Ivel, Mbak Nars, Mbak Sasta dan Mbak Ayu hanya bisa bertanya-tanya - ada apakah gerangan?<br />
<br />
Di dalam mobil, barulah Mas Inal bercerita kalau ia mengurungkan niatnya untuk sholat disana sebab ketika berjalan ke ruangan sholat yang berada di ruang bawah tanah, eh mendadak ada yang mencoleknya dari belakang. Padahal, tidak ada siapa-siapa selain dirinya di ruang bawah tanah pada waktu itu. <i>Hiiy, </i>untung saya mengurungkan niatan untuk turun ke bawah!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvnw9MMY7e28vSCg_0mTyN25kiJMIgPuZaI01CM5mMr5ggxAUGtfHtuq6qbu2X2S0cV1txD8x-xZF3beWNCElBbCFtJuwpWGq-lUBNwOiKTPk4yKkjMnl1E1pNLzvWPIH0FDFpn3l17gs/s1600/IMG-20170913-WA0051.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="307" data-original-width="410" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvnw9MMY7e28vSCg_0mTyN25kiJMIgPuZaI01CM5mMr5ggxAUGtfHtuq6qbu2X2S0cV1txD8x-xZF3beWNCElBbCFtJuwpWGq-lUBNwOiKTPk4yKkjMnl1E1pNLzvWPIH0FDFpn3l17gs/s320/IMG-20170913-WA0051.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b><span style="color: blue;">Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b><br />
<br /></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-66132890317283661062017-11-04T19:37:00.003+07:002017-11-04T19:37:56.381+07:00Kulon Progo: Permata Baru Dari Daerah Istimewa Yogyakarta<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipdtq4cfQQQuLMr4G4otDNa5eeP7PvlU7rhgo4zAJ2pTp3DQuX1q0TOhWaxjz8TPqtj9eg5Aa26AMOUeb2YD9APrbmvgPcfhpb3Y8rWqcwkZI3SdSzSuV8OmXORSm2PmJcqlS-dKZsUng/s1600/20170825_133037.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="233" data-original-width="413" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipdtq4cfQQQuLMr4G4otDNa5eeP7PvlU7rhgo4zAJ2pTp3DQuX1q0TOhWaxjz8TPqtj9eg5Aa26AMOUeb2YD9APrbmvgPcfhpb3Y8rWqcwkZI3SdSzSuV8OmXORSm2PmJcqlS-dKZsUng/s320/20170825_133037.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Selama ini, Kulon Progo tidaklah setenar para saudaranya di Daerah Istimewa Yogyakarta seperti Kabupaten Sleman atau Gunung Kidul misalnya. Namanya mungkin baru terdengar setelah pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) oleh pemerintah, dan dipersiapkan sebagai pengganti dari Bandara Internasional Adi Sutjipto yang dinilai sudah terlalu padat. Padahal, Kulonprogo juga memiliki obyek-obyek wisata yang tidak kalah dengan saudara-saudaranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Akhir Bulan Agustus lalu, saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi beberapa obyek wisata di kabupaten yang namanya berarti: Di Sisi Barat Sungai Progo itu. Kunjungan tersebut tercipta akibat menemani Agam, salah seorang teman saya di Salatiga, yang kebetulan sedang ada seminar di Jogja dan meminta untuk ditemani berkeliling.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mari berkata jujur. Tak hanya Bandara Adi Sutjipto saja yang sekarang terasa padat, mayoritas wilayah di Jogja pun sudah mulai padat. Kemacetan, apalagi ketika jam sibuk dan akhir pekan, bagaikan pemandangan yang jamak dijumpai. Kulon Progo justru terasa lebih lenggang. Belum pula keramahan penduduknya seketika mengingatkan saya pada suasana Jogja dahulu kala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat wisata yang kami datangi pertama kali adalah Kedung Pedut. Perjalanan itu memakan waktu hampir 1.5 jam dari rumah indekos saya, melewati jalanan yang mayoritas menanjak dan berkelok-kelok begitu mendekati lokasi.<br />
<br />
Beberapa kali, saya terpaksa meminta Agam untuk turun dan berjalan kaki karena curamnya tanjakan yang harus kami lewati. Di salah satu ruas tanjakan tempat saya berhenti sambil menunggu Agam yang berjalan dari bawah, seorang pengendara motor mendadak mendekati saya.<br />
<br />
<i>"Mas, itu temennya pingsan loh!"</i>, katanya sambil terkekeh. Saya hanya tertawa dan melambaikan tangan tanda perpisahan. Sial, dijadikan bahan lelucon orang asing.<br />
<br />
Namun, kondisi jalan yang sejujurnya agak menyeramkan itu termaafkan oleh pemandangan-pemandangan cantik sepanjang perjalanan. Mulai dari gunung, sawah, hingga hutan - seluruhnya terasa memanjakan mata.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhi7FX1K_Ds0aQIUEj3do4gFklZqUgzMRYfOA7w3MRQS4-r1CdoCCVhGEzGog4iUXIMEA0SZkl2X3Gt67cKUN6PU6l16ffdYDhHfm9kCqbqg9VIPqpw3Tvxjw8N2d1GcE8jgK-9gMj3lgA/s1600/IMG_3690.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="300" data-original-width="400" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhi7FX1K_Ds0aQIUEj3do4gFklZqUgzMRYfOA7w3MRQS4-r1CdoCCVhGEzGog4iUXIMEA0SZkl2X3Gt67cKUN6PU6l16ffdYDhHfm9kCqbqg9VIPqpw3Tvxjw8N2d1GcE8jgK-9gMj3lgA/s320/IMG_3690.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di tengah-tengah perjalanan dari YK menuju Kulon Progo<br />via Jalan Godean, kalian akan menemukan tiga buah gazebo<br />yang bisa dipakai untuk sekedar meluruskan kaki.<br />Pemandangannya ajib!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kedung Pedut sendiri sebenarnya merupakan nama dari sebuah air terjun dimana ia memiliki sekitar tiga tingkatan air terjun dan beberapa kolam. Kami masih harus trekking selama sekitar seperempat jam untuk bisa sampai ke lokasi air terjun, berjalan melintasi hutan yang cukup lebat dengan diiringi oleh suara kicau burung dan derit serangga.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyJyB8YooMJmJkQ8aGtgiXC1ogFVwJWfGJUDBg6W0zlLc1NOcfMOj4YJc2tpZsM0huhofKKSxOfbCJKDKb9isJ1f1dcLeCcyuHoYnSqPC9il_G1ZcJw8TTxFxgELvhCeZ_nUS1fmy5_fA/s1600/20170825_084309.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="233" data-original-width="413" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyJyB8YooMJmJkQ8aGtgiXC1ogFVwJWfGJUDBg6W0zlLc1NOcfMOj4YJc2tpZsM0huhofKKSxOfbCJKDKb9isJ1f1dcLeCcyuHoYnSqPC9il_G1ZcJw8TTxFxgELvhCeZ_nUS1fmy5_fA/s320/20170825_084309.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kedung Pedut dari atas, tampak tersembunyi<br />di tengah-tengah pepohonan.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Entah kami yang datang terlalu pagi atau berhubung itu Hari Jumat, tapi Kedung Pedut terasa sepi oleh pengunjung. Kami justru bahagia. Ini berarti kami bebas menjelajah dan bermain air sepuasnya disana. Salah seorang petugas memperingatkan kami dari tiga tingkatan air terjun yang dimiliki Kedung Pedut, tingkatan dan kolam air nomer dua merupakan area terlarang karena kedalamannya.<br />
<br />
Kami pun mengikuti arahan dari petugas itu untuk berjalan menyusuri dari tingkatan paling atas dahulu, tempat dimana keseluruhan Kedung Pedut bermula. Berhubung masih memasuki musim kemarau, maka debit airnya tidak begitu besar. Namun, kami tetap saja terpesona oleh warna air di setiap kolamnya: warna hijau tosca yang sungguh ciamik ketika berpadu dengan warna kuning dari tebing pelindung kolam-kolam tersebut.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdHaoeT2eXK-S8MHdG3xT0y6J5iUyRBxpVQP-oODI4TiCjLcMDT6BhpffjHPBghpDspC9U04VNbQY14zr7a-4__rgMbmTEY-zi8yaW7jU09GGlDPOTInNU8sCgHYLLAcq6QwRisdyu4gs/s1600/IMG_3710.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdHaoeT2eXK-S8MHdG3xT0y6J5iUyRBxpVQP-oODI4TiCjLcMDT6BhpffjHPBghpDspC9U04VNbQY14zr7a-4__rgMbmTEY-zi8yaW7jU09GGlDPOTInNU8sCgHYLLAcq6QwRisdyu4gs/s1600/IMG_3710.JPG" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu kolam di Kedung Pedut. Sekedar duduk di<br />pinggirnya sambil menceburkan kaki saja rasanya<br />damai banget.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di tingkatan air terjun terakhir yang mana sekaligus memiliki kolam renang alami sedalam dua meter, kami bertemu dengan Pak Bowo - seorang warga desa yang kini ditugaskan menjadi penjga kolam renang tersebut. Sembari beristirahat, kami menyempatkan mengobrol banyak hal bersamanya.<br />
<br />
<i>"Dahulu, kolam-kolam air ini selalu tertutup kabut setiap pagi. Oleh karena itulah makanya dinamakan Kedung Pedut atau kalau dalam Bahasa Indonesia berarti Kolam Kabut"</i>, kata Pak Bowo ketika saya menanyakan padanya asal mula penamaan tempat itu.<br />
<br />
Jauh sebelum menjadi obyek wisata seperti sekarang ini, Kedung Pedut sudah menjadi sumber air utama bagi penduduk desa-desa di sekitar sana. Di kolam-kolam itulah mereka biasa mandi, mencuci, dan lain sebagainya. Kedung Pedut pun menjadi semacam pusat interaksi warga desa. Kini, pipa-pipa air sudah dibangun untuk mengalirkan air langsung menuju setiap rumah. Praktis, hanya kegiatan wisata yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat desa lah yang menjadi nyawanya sekarang.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtcFDgZTMr3HNRIyo8CP0dz-7GLCGSny_ZHTT7EA-3onzykXIN7Zl39LrGf05L31dpRq4lDAyqfTpAZUElYox-lO7fUZ6gH3kq0Pp-lVBFmCDIX719L9G87z4OvuXeZeK6dtS1Ci2NqOs/s1600/20170825_095212.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtcFDgZTMr3HNRIyo8CP0dz-7GLCGSny_ZHTT7EA-3onzykXIN7Zl39LrGf05L31dpRq4lDAyqfTpAZUElYox-lO7fUZ6gH3kq0Pp-lVBFmCDIX719L9G87z4OvuXeZeK6dtS1Ci2NqOs/s320/20170825_095212.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Agam berfoto di dekat salah satu kolam.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dari Kedung Pedut, kami memutuskan menuju obyek wisata kedua hari itu yakni Waduk Sermo. Perjalanan yang terasa mengerikan kembali kami jumpai, tapi kali ini dalam wujud turunan curam. Di salah satu ruas jalan, kami bahkan sempat jatuh karena jalanannya penuh pasir sisa perbaikan jalan.<br />
<br />
Perjalanan dari Kedung Pedut menuju Waduk Sermo memakan waktu kurang lebih 45 menit. Sebelumnya, kami sudah membayangkan akan memakan ikan air tawar sebagai menu makan siang, tapi rencana tersebut akhirnya buyar akibat ketidaktahuan kami soal luas waduk itu. Saking luasnya, Waduk Sermo memiliki beberapa obyek wisata lain yang menjual panorama waduk dari sudut pandang berbeda-beda.<br />
<br />
Kemarin, kami memutuskan untuk berhenti di Bukit Pethu. Lagi-lagi, tak ada pengunjung lain selain kami berdua. Seorang wanita yang bertugas menjaga loket tiket pun tampak terkantuk-kantuk. Di Bukit Pethu, terdapat tiga<i> spot</i> foto yang berbentuk jembatan dan rumah pohon. Untuk bisa berfoto disana, kami harus membayar lagi. Tarifnya bermacam-macam mulai dari Rp 5.000,00 hingga Rp 10.000,00.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDXK74ABkQQwTgU7sOYYxA2XA1hQjET937P-EMYwMLzU3HFquupJxwFOV9L4BmLpJorvIG1axvJnwXALXzq0jJsPXabgdj6I55uI1e_N_opq3zv1iI1cUSygGke4go7J25w9vV_F2cGuc/s1600/IMG_3720.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="300" data-original-width="400" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDXK74ABkQQwTgU7sOYYxA2XA1hQjET937P-EMYwMLzU3HFquupJxwFOV9L4BmLpJorvIG1axvJnwXALXzq0jJsPXabgdj6I55uI1e_N_opq3zv1iI1cUSygGke4go7J25w9vV_F2cGuc/s320/IMG_3720.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemandangan Waduk Sermo dari Bukit Pethu.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kami lantas memilih spot rumah pohon karena biayanya yang paling murah. Itu saja akhirnya hanya saya yang berfoto sebab Agam meragukan keamanan dari rumah pohon tersebut. Seluruh rayuan dan bujukan yang saya lontarkan gagal, Agam tetap kukuh tidak mau naik.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitUv0B-qa0j-vBz-SxdvxPUzAYA02ovwFeKGlN5m4X82j62FvRfZgWQ1aj4h1nnVAFd8zAf-kx-49xtFFuUgO4yMjN9adn8in4yFqhAr2pf_WpIs_gtWGVWdBNoct_t6YpXBlARtTAtP4/s1600/IMG_3055.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="252" data-original-width="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitUv0B-qa0j-vBz-SxdvxPUzAYA02ovwFeKGlN5m4X82j62FvRfZgWQ1aj4h1nnVAFd8zAf-kx-49xtFFuUgO4yMjN9adn8in4yFqhAr2pf_WpIs_gtWGVWdBNoct_t6YpXBlARtTAtP4/s1600/IMG_3055.JPG" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Anu mas, 17an-nya sudah lewat.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung rasa lapar begitu kuat mendera, akhirnya kami memesan makanan pada wanita petugas tadi. Ia memang sekalian memiliki warung di Bukit Pethu. Makanan yang kami pesan cukup sederhana: mie instan dengan lauk telur dan kacang atom. Meskipun begitu, kenikmatan rasanya jadi berlipat ganda sebab dimakan sembari menikmati pemandangan waduk yang disebut-sebut sebagai waduk terbaik se-Indonesia itu.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBpfYPrzHRQZAFl1yUvDgQJV_02YpwNGjFmlG0V_yspKJVbHTQgTV7D83g-yXhcOWZxmED2PnMzTDvDbmkpT8BmjLdYaz3FqkwLsLfx2dVxs5bdkIpSraX5fCvT0q3MO_qC5Smt9WOSOU/s1600/20170825_115334.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="233" data-original-width="413" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBpfYPrzHRQZAFl1yUvDgQJV_02YpwNGjFmlG0V_yspKJVbHTQgTV7D83g-yXhcOWZxmED2PnMzTDvDbmkpT8BmjLdYaz3FqkwLsLfx2dVxs5bdkIpSraX5fCvT0q3MO_qC5Smt9WOSOU/s320/20170825_115334.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kenikmatan tiada terkira.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berkebalikan dari perjalan berangkat yang terasa berat dan menakutkan, perjalanan pulang dari Waduk Sermo benar-benar merupakan perjalanan yang menyenangkan. Berjalan menyusuri pinggiran waduk seluas 157 hektar dengan jalanan yang relatif datar dan mulus, membuat kami hanya bisa tersenyum bahagia sepanjang perjalanan pulang.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya, Kulon Progo masih menyimpan banyak obyek wisata yang bisa dikunjungi oleh para petualang. Kalibiru, Pantai Glagah, hingga Goa Kiskendo adalah beberapa obyek wisata lain yang dimiliki oleh kabupaten ini. Dalam perjalanan menuju Kedung Pedut saja, kami berdua menemukan banyak tempat yang terlihat menarik untuk dikunjungi. Namun niat untuk mampir kami urungkan ketika melihat pintu masuk obyek-obyek wisata itu masih tergembok rapat dan tak berpenjaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlepas dari itu, Kulon Progo sukses membuat saya jatuh hati, terutama akan keramahan para penduduknya yang sungguh luar biasa. Agam yang sering saya minta untuk turun dan berjalan kaki ketika dihadapkan pada kondisi jalan yang menakutkan, eh tetap saja ada penduduk yang menghampiri dan mengajaknya untuk naik kendaraan mereka. Duh, siapa yang tidak terharu?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kulon Progo benar-benar mengingatkan saya pada Jogja dahulu. Asal dipoles sedikit saja, bisa jadi kabupaten ini bakal berubah menjadi permata baru dari Daerah Istimewa Yogyakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><span style="color: red;"><u>COST:</u></span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1. Tiket Masuk Kedung Pedut: Rp 6.000,00 per orang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">2. Biaya parkir Kedung Pedut: Rp 3.000,00 per motor.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">3. Biaya parkir Bukit Pethu: Rp 2.000,00 per motor.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">4. Biaya spot foto rumah pohon Bukit Pethu: Rp 5.000,00 per orang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">5. Makan (indomie, telur, kacang atom): Rp 5.000,00 per orang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLhyphenhyphenYJ7Wekj9C71H0Ehuiwem9vQ6q7JiaFeM8E6TVN1QnLCA7ANNW4HEcppkYsfDrOUZjvDRLphTKos_Xb_5OoM1PxSSxQlzGAX6tuDKwB2uMWf0AMjXXFRYyCmEYtw2t8yicVNfy_mJM/s1600/IMG_2996.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="386" data-original-width="290" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLhyphenhyphenYJ7Wekj9C71H0Ehuiwem9vQ6q7JiaFeM8E6TVN1QnLCA7ANNW4HEcppkYsfDrOUZjvDRLphTKos_Xb_5OoM1PxSSxQlzGAX6tuDKwB2uMWf0AMjXXFRYyCmEYtw2t8yicVNfy_mJM/s320/IMG_2996.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung!</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-67160166250147325792017-10-29T19:49:00.002+07:002017-10-29T20:10:44.559+07:00Temanggung Dan Tembakau<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTEsP0pmoZKRMePoL4egEK5hgCdz1b4Lct7zIgdyxY2J5MZIhqvZDXAE2inBAwwwWP1BHaocej2sLIKZ9XI7LdVI8WOxI6ORAsYFZG20M1bAdI9sfn8m-aWIXBF9L6IBJt3r4S4qyr2nQ/s1600/IMG_3630.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="263" data-original-width="350" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTEsP0pmoZKRMePoL4egEK5hgCdz1b4Lct7zIgdyxY2J5MZIhqvZDXAE2inBAwwwWP1BHaocej2sLIKZ9XI7LdVI8WOxI6ORAsYFZG20M1bAdI9sfn8m-aWIXBF9L6IBJt3r4S4qyr2nQ/s320/IMG_3630.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Menurut data dari Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2015 lalu, setidaknya terdapat 15.730 hektar lahan di Kabupaten Temanggung yang ditanami oleh tembakau. Jumlah produksi tahunannya juga tidak main-main, yakni mencapai 6.923 ton per tahun. Tak mengherankan apabila kemudian Temanggung sering dijuluki dengan sebutan "Negeri Tembakau". Kunjungan saya dan Mbak Sekar ke kesana kemarin pun, ternyata mau tak mau membuat kami dekat dengan tanaman berdaun lebar itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Perjumpaan pertama kali kami dengan tanaman tembakau terjadi saat kami mendatangi Wisata Alam Posong yang berada persis di Lereng Gunung Sindoro, tepatnya di Desa Tlahap, Kecamatan Kledung. Itu adalah perjalanan yang sangat menguras tenaga. Kami sempat tersesat jauh manakala hendak kesana sepulangnya dari Pasar Papringan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu itu kami berencana menghemat baterai gawai sehingga hanya mengandalkan petunjuk arah dari penduduk yang dapat kami temui sepanjang perjalanan. Petunjuk dari mereka ternyata justru membuat kami berjalan berputar-putar saja selama hampir 1,5 jam lamanya. Beberapa penduduk bahkan hanya mengangkat bahu ketika kami tanya arah menuju ke Posong. Loh, bagaimana sih ini?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Habis kesabaran. Saya pun akhirnya menghidupkan GPS di gawai untuk mengecek keberadaan tempat tersebut. Astaga. Posisi kami saat itu justru menjauhinya. Kami hanya bisa mengutuk dalam hati, tak selamanya petunjuk dari penduduk sekitar bisa dipercaya. Ini niatnya mau hemat, eh malah rugi tenaga dan waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengikuti arahan dari GPS, tibalah kami pada loket tiket Wisata Alam Posong. Dan perjuangan yang sesungguhnya baru dimulai dari sana. Kami harus melewati jalanan berbatu yang terus menanjak, dengan kemiringan beraneka rupa. Saya serasa mengalami penderitaan ganda dalam perjalanan itu. Pergelangan tangan, bahu, dan pantat rasanya pegal sekali karena terus menerus berguncang mengikuti kondisi jalan. Hiburan kami hanyalah pemandangan tanaman tembakau yang tersebar di pinggir-pinggir jalan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMvFiIdhMaA_W2yInE3eaYVJOPqbXJ0sZWzG0b61YC89WxVfoFR1gUkr6BT_ys8iNbLT-bqb60OO-Fuq5MNOke2uja2c5LVkvprNjqe3n5-WKhRNMAJbocDFjLOn5vFCYzxjKj16Kuya0/s1600/20170806_105451.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="233" data-original-width="413" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMvFiIdhMaA_W2yInE3eaYVJOPqbXJ0sZWzG0b61YC89WxVfoFR1gUkr6BT_ys8iNbLT-bqb60OO-Fuq5MNOke2uja2c5LVkvprNjqe3n5-WKhRNMAJbocDFjLOn5vFCYzxjKj16Kuya0/s320/20170806_105451.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ladang Tembakau berlatarkan Gunung Sumbing<br />
yang tertutup awan tebal.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir setengah jam yang terasa begitu menyiksa, sampailah kami di Posong. Rugi dan beruntung. Itulah dua hal yang kami rasakan begitu sampai disana. Posong, selama ini dikenal karena pemandangan Gunung Sumbingnya yang mempesona. Sayangnya, kedatangan kami siang itu tidak direstui oleh cuaca, awan tebal menggelayut dan menutupi hampir setengah gunung tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, kami juga merasa beruntung. Kedatangan kami tepat satu hari sebelum destinasi wisata ini ditutup untuk umum dengan alasan konservasi. Waktu penutupannya pun lumayan lama, yakni hampir dua bulan. Lokasi Posong memang masuk ke dalam wilayah Taman Nasional Sindoro-Sumbing sehingga penutupan semacam itu memang sering dilakukan secara berkala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untungnya, ada lahan tanaman tembakau yang bisa dieksplorasi tepat di bawah area parkir Posong. Kami hanya harus berjalan mengikuti jalan setapak yang terasa bagaikan membelah permadani hijau. Saya dan Mbak Sekar langsung terbuai oleh pemandangan yang menyejukkan mata sekaligus menenangkan hati ini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvsB-C6Ls5M2Pwa5birgciqhhnp4SEZRub_ybVBNPCen2q8Dpw99b_YMoc7J7Xpe6jWf04n_Pi9vvVh87lutRYHk6oJQHvQflEskzXWKMrlNjVfkwnDeTvxsqsGJsmyVcIzNXS347mIgo/s1600/20170806_105223.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="204" data-original-width="361" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvsB-C6Ls5M2Pwa5birgciqhhnp4SEZRub_ybVBNPCen2q8Dpw99b_YMoc7J7Xpe6jWf04n_Pi9vvVh87lutRYHk6oJQHvQflEskzXWKMrlNjVfkwnDeTvxsqsGJsmyVcIzNXS347mIgo/s320/20170806_105223.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hijaunya cantik banget!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHhweyDGEf7aQ45jRgOSvdt1YulUeT_vjzyVq-lceSZ2n3K0o95Hqhv55ZhHsgALYYe56NFe65fqTxfaym4SEOJmxu-z8uXlqQOdqwd5L3UR6uRCFm2DnNl1_d_JG3i35l3faE3bqu7KE/s1600/20170806_105528.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="233" data-original-width="413" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHhweyDGEf7aQ45jRgOSvdt1YulUeT_vjzyVq-lceSZ2n3K0o95Hqhv55ZhHsgALYYe56NFe65fqTxfaym4SEOJmxu-z8uXlqQOdqwd5L3UR6uRCFm2DnNl1_d_JG3i35l3faE3bqu7KE/s320/20170806_105528.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Sekar berbahagia dengan sepeda<br />
motor pinjaman milik Pak Tani.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami juga sempat bercakap sebentar dengan seorang petani tua yang tampak tengah memotongi tunas daun muda dari tanaman-tanaman tembakau miliknya. Katanya, itu adalah upaya untuk memaksimalkan kualitas daun tembakau yang pertama kali muncul. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo5yBzLzex-9KyphC6Ms9RvrOQnVUV7g7DREInmB_jTCLkGeh9YLpTo9_36B9123lTwvLl3bbTAjzj2gbsmmvRjDTuVZRdMTi14ia9Qab5-JR_I6MgEfJ3mclFX7W09FrnjmoZTKAsBDg/s1600/IMG_3642.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="263" data-original-width="350" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo5yBzLzex-9KyphC6Ms9RvrOQnVUV7g7DREInmB_jTCLkGeh9YLpTo9_36B9123lTwvLl3bbTAjzj2gbsmmvRjDTuVZRdMTi14ia9Qab5-JR_I6MgEfJ3mclFX7W09FrnjmoZTKAsBDg/s320/IMG_3642.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bapak petani yang mengajak ngobrol kami sembari<br />
tangannya tangkas memotongi tunas muda.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Minggu depan ini sudah siap panen kok, mas",</i> katanya menambahkan sembari terus sibuk memetiki tunas-tunas muda dari tanaman satu ke tanaman lainnya. Ah, pasti menyenangkan bisa melihat secara langsung aktivitas panen para petani tembakau itu. Batin saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum pulang, Mbak Sekar mengajak saya untuk menuju warung favoritnya di Posong. Warung sederhana berdinding kayu dan beralas tanah yang menjual makanan dan minuman instan, serta aneka gorengan. Mendoan-nya sungguh juara. Tempenya besar dan tipis, lantas digoreng kering dengan tepung.<br />
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgC9vf_rvgBawRg2padSLcaifiVr_ntTXzW0hP9nOymsQT6EJgx6UccmOBRsVtudkfKnDg0nTsg4SuV6OsymsMSnChPm2CxHTbhFsa4NbUCBcraMPKJcYWb7ivEcvWqh4VeJbhyLJhhfE/s1600/20170806_114047.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="204" data-original-width="361" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgC9vf_rvgBawRg2padSLcaifiVr_ntTXzW0hP9nOymsQT6EJgx6UccmOBRsVtudkfKnDg0nTsg4SuV6OsymsMSnChPm2CxHTbhFsa4NbUCBcraMPKJcYWb7ivEcvWqh4VeJbhyLJhhfE/s320/20170806_114047.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ini mendoan versi Temanggung. <i>Ju to the Ara = Juara!</i></td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjumpaan kami dengan tembakau di Temanggung belumlah usai. Masih ada satu lagi, tapi dengan cara yang agak unik: kuliner. Pernah dengar nasi goreng<i> mbako</i>? Iya, kalian tidak salah baca. Nasi goreng tembakau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau ini 100% adalah ide dari saya. Jauh-jauh hari ketika merencanakan perjalanan ke Temanggung, saya langsung berpesan ke Mbak Sekar kalau ingin mencicipi nasi goreng <i>mbako</i>. Saya pertama kali mengetahui ada masakan <i>nyeleneh</i> tersebut dari tayangan berita di sebuah stasiun televisi swasta, beberapa tahun yang lalu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang pengetahuan saya, hanya ada satu lokasi yang menjual nasi goreng <i>mbako</i> seantero Temanggung. Lokasi itu adalah Rumah Makan Temanggung Bersenyum (Tebers) yang terletak di Jalan MT. Haryono, dekat sekali dengan alun-alun. Kami sempat melewatkan rumah makan ini karena papan namanya tak begitu terlihat. Setelah menyusuri jalan kembali, kami bisa menemukannya setelah melihat sebuah becak yang nongkrong di atap - tanda khas rumah makan tersebut.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtH9Em7YbH65NAMf40hsdREJxd6bOvH77Xv18WMfUVkUizIY4KAeuaWLkEYYGUyuaL0ThPUUOe1Rt0HycX2PGnVDCH3NLnCADp7qOrLgqmCUTML4K7LQ32kuY6E-e27v6SFF_lYpqI-0w/s1600/IMG_3645.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="263" data-original-width="350" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtH9Em7YbH65NAMf40hsdREJxd6bOvH77Xv18WMfUVkUizIY4KAeuaWLkEYYGUyuaL0ThPUUOe1Rt0HycX2PGnVDCH3NLnCADp7qOrLgqmCUTML4K7LQ32kuY6E-e27v6SFF_lYpqI-0w/s320/IMG_3645.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Becak yang terdampar di atap rumah makan</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami bergegas memilih tempat di lantai dua rumah makan yang suasana interiornya tampak klasik itu. Ada berbagai jenis makanan yang ditawarkan rumah makan ini, tapi memang yang paling terkenal adalah nasi goreng<i> mbako</i>-nya. Ada banyak varian yang bisa kita pilih dari nasi goreng <i>mbako</i>, mulai dari yang biasa, telur, ayam, <i>seafood</i>, hingga <i>srintil. </i>Kami memilih varian yang berbeda: Mbak Sekar dengan nasi goreng <i>mbako seafood</i>, sementara saya memesan nasi goreng <i>mbako srintil. Srintil</i> sendiri adalah jenis tembakau asli Temanggung yang katanya merupakan tembakau kualitas super.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Nasi goreng pesanan saya tampak berwarna merah kehitaman dengan tumpukan daun hijau di atasnya. Porsinya banyak. Buat yang belum tahu, jangan terkecoh. Sesungguhnya, daun hijau yang menumpuk di atas nasi itu bukanlah daun tembakau, melainkan daun <i>triwis</i> atau kubis tua yang sudah dirajang dan digoreng kering.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvj-oY8B-Ux1kxl-joLvvN6za6E0C7RFAfefHndVTed8_b6dMvaBVGMrYAc5iy54IBfKdb2HI_qH1nKiGBXRKBs0sKWANkMg8aoXNUIkP5RRjdTFjHg5JDSl5B5iZyt-rteIUqBBXrmpk/s1600/IMG_3648.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="263" data-original-width="350" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvj-oY8B-Ux1kxl-joLvvN6za6E0C7RFAfefHndVTed8_b6dMvaBVGMrYAc5iy54IBfKdb2HI_qH1nKiGBXRKBs0sKWANkMg8aoXNUIkP5RRjdTFjHg5JDSl5B5iZyt-rteIUqBBXrmpk/s320/IMG_3648.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nasi goreng<i> mbako srintil.</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Lalu dimana tembakaunya? Tembakau yang dipakai dalam masakan ini adalah biji-bijinya. Biji itu ditumbuk halus kemudian dicampurkan dengan bumbu nasi goreng. Soal rasa, kami sempat saling icip pesanan masing-masing. Kalau punya Mbak Sekar, potongan cumi dan udang sukses menutup aroma dan rasa tembakau. Sedangkan kalau nasi goreng mbako <i>srintil</i>, aroma dan rasa tembakaunya masih kuat - menghasilkan perpaduan antara rasa manis, pahit dan pedas. Unik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Temanggung dan Tembakau. Dua kata itu sepertinya memang susah untuk dipisahkan. Terlepas dari fakta bahwa banyak petani tembakau yang mulai beralih menanam kopi dan sayur mayur karena lebih menguntungkan, tapi imej "Negeri Tembakau" rasanya masih akan menempel lama pada kabupaten tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi yang bukan seorang perokok seperti saya, perkenalan dengan Tembakau mungkin bisa dilakukan dengan cara lain lewat melakukan kunjungan ke Temanggung. Keindahan ladang tembakau itu tak terbantahkan, belum nasi goreng <i>mbako</i> yang rasanya sungguh <i>nano-nano. </i>Perjalanan kemarin adalah salah satu perjalanan favorit saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><b><i>COST:</i></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;">1. Tiket masuk Wisata Alam Posong: Rp 10.000,00 per orang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;">2. Nasi Goreng Mbako Srintil: Rp 17.500,00 per porsi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-20074872268591198052017-10-13T22:21:00.000+07:002017-11-08T17:58:59.174+07:00Tidur Hemat Atau Tidur Berkelas? Traveloka Dulu!<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJdBg7fXr5Tx6OOJel95RYkaF11HBciT2iLwOamWdxjDOHZYhlbz8YhcuWz7u9IMuUr4SJ13XbvN12DqzoT0wI9pmljns_vSHHEeK84sF2oE60RR-FjLkaYStyh0NBuF25WCU0U51tesk/s1600/Screenshot_2017-10-13-20-52-11.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJdBg7fXr5Tx6OOJel95RYkaF11HBciT2iLwOamWdxjDOHZYhlbz8YhcuWz7u9IMuUr4SJ13XbvN12DqzoT0wI9pmljns_vSHHEeK84sF2oE60RR-FjLkaYStyh0NBuF25WCU0U51tesk/s1600/Screenshot_2017-10-13-20-52-11.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau ada yang bertanya, <i>"aplikasi traveling apa yang terpasang di gawai dan sering saya pakai selama jalan-jalan?"</i>, saya pasti akan mantap menjawab: <i>Traveloka!</i> Aplikasi ini benar-benar telah membantu saya dengan memberikan kemudahan dalam memesan berbagai kebutuhan perjalanan, mulai dari tiket kereta, tiket pesawat, hingga hotel. Saking cintanya, <i>Traveloka</i> selalu saya pertahankan setiap ada notifikasi yang mengabarkan kapasitas penyimpanan gawai telah penuh. Saya lebih rela menghapus aplikasi permainan, perpesanan, maupun pemesanan tiket lainnya daripada menghilangkan aplikasi berlogo burung biru langsing itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Dari sekian banyak produk yang ditawarkan oleh Traveloka, saya paling sering menggunakan produk hotelnya. Selain mudah dalam melakukan pembayaran, pilihan menginap yang ditawarkan - baik di dalam maupun luar negeri - sangat lengkap! Saya jadi bisa menginap dengan gaya apa saja. Mau hemat atau berkelas? Semua bisa!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai seorang mahasiswa dengan kondisi keuangan yang tidak stabil, harus diakui hobi bertualang adalah hobi yang cukup menguras kantong. Apalagi, kalau bertualangnya ke tempat-tempat yang jauh dan biaya hidup hariannya mahal. Saya pun berputar keras - bagaimana caranya agar saya bisa tetap menjalani hobi itu secara berkelanjutan, tapi sekaligus tidak membuat kantong jebol?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meminimalisir pengeluaran dalam setiap perjalanan adalah jawabannya, lebih khusus anggaran untuk menginap adalah salah satu pos yang bisa kita akali untuk menekan biaya perjalanan. Nah, kala harus mencari penginapan murah inilah <i>Traveloka</i> datang bagai malaikat penyelamat. Saya hanya perlu memasukkan daerah tujuan dan tanggal, lantas ketika hasil seluruh hotel muncul saya tinggal memanfaatkan fitur <i><b>"sort to lowest price" </b></i>- dan puluhan hotel murah bisa dipilih sesuka hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada harga, ada rupa. Kebanyakan penginapan atau hotel murah memang memiliki kondisi yang ala kadarnya. Tak ada pendingin ruangan, tak ada sarapan, tak ada air panas, kasur tipis, kamar yang sempit hingga harus berbagi kamar dengan pejalan lainnya adalah beberapa hal yang lazim saya jumpai ketika menginap di penginapan-penginapan murah tersebut. Yah, tidak masalah. Toh, saya tidak akan menghabiskan waktu seharian di dalam kamar, bukan? Bisa tidur dengan hemat, itu yang terpenting.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beda cerita kalau saya tengah berpergian dengan keluarga atau ketika harus membantu memesankan hotel untuk perjalanan dinas orang tua. Saya tentu tidak mungkin mengajak kedua orang tua, kakak atau adik untuk tidur di penginapan yang minim fasilitas dan kondisinya serba tidak nyaman. Setidaknya, penginapan kami harus memiliki tiga fasilitas ini: sarapan, pendingin ruangan dan air panas. Sebisa mungkin, saya ingin kami semua tidur secara nyaman dan berkelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Traveloka</i> lagi-lagi datang bagai malaikat penyelamat. Langkah yang saya lakukan hampir sama ketika melakukan pemesanan hotel murah, bedanya setelah muncul pilihan beraneka macam hotel yang saya manfaatkan adalah fitur <i><b>"sort to highest popularity"</b></i> atau <i><b>"sort to highest rating"</b></i>. Saya percaya kalau hotel yang mempunyai popularitas maupun peringkat baik adalah hotel yang layak untuk dicoba. Bagaimanapun, popularitas dan peringkat menunjukan tingkat kepuasan para pejalan lain ketika menginap disana, bukan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFjOROLqxQ3PYszh_1469tJoCyMfLGYRAgppfn0X6o0WSnbZTkyINHovSgOD7q9MSi9pCTcjLTX7RlC8Kc5PArnJnvmK7Yj9hk-1cfWbtCseN3jYmEfp9GcSOHLc_UzrqOzoB3b5-xfmQ/s1600/20170926_112836.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFjOROLqxQ3PYszh_1469tJoCyMfLGYRAgppfn0X6o0WSnbZTkyINHovSgOD7q9MSi9pCTcjLTX7RlC8Kc5PArnJnvmK7Yj9hk-1cfWbtCseN3jYmEfp9GcSOHLc_UzrqOzoB3b5-xfmQ/s320/20170926_112836.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto paha saya pada salah satu hotel bintang empat ketika <br />
menemani perjalanan dinas mama saya di Yogyakarta<br />
beberapa waktu lalu. </td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pula halnya, ketika harus membantu memesankan hotel kedua orang tua untuk perjalanan dinas. Sebagai pegawai negeri, anggaran menginap dalam setiap perjalan dinas kedua orang tua saya harus disesuaikan dengan standar anggaran sesuai pangkat dan golongan mereka. Ribet dan pusing? Itu dulu ketika kami belum menggunakan <i>Traveloka</i> dan harus mendatangi hotel di daerah tujuan, satu per satu. Tapi kini, saya tinggal memanfaatkan fitur <i>"<b>Price & Stars Filter"</b> </i>dan menggeser biaya menginap sesuai standar anggaran yang ada. Belum lagi, <i>invoice </i>yang didapatkan dari <i>Traveloka</i> langsung bisa dicetak dan dijadikan bukti, tanpa harus meminta lagi ke pihak hotel. Aih, sukaaaa!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh, satu alasan lagi yang membuat saya suka memakai <i>Traveloka</i>: <b>poinnya!</b> Setiap transaksi yang kita lakukan maka akan diganjar dengan sejumlah poin tergantung nilai transaksi. Berhubung sering menggunakan aplikasi ini untuk memesan tiket dan hotel, baik untuk diri sendiri maupun keluarga, saya pun mengantongi poin yang cukup lumayan. Poin ini bisa saya tukarkan kembali dengan hadiah menginap di hotel (dalam dan luar negeri) dengan hanya perlu menukarkan 1.000 poin ditambah membayar sedikit kelebihannya. Pilihan hotelnya juga lengkap, mulai dari yang murah hingga berkelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Jadi, sekarang tahu kan alasan kenapa saya kukuh memakai dan mempertahankan aplikasi <i>Traveloka</i>? 😁😁</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;"><br /></span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6xb4U8eq2bAojyllv9zxT5Pk-15vQl4j0T9Yu1djjBfHzGGmTkg274ghiwkfseloCOGEB4LqaAhCkSQbn8f1U7HCU2EscrnQcFJy8CdJBL3Sgft2ByCog2zstEjGNQ9bGx8lUHxXlYdA/s1600/traveloka.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1600" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6xb4U8eq2bAojyllv9zxT5Pk-15vQl4j0T9Yu1djjBfHzGGmTkg274ghiwkfseloCOGEB4LqaAhCkSQbn8f1U7HCU2EscrnQcFJy8CdJBL3Sgft2ByCog2zstEjGNQ9bGx8lUHxXlYdA/s200/traveloka.png" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b><span style="color: blue;"><br /></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>P.S. Tulisan ini diikutsertakan dalam Kontes Blog "#JadiBisa dengan Traveloka" periode 9 Oktober - 24 November 2017. Doakan saya beruntung, teman-teman!</b></i></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-10151108840868025642017-10-06T17:38:00.001+07:002017-10-06T17:38:18.367+07:00Pasar Papringan: Keriuhan Dari Balik Kerimbunan Rumpun Bambu<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpNXxM2dL0M1cUrqSSeIBP1PXiifj2QPJe5vZiP9xehk66l5BGhv-r0x571W1J0cgaRm0cyHKixVjLMnd9T8EzhPXIm00nIObLzq58V52G0X_KbRfYpFzWlamNhXMVoqwUQ0USkC86NYw/s1600/IMG_3600.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="375" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpNXxM2dL0M1cUrqSSeIBP1PXiifj2QPJe5vZiP9xehk66l5BGhv-r0x571W1J0cgaRm0cyHKixVjLMnd9T8EzhPXIm00nIObLzq58V52G0X_KbRfYpFzWlamNhXMVoqwUQ0USkC86NYw/s320/IMG_3600.JPG" width="240" /></a></div>
<br />
<br />
Ketika saya masih kecil, ada sebuah rumpun bambu yang tumbuh lebat di ujung lapangan tempat saya dan para tetangga biasa bermain. Sebagai bagian dari lapangan, rumpun bambu tersebut juga menjadi arena permainan kami - menjadi lokasi sempurna untuk bersembunyi saat main petak umpet, tempat menyembunyikan harta kala bermain perompak-perompakan, tempat mencari bahan kapal dari daun bambu kering sebelum lantas diadu cepat di sungai depan rumah, hingga tempat berteduh yang sempurna sehabis kelelahan bermain layang-layang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Rumpun bambu itu pun berubah menjadi penuh keceriaan: dengan sorakan, tawa dan teriakan anak-anak terdengar silih berganti. Setidaknya, keceriaan ini akan terdengar dari waktu sepulang sekolah hingga sebelum mendekati matahari terbenam. Setiap jam lima sore, teriakan para ibu membahana memanggil anak-anak mereka untuk segera pulang, segera meninggalkan rumpun bambu secepatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kata mereka, rumpun bambu akan berubah menyeramkan kalau malam datang. Disitulah para hantu senang berkumpul dan menyesatkan anak-anak yang terlambat pulang. Cerita semacam ini diturunkan turun menurun dan ditularkan dari mulut ke mulut, membuat kami para anak hanya bisa segera berlari manakala sudah mendengar teriakan ibu-ibu kami yang berubah laksana <i>alarm</i>. Memang, rumpun bambu terkesan suram di kala malam. Suara reyotan batang-batang bambu dan gemerisik dedaunannya saat tertiup angin menambah kesan kesuraman itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ingatan saya akan rumpun bambu kembali bangkit ketika mengunjungi Pasar Papringan bersama salah seorang teman - Mbak Sekar - pada 6 Agustus 2017 lalu. Ini adalah kunjungan yang lumayan mendadak, sekaligus kunjungan yang begitu saya nantikan manakala Mbak Sekar mengajak saya untuk bertualang ke Kabupaten Temanggung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya memang sudah lama ingin berkunjung ke Pasar Papringan. Saya ingat, pertama kali mengetahui keberadaan pasar unik ini adalah saat menyaksikan liputannya di salah satu saluran televisi swasta pada pertengahan tahun lalu. <i>"Saya harus kesana!", </i>begitu bunyi perkataan batin saya setelah liputan itu berakhir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjuangan menuju Pasar Papringan tidaklah mudah. Pasar ini hanya buka selama lima jam yakni dari jam 06.00-11.00 WIB, sehingga saya dan Mbak Sekar harus rela berangkat pagi-pagi buta dari Kota Salatiga agar tidak melewatkan waktu operasi tersebut. Dinginnya udara pagi yang menerpa sepanjang perjalanan, dan sempat disesatkan oleh <i>GPS </i>menambah perjuangan kami hari itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semenjak diadakan pada 10 Januari 2016 lalu, Pasar Papringan telah mengalami beberapa perubahan. Perubahan pertama adalah lokasi. Setelah sebelumnya menempati lokasi di Desa Caruban, Kecamatan Kandangan, kini pasar ini telah berpindah ke Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu. Perubahan kedua adalah waktu diadakannya yang ditambah ke Minggu Pon, sehingga dalam satu bulan bisa diadakan dua kali Pasar Papringan yakni pada Minggu Wage dan Minggu Pon.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suasana masih terasa tak begitu ramai ketika kami berdua tiba di dalam area pasar. Kami menyempatkan diri untuk berkeliling terlebih dahulu sebelum menukarkan uang rupiah kami ke uang <i>pring </i>- mata uang utama di pasar ini. Kurs yang berlaku adalah: 1 Pring sama dengan Rp 2.000,00, dengan catatan bahwa sisa uang pring tidak dapat ditukarkan kembali ke rupiah, tapi masih bisa digunakan pada masa Pasar Papringan selanjutnya. Kata Mbak Sekar, itu adalah perubahan ketiga yang terjadi disana karena sebelumnya 1 Pring sama dengan Rp 1.000,00 dan sisa uang pring masih bisa ditukarkan kembali ke rupiah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsqy0LH4XnWoWeekqMO5TjTefICvGTyfVQim038JYyfuuTpJfftr27y-9HWFNjIuSk0Ni3xYsUjs4SPIK34sYKupteXDEY4Q9nb8f_0xFgfLXtGPaVMN2QXw2gQOwx7-PRkPUUSKmJz4U/s1600/IMG_3608.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsqy0LH4XnWoWeekqMO5TjTefICvGTyfVQim038JYyfuuTpJfftr27y-9HWFNjIuSk0Ni3xYsUjs4SPIK34sYKupteXDEY4Q9nb8f_0xFgfLXtGPaVMN2QXw2gQOwx7-PRkPUUSKmJz4U/s320/IMG_3608.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Para remaja desa yang dikaryakan <br />menjadi petugas penukaran uang. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ_92mjJr28-c6HxoQPk9z1LktOtvTK0w5i80_oxcs6vjGzp1EzFeQn-Q4wjpwwOsqjZQiAT5-piQ9kIHVUfPkH4KYaqrhEu7E9OoeoxXO7eW2Wy-lVR470_Prvykfr1L2qP3OogiJebc/s1600/IMG_3613.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ_92mjJr28-c6HxoQPk9z1LktOtvTK0w5i80_oxcs6vjGzp1EzFeQn-Q4wjpwwOsqjZQiAT5-piQ9kIHVUfPkH4KYaqrhEu7E9OoeoxXO7eW2Wy-lVR470_Prvykfr1L2qP3OogiJebc/s320/IMG_3613.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Pring!</i></td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengantongi uang pring di tangan, kami memulai perburuan di pasar tersebut. Ada untungnya juga kami telah berkeliling terlebih dahulu, sehingga kami bisa langsung mendatangi lapak-lapak penjual yang telah kami tandai. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk ukuran pasar yang diusung dengan konsep tradisional, Pasar Papringan ini tergolong lengkap. Selain makanan dan minuman, pasar ini juga menjual hasil bumi, hewan ternak, kerajinan bambu, oleh-oleh, cemilan, hingga sepeda bambu. Tak hanya itu saja, paket arung jeram, potong rambut, pijat juga tersedia disana. Sebuah perpustakaan keliling dan aneka permainan tradisional juga ikut memeriahkan pasar tersebut. Lengkap, bukan?<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM4qcwrp01wptTjyhcxIPQykLPy5FMWwc0I1sxCGEYwH57Y195c9mPdRP506rVVgUUDlhZgbM7flH3JByi0tEWGnWJSr6ponG9eTM4fQaVjlvv9seYOw4eK6pqMZUuig15mBwQuvO1mbo/s1600/IMG_3617.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM4qcwrp01wptTjyhcxIPQykLPy5FMWwc0I1sxCGEYwH57Y195c9mPdRP506rVVgUUDlhZgbM7flH3JByi0tEWGnWJSr6ponG9eTM4fQaVjlvv9seYOw4eK6pqMZUuig15mBwQuvO1mbo/s320/IMG_3617.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil bumi yang didagangkan di Pasar Papringan.<br />Segar-segar yah.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7XoZLrK-3oYOFkpeOu9l51reYf_mtBX4CbUCdkFRtf-uDQ-DanPQdOi345lmL-v_yBljcY5kfSngmlbrFtTPCSB-fYTjKktV615eNDKXsSlee2L8kUnwxzmCruFP1LuTf3kqiX9zexEQ/s1600/IMG_3621.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7XoZLrK-3oYOFkpeOu9l51reYf_mtBX4CbUCdkFRtf-uDQ-DanPQdOi345lmL-v_yBljcY5kfSngmlbrFtTPCSB-fYTjKktV615eNDKXsSlee2L8kUnwxzmCruFP1LuTf3kqiX9zexEQ/s320/IMG_3621.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Penjual kerajinan dari bambu.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQWsyUXlGDCgGBI3HNsx0joTEYNYSh7OKQht8w1whegeYPYSXrk5C_DL8WrOhIY-DuAJqIAXZ44CyiX2ShylB6JTuoZC2HwzZNVX6ywIgobh1cwTMUqRcAtBCH4RjlEZE82vHMMrKsCpE/s1600/IMG_3620.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQWsyUXlGDCgGBI3HNsx0joTEYNYSh7OKQht8w1whegeYPYSXrk5C_DL8WrOhIY-DuAJqIAXZ44CyiX2ShylB6JTuoZC2HwzZNVX6ywIgobh1cwTMUqRcAtBCH4RjlEZE82vHMMrKsCpE/s320/IMG_3620.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kapan terakhir kali kalian melihat anak kecil bermain mainan <br />tradisional? Di Pasar Papringan kalian bisa melihatnya.<br />Omong-omong, ada yang tahu mereka sedang bermain apa?<br /></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Ada dua jenis makanan yang sempat saya coba kemarin. Pertama, nasi gono. Begitu mendengar nama nasi tersebut, saya langsung membayangkan nasi megono yang ada di Kabupaten Pekalongan sana. Namun ternyata, antara nasi gono dan nasi megono tak memiliki kesamaan apapun. Kata ibu penjual, nasi gono adalah bumbu kelapa, sayur (biasanya daun lembayung, daun singkong, atau kacang panjang), dan ikan teri. Rasanya sedikit pedas, mungkin karena bumbu kelapa yang dipakai sudah dicampur dengan tumbukan cabai. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuPEUHw5XMoysS5Da7dCp71lrR0QdxEo9eUhRH64WwWSRendNJUvyguxehSRRF4c81dG8Fd5_IA73AbnfB02V1XG4EV5-Bpm7VhHPKT6j89LciyHNyfNDfa9hSKvCBKerdo9og-_wKTuE/s1600/20170806_075553.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuPEUHw5XMoysS5Da7dCp71lrR0QdxEo9eUhRH64WwWSRendNJUvyguxehSRRF4c81dG8Fd5_IA73AbnfB02V1XG4EV5-Bpm7VhHPKT6j89LciyHNyfNDfa9hSKvCBKerdo9og-_wKTuE/s320/20170806_075553.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nasi gono. Porsinya pas! Dijual bersama paket lauknya.<br />Kalau paket nasi gono+tempe bacem dihargai sebesar<br />3 pring.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Makanan kedua yang saya coba adalah iwel-iwel. Iwel-iwel ini sebenarnya adalah jajanan pasar yang mirip dengan <i>thiwul</i>. Tahu <i>thiwul</i> kan? Itu loh makanan tradisional yang terbuat dari singkong atau ketela pohon dan biasanya digunakan sebagai makanan pengganti nasi ketika masa paceklik tiba. Nah, Temanggung menyebut <i>thiwul</i> dengan nama iwel-iwel. Kemarin, saya tertarik membeli makanan ini karena bentuk penyajiannya yang serupa dengan <i>Pizza.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0-ora0ygTinvxee2EagS78t7SrL6KN6zkQIon7kJmWfqUqnsYBuVZWmatyln7MlXlIo71qBzhMzHavHucitwdt9OjUEK2Rbj79ZK3grvJlBu9UQIhpmGZN3K9tz3SJpyQXdMmhEilhik/s1600/20170806_081225.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0-ora0ygTinvxee2EagS78t7SrL6KN6zkQIon7kJmWfqUqnsYBuVZWmatyln7MlXlIo71qBzhMzHavHucitwdt9OjUEK2Rbj79ZK3grvJlBu9UQIhpmGZN3K9tz3SJpyQXdMmhEilhik/s320/20170806_081225.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Iwel-iwel ini dijual per potong. Satu potongnya 1 pring.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pada dasarnya, saya bukanlah orang yang biasa sarapan. Entah kenapa kalau pagi hari terlalu banyak makan, justru membuat perut saya terasa aneh. Oleh karena itu, saya hanya membatasi diri untuk makan terlalu banyak kemarin. Saya akhirnya hanya menemani Mbak Sekar yang masih keliling kesana kemari dan mencoba berbagai jenis makanan lain.<br />
<br />
Sisa pring saya pun masih banyak. Daripada mubazir, kami kemudian beralih menuju ke lapak kerajinan bambu. Mata saya langsung tertuju pada sebuah kerajinan berbentuk mirip vas. Awalnya, saya menduga kalau kerajinan itu vas atau tempat pensil, tapi ternyata kerajinan itu bernama <i>telik - </i>sebuah perangkap ikan atau belut tradisional yang lazim digunakan di Temanggung. Walaupun salah menduga, saya memutuskan tetap membeli kerajinan tersebut dan menjadikannya sebagai dekorasi kamar.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvZ9WQwZSfCeVLao3oEH04fBV5kkVwJedb2qMBOSBwWI3UU5wtlPTFZu0wBKB7U51JO8EsU9WsGTPpRfGfd0RXxr_Ls3nfeZNNZ4Y5eMTxzuAyhO8yF0hBAlEm7s6p3lzmFo2gsivmJZs/s1600/IMG_3732.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvZ9WQwZSfCeVLao3oEH04fBV5kkVwJedb2qMBOSBwWI3UU5wtlPTFZu0wBKB7U51JO8EsU9WsGTPpRfGfd0RXxr_Ls3nfeZNNZ4Y5eMTxzuAyhO8yF0hBAlEm7s6p3lzmFo2gsivmJZs/s320/IMG_3732.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Telik dan sisa pring saya. Lumayan kan bisa buat hiasan. 😜</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara pribadi, saya salut terhadap pengelola Pasar Papringan. Inovasi mereka sungguh brilian. Mengubah rumpun bambu yang selama ini kalau di masyarakat kita identik dengan kesan angker, menjadi sebuah pusat keriuhan dengan beraneka ragam komoditas dan hiburan yang ditawarkan. Pasar Papringan bak sebuah paket komplit yang menggabungkan ide modernitas, tradisional, seni, hiburan, pemberdayaan sekaligus konsep ramah lingkungan. Agak mengherankan karena belum ada penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah kepada mereka sampai sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eits, petualangan saya dan Mbak Sekar di Kabupaten Temanggung tidak berhenti sampai di Pasar Papringan saja. Masih ada kelanjutan cerita petualangan kami di negeri tembakau ini. Ditunggu ya. :)</div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfZjO7wfMO480OntQvslie2St47bjLhilfRH-OKEFAkzu04bht5P1RVl2zHPlMUDIMZQYSD2rPGynVF7i8zG5TArOGCFnicp-VJaV3gIrEYB-wpKvvkffZIiysmFTyMY-Dqc5dG9MauLM/s1600/20170806_073538.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfZjO7wfMO480OntQvslie2St47bjLhilfRH-OKEFAkzu04bht5P1RVl2zHPlMUDIMZQYSD2rPGynVF7i8zG5TArOGCFnicp-VJaV3gIrEYB-wpKvvkffZIiysmFTyMY-Dqc5dG9MauLM/s320/20170806_073538.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="color: blue;"><b>Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</b></span><br />
<br /></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-16378465301666873842017-07-25T13:00:00.002+07:002017-07-25T19:39:57.349+07:00Cycle Around Jogja - Situs Warungboto Dan Kotagede <div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqG3OLjNnjnPWcNLC4anSZJRWgWUkzQVhBuHwCDTYgTulE3ShmTUqNugdJ6t_jqZw_GP9a161xOcXCwD3lzKdMO5ERN1NlSP-yPOU9zridMvZS-N7AOVvp7FJxHSNTsvpo847IH-KnEJA/s1600/20170511_071255.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="374" data-original-width="664" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqG3OLjNnjnPWcNLC4anSZJRWgWUkzQVhBuHwCDTYgTulE3ShmTUqNugdJ6t_jqZw_GP9a161xOcXCwD3lzKdMO5ERN1NlSP-yPOU9zridMvZS-N7AOVvp7FJxHSNTsvpo847IH-KnEJA/s320/20170511_071255.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
Ada banyak cara untuk menikmati Jogja. Salah satunya adalah dengan bersepeda. Pada 11 Mei 2017 lalu, saya bersama beberapa teman kuliah yakni Mbak Ayu, Mbak Sasta, Mas Zainal, Kak Ivel, dan Mbak Nars mencoba berkeliling dengan menggunakan sepeda. Suatu pengalaman baru yang sejujurnya membuat saya ketagihan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Keliling Jogja dengan bersepeda sebenarnya adalah ide lama sejak semester satu dulu, tapi baru kesampaian kemarin. Ide ini bermula setelah saya melihat Mbak Nars yang memang hobi <i>ngegowes </i>dan kerap menceritakan pengalaman asyiknya bersepeda di Jogja. Ih, mau banget lah!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eh sebentar, saya kan tidak punya sepeda. Terus bagaimana dong? Tenang. Ada beberapa persewaan sepeda yang bisa kami pesan untuk memudahkan petualangan nanti. Setelah ber-<i>googling </i>kesana kemari, kami akhirnya memutuskan untuk menyewa sepeda di <a href="http://www.siwoles.com/"><span style="color: blue;">Si Woles Bike Rental & Tours</span></a> dengan tarif Rp 35.000,00 per sepeda per harinya. Persewaan ini <i>recommended</i> banget. Pemiliknya ramah dan begitu informatif. Namun selain harus reservasi terlebih dahulu, kami harus menjemput sepeda tepat waktu kalau hendak meminjam sepeda mereka.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS-iQbao0bc2MMHMnPPuF754aQaQMtnL36L-AFutuR9tFULNBFpjgCyHLTsBP0nr-DsLXc3vczdWI0RI2vDsMe0LRrZYCU_m2-XmsBHyOA_ek43qWEOyKayGH2jL0_R8RSvnYnn2JORuk/s1600/20170511_064632.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="374" data-original-width="664" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS-iQbao0bc2MMHMnPPuF754aQaQMtnL36L-AFutuR9tFULNBFpjgCyHLTsBP0nr-DsLXc3vczdWI0RI2vDsMe0LRrZYCU_m2-XmsBHyOA_ek43qWEOyKayGH2jL0_R8RSvnYnn2JORuk/s320/20170511_064632.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Selain Mbak Nars dan Mbak Nawang, semua sepeda yang kami<br />
pakai kemarin adalah milik Si Woles (sudah termasuk helm).<br />
Lucunya, semua sepeda itu bernama loh!</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Singkat cerita, tepat jam setengah enam pagi sesuai waktu yang kami sepakati untuk menjemput sepeda, kami pun memulai perjalanan <i>nggowes</i> pertama di Jogja. Kami ketambahan satu personel lagi, yakni Mbak Nawang - salah satu teman bersepeda Mbak Nars - yang memutuskan untuk ikut serta pada pagi itu. Bertujuh, kami lantas bergerak menuju lokasi tujuan kami yang pertama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama kali merasakan mengayuh pedal di jalanan Kota Jogja, saya langsung bahagia. Serasa seluruh beban kuliah dan kehidupan ini perlahan-lahan terangkat setiap kayuhan. Oke, saya memang agak berlebihan, tapi sungguh sebahagia itulah perasaan yang saya rasakan kemarin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan komando dari Mbak Nars dan Mbak Nawang, kami menuju ke Situs Warungboto yang terletak di Kecamatan Umbulharjo. Dari lokasi kami meminjam sepeda, ternyata perjalanannya tak begitu jauh. Paling hanya memakan waktu sekitar setengah jam untuk bersepeda kesana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski berada di pinggir jalan raya, pintu masuk Situs Warungboto justru terletak di dalam perkampungan penduduk. Situs ini merupakan sisa dari Pesanggrahan Rejawinangun yang dibangun oleh KGPAA Hamengkunegara (yang kemudian dinobatkan sebagai Sri Sultan Hamengku Buwana II) pada kisaran 1785 Masehi. Pesanggrahan sendiri merupakan nama lain dari taman yang digunakan sebagai tempat beristirahat dan mandi bagi raja dan keluarganya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walau sudah berusia uzur, tapi saya tetap kagum pada kekokohan situs ini. Iya, memang pernah dilakukan renovasi akan tetapi beberapa komponen situs masih merupakan komponen asli sebagaimana yang dahulu. Kami kemarin bisa melihat beberapa ruangan dan dua kolam besar di situs tersebut yang kalau sekilas dilihat sebenarnya mirip versi mini dari Taman Sari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqq-Q-hz_V0CC_C3Pioy-qrc0JuYx2RjuGQqfxDaXqZlDNt6Vz1UUxMloiBzbU2C3MY8Hw-0x2fVu_p5v7DcT2QFQKR9Sky3EXi16NONEGeeLvLioqtIQVKGYvkSHCXqmbOZjAkqN_T8Q/s1600/20170511_063240.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="291" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqq-Q-hz_V0CC_C3Pioy-qrc0JuYx2RjuGQqfxDaXqZlDNt6Vz1UUxMloiBzbU2C3MY8Hw-0x2fVu_p5v7DcT2QFQKR9Sky3EXi16NONEGeeLvLioqtIQVKGYvkSHCXqmbOZjAkqN_T8Q/s320/20170511_063240.jpg" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Entah kenapa tiap liat foto ini<br />
saya kok justru kebayang latarnya<br />
<i>Descendants of The Sun.</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzAfhQDyoGgaVSb52FzbJOmSj00GyCckIEwJqnGFtZ8nUxWdiboI_47kBv9pCzEoszobWYodB1Fgeoj14KLvFjx_8ErWcKXlajfuIydJBpfcIBi0JOKL5hmSxuhKG-iUYdzN01SajqV4Y/s1600/20170511_063741.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzAfhQDyoGgaVSb52FzbJOmSj00GyCckIEwJqnGFtZ8nUxWdiboI_47kBv9pCzEoszobWYodB1Fgeoj14KLvFjx_8ErWcKXlajfuIydJBpfcIBi0JOKL5hmSxuhKG-iUYdzN01SajqV4Y/s320/20170511_063741.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Full team </i>di Warungboto.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dari Situs Warungboto, kami kemudian mengayuh kembali menuju tujuan kedua yaitu Kotagede. Mbak Nars memang sepertinya memang sengaja memilihkan rute yang gampang untuk kami kemarin. Jarak antara Warungboto dan Kotagede juga terbilang dekat. Lagi-lagi, paling hanya memakan waktu selama setengah jam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keriuhan Pasar Legi Kotagede langsung menyapa kami begitu memasuki wilayah tersebut. Perjalanan kami sempat tersendat karena arus pedagang dan pembeli yang memadati area itu kala pagi. Perlahan tapi pasti, kami mengayuh menuju ke arah Masjid Gedhe Mataram atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Kotagede saja.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixKh8zzauGsaV7zjg612wANx6u1W65NZ8HDRYgkLAtdU1wudpPhptvBCte35P8_mf_iJDHyEF7YIy7_dk_wszopxhAwm2_nWKEpe7VsbraJYlFxoGo65V25-mly1ysg-hQpwrUgJcxB7k/s1600/20170511_075025.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="374" data-original-width="664" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixKh8zzauGsaV7zjg612wANx6u1W65NZ8HDRYgkLAtdU1wudpPhptvBCte35P8_mf_iJDHyEF7YIy7_dk_wszopxhAwm2_nWKEpe7VsbraJYlFxoGo65V25-mly1ysg-hQpwrUgJcxB7k/s320/20170511_075025.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kami kelihatan tak?</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8nD3-ZLNZfDibAZUl4VuQGM9KF-3GDiNvmfajI-BiAvaxEMnB1bBzyPRyonUPb98QaDnT6XOQWalTUaPGpT8of3dCYQuRs9l4C3MgUBvZ70ezdibXgJoJZ0ZwjmTfmQ32FvZHGtULaiw/s1600/20170511_072441.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="664" data-original-width="374" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8nD3-ZLNZfDibAZUl4VuQGM9KF-3GDiNvmfajI-BiAvaxEMnB1bBzyPRyonUPb98QaDnT6XOQWalTUaPGpT8of3dCYQuRs9l4C3MgUBvZ70ezdibXgJoJZ0ZwjmTfmQ32FvZHGtULaiw/s320/20170511_072441.jpg" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Di area Masjid Kotagede.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Ini adalah kali kedua saya mengunjungi Kotagede setelah pernah kesana pada 2013 lalu. Tak banyak perubahan yang saya lihat disana selama rentang jarak kunjungan itu. Satu perubahan yang paling saya sesali adalah ditutupnya WS Sido Semi untuk selama-lamanya. Hiks. Padahal, dulu saja saya belum sempat mencobanya karena bertepatan dengan jadwal tutup warung legendaris tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain menengok masjid, makam raja dan pemandian, kami juga mencoba menyusuri lorong-lorong sempit di Kotagede yang tetap saja terasa membingungkan. Kami bahkan sempat mampir pula ke salah satu <i>rumah kalang </i>atau rumah kuno yang dahulu dibangun oleh seorang pengusaha kaya pada tahun 1920-an.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdAf1dNVtJcgYMS5VF16pkn8mIuu1pPqF3zX9CWFqytjaB8NuoDBUhkgWTDQGBYY5xO3DtN-ykUwaRc4yEdAELVtPre_LFlhs3jgYfwVTRTZ74ho6UOxPx7bp-sB32GyFhvpHmD8WDwEA/s1600/20170511_075648.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdAf1dNVtJcgYMS5VF16pkn8mIuu1pPqF3zX9CWFqytjaB8NuoDBUhkgWTDQGBYY5xO3DtN-ykUwaRc4yEdAELVtPre_LFlhs3jgYfwVTRTZ74ho6UOxPx7bp-sB32GyFhvpHmD8WDwEA/s320/20170511_075648.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kami saat bersepeda melewati lorong-lorong.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC9Z91LQ3KXkU-C3TtYkr9tHlDiDj5_WV-PQSDrb6gREsBqNkcQCLo2TGgNZY9DZici55i2F7Xf9Td44KpVwjT7OFjks_yFpC1dTtWZTKwxIVgQalJRDk0ZM2LPtjBBH7J7CXKjf7PTBQ/s1600/20170511_072925.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC9Z91LQ3KXkU-C3TtYkr9tHlDiDj5_WV-PQSDrb6gREsBqNkcQCLo2TGgNZY9DZici55i2F7Xf9Td44KpVwjT7OFjks_yFpC1dTtWZTKwxIVgQalJRDk0ZM2LPtjBBH7J7CXKjf7PTBQ/s320/20170511_072925.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Duh, suasana kekunoannya Kotagede itu loh kuat sekali.<br />
Bahkan, foto kandang burung saja terkesan <i>oldy.</i></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT325nkbNKb0uiQa4rZP1DaKqcNGrXY0m32Ibg_PbTjnnNOSuaEFUW6_Mbb7jJLEDwbeyFL7K5zDiRUpcFuenBe8kD-rvRy86dZOIo1C0-B0crPDYFAQRiLMFvhHBZw3Hlo4oREoXdG48/s1600/20170511_083635.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT325nkbNKb0uiQa4rZP1DaKqcNGrXY0m32Ibg_PbTjnnNOSuaEFUW6_Mbb7jJLEDwbeyFL7K5zDiRUpcFuenBe8kD-rvRy86dZOIo1C0-B0crPDYFAQRiLMFvhHBZw3Hlo4oREoXdG48/s320/20170511_083635.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rumah Kalang. Selain rumah ini, masih ada banyak rumah kuno<br />
yang bisa ditemukan di gang-gang sempit Kotagede. Biasanya,<br />
akan ada plakat yang menempel di dinding-dinding rumah tersebut.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh, ada satu jajanan tradisional yang sempat pula kami coba ketika berada di Kotagede. Jajanan tradisional itu bernama <i>Kipo - </i>sejenis kue dari tepung beras yang berisi parutan kelapa dan gula jawa. Uniknya, <i>kipo</i> dibuat dengan cara dibakar di atas loyang tanah liat sebelum dibungkus dengan menggunakan daun pisang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konon, nama kipo berasal dari pertanyaan <i>"iki opo?"</i> atau "ini apa?" yang dilontarkan oleh orang-orang ketika melihat kue berwarna hijau tersebut. Satu bungkus yang berisikan lima biji kipo kini dijual seharga Rp 2.500,00 per bungkusnya. Tapi jujur, saya tak begitu suka kue ini karena aroma bakaran masih tertinggal kuat di setiap kuenya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0riV6BEIM40jK0P2KifCZFAnnOMMvTQGnZ63nF_KilTLDinlerMgL23xH7t5WIr8kbRmpPO8lAmocesc1GsgF78AoVESnx0-1cvUJAO24BH8wiAYjG93ZLVldk1fKFWBmG8xcZcqy0ws/s1600/20170511_082759.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0riV6BEIM40jK0P2KifCZFAnnOMMvTQGnZ63nF_KilTLDinlerMgL23xH7t5WIr8kbRmpPO8lAmocesc1GsgF78AoVESnx0-1cvUJAO24BH8wiAYjG93ZLVldk1fKFWBmG8xcZcqy0ws/s320/20170511_082759.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Katanya, warna hijau <i>Kipo</i> berasal dari sari daun suji dan pandan.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menjelang waktu <i>dzuhur, </i>kami memutuskan untuk mengakhiri sepedaan di Kotagede. Panasnya cuaca Jogja ketika siang hari tak sanggup lagi kami tahan. Secara keseluruhan, saya suka sekali pengalaman bersepeda kemarin itu. Saya harus akui pula kalau Jogja termasuk ramah terhadap para pesepeda. Selain jalanan yang kebanyakan datar, ada garis khusus pesepeda yang memudahkan siapa saja untuk berkeliling dengan sepeda, tanpa harus takut berebutan dengan pengguna jalan yang lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kata orang, pengalaman pertama adalah pengalaman yang paling membekas di hati. Dan memang benar, pengalaman pertama bersepeda kemarin sungguh menyenangkan dan bikin ketagihan. Kapan lagi bukan bisa jalan-jalan sekaligus menyehatkan badan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0cfBoZR9oHS1u8WihJMoaJd2RKHUfXOdc7jluCofXkUZq1u5aaTbB5-DsW56pmZRbRKtcju-8ApskTt5XPY9B8DTfM3GYZ0H0BJBDW-BvGuZovsgAFd4WU0IVhQ_8Fo8ZNN0qsrmhMdM/s1600/20170511_074653.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0cfBoZR9oHS1u8WihJMoaJd2RKHUfXOdc7jluCofXkUZq1u5aaTbB5-DsW56pmZRbRKtcju-8ApskTt5XPY9B8DTfM3GYZ0H0BJBDW-BvGuZovsgAFd4WU0IVhQ_8Fo8ZNN0qsrmhMdM/s320/20170511_074653.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung. Adios!</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;"><br /></span></b></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-21738416808091995062017-07-24T15:18:00.001+07:002017-07-24T19:42:29.900+07:00Mangunan: Bukan Sekedar Kebun Buah<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKmOc39LAC1gMouq31n2HzFwbkv_DqjmM5P3HaCUriibwSl8c8sBkWu1N9sPwGkqHwzmDIsok1sjuZU2ZzG54dRmgjrrEc2Y_B4CkAXsQLvAlhjFNXvQYctOlXMnEEggXNw-B5ghF79VM/s1600/WhatsApp+Image+2017-04-25+at+19.43.28.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="390" data-original-width="520" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKmOc39LAC1gMouq31n2HzFwbkv_DqjmM5P3HaCUriibwSl8c8sBkWu1N9sPwGkqHwzmDIsok1sjuZU2ZzG54dRmgjrrEc2Y_B4CkAXsQLvAlhjFNXvQYctOlXMnEEggXNw-B5ghF79VM/s320/WhatsApp+Image+2017-04-25+at+19.43.28.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Banyak orang yang manakala mendengar nama "Mangunan" lantas akan mengasosiasikan dengan kebun buahnya. Tidak salah memang, Kebun Buah Mangunan merupakan obyek wisata paling tersohor dari desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul itu. Namun, tahukah kalian bahwa pesona Desa Mangunan bukan sekedar kebun buahnya saja? Postingan kali ini akan merangkum perjalanan saya bersama teman dalam menjelajahi desa tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Sepanjang menjadi penduduk sementara di Jogja, saya sudah dua kali berkunjung ke Mangunan. Tujuannya sama: berwisata. Pertama kali saya kesana ditemani oleh Dian - teman saya jaman KKN -yang menyambangi saya di Jogja pada pertengahan Februari lalu. Sementara, kepergian kedua saya terjadi pada akhir April kemarin bersama Kak Ivel - salah seorang teman kuliah saya kini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, apa saja yang telah kami sambangi disana?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><u>Kebun Buah Mangunan</u></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Baiklah, walau sudah tersohor tapi tentu saya tak boleh melupakannya dari daftar kunjungan. Saya dan Dian berangkat sekitar jam lima pagi dari rumah indekos dengan harapan akan kebagian momen matahari terbit dan kondisi tempat yang masih sepi. Tapi kami salah, meski bukan datang pada saat <i>weekend </i>sekalipun, tetap saja pengunjung kebun buah ini sudah membeludak. Saya sempat mencuri dengar dari salah seorang pengunjung yang berkata: <i>"ah, untung ya kita berangkat dari jam setengah empat pagi!".</i> Oh, Tuhan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7-YTgcb5QrAcLBctkQqPUjDndTCIfQlBQsSbDAH18G1YWF-JSaBGeJ0YTO_euJmzvMA_19-DkXWfU8F1kRKeQLPaxOBiaQTUTNpVdtAYXdCdEta1qoGGE9Qx2_8aK_2HhDLQb3xkBUfU/s1600/IMG-20170214-WA0003.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="390" data-original-width="520" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7-YTgcb5QrAcLBctkQqPUjDndTCIfQlBQsSbDAH18G1YWF-JSaBGeJ0YTO_euJmzvMA_19-DkXWfU8F1kRKeQLPaxOBiaQTUTNpVdtAYXdCdEta1qoGGE9Qx2_8aK_2HhDLQb3xkBUfU/s320/IMG-20170214-WA0003.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemandangan dari Puncak Kebun Buah Mangunan. Kalau datang<br />
lebih pagi akan disambut dengan lautan awan.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pesona Kebun Buah Mangunan memang salah satunya terletak pada keindahan panorama pagi hari yang berlatarkan hamparan awan dan perbukitan hijau dari gardu pandangnya. Saking indahnya, banyak yang menjuluki Kebun Buah Mangunan sebagai "Negeri Atas Awan-nya Bantul". Selain itu sebagaimana namanya, tempat ini juga menawarkan sensasi memetik buah-buahan langsung dari koleksi pohon atau tanaman yang dimilikinya. Sayangnya, kegiatan ini bersifat musiman. Dan kemarin, kami datang saat tidak ada musim buah apapun. Duh!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI3TuGFjVa9Qop_HDPWbAL87Cjm-VyrIZ1a0NLVDhW6MGgPE-WD2Ff74GZ1_ri5KkdZqAX2kss-N4uikWAOh6LehAKi1vhF2npp7rWCyqyZoqGQZejCa5VyVIuLPhDdkQXj6ax5sevwU8/s1600/IMG-20170724-WA0002.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="390" data-original-width="520" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI3TuGFjVa9Qop_HDPWbAL87Cjm-VyrIZ1a0NLVDhW6MGgPE-WD2Ff74GZ1_ri5KkdZqAX2kss-N4uikWAOh6LehAKi1vhF2npp7rWCyqyZoqGQZejCa5VyVIuLPhDdkQXj6ax5sevwU8/s320/IMG-20170724-WA0002.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dian dengan awan yang sudah menghilang. Puk puk.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="color: purple;">Price or charge: tiket masuk Rp 5.000,00 per orang, tiket motor Rp 4.000,00 per motor.</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="color: purple;"><br /></span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><u>Hutan Pinus Mangunan</u></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih ingat foto hutan pinus dengan panggung terbukanya yang sempat menghebohkan situs dagelan <i>9GAG</i> pada akhir tahun 2016 yang lalu? Walau banyak yang menyebut Hutan Pinus Imogiri, tapi sesungguhnya tempat tersebut masuk ke dalam wilayah Mangunan. Hal itu pulalah yang sempat menjadi bahan perdebatan antara saya dan Dian. Kami yang kebingungan akhirnya memutuskan bertanya kepada penduduk sekitar dan memperoleh jawaban: <i>"ndak ada mas, hutan pinus ya adanya di Mangunan. Kalau di Imogiri mana punya." - </i>dengan nada suara setengah patriotis.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKFCZwCfGkvSf3oUyarAonCJm_dYTIJkgbzqnB9wIYc5zCmZKju_DMObWJmISD4UDLivV_64QOKRLv5F-EMvMiXUaIi-ocCVRkIkmWk3-8mbqK3GusuMlR8FgHxcCD-ZwMHHl1syLKaJ0/s1600/IMG-20170214-WA0012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="390" data-original-width="520" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKFCZwCfGkvSf3oUyarAonCJm_dYTIJkgbzqnB9wIYc5zCmZKju_DMObWJmISD4UDLivV_64QOKRLv5F-EMvMiXUaIi-ocCVRkIkmWk3-8mbqK3GusuMlR8FgHxcCD-ZwMHHl1syLKaJ0/s320/IMG-20170214-WA0012.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kerapatan vegetasi di Hutan Pinus Mangunan</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau boleh jujur, tempat inilah yang menjadi favorit saya seantero Mangunan. Pemandangan hutan pinusnya yang indah dan rapi, jalanan yang serasa musim gugur ketika kami tiba, ditambah tiket masuknya yang murah meriah membuat saya langsung jatuh cinta. Sayangnya, kami tak menemukan panggung terbuka yang hits itu. Sebagai gantinya, kami justru memanjati gardu pandang atap pohon yang sedikit bikin gemetaran karena terkesan rapuh. Namun, Hutan Pinus Mangunan tetaplah yang terbaik di hati saya. Ia menenangkan, dan membuat betah untuk berlama-lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3pK9tGrzmafGqILBtkQLdCWiX6qeDGC65EyeZ7rWu1ISLtkuop39gDUeGektbZZwHUTrDyU0-rMoejzA2PGKOXAJrLPQRDuAzgYBck1VODFjpvojgGMQ4grbR7WHntKSJ3HVdGtpJoS4/s1600/IMG-20170213-WA0022.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="260" data-original-width="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3pK9tGrzmafGqILBtkQLdCWiX6qeDGC65EyeZ7rWu1ISLtkuop39gDUeGektbZZwHUTrDyU0-rMoejzA2PGKOXAJrLPQRDuAzgYBck1VODFjpvojgGMQ4grbR7WHntKSJ3HVdGtpJoS4/s1600/IMG-20170213-WA0022.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Siapa yang tidak betah<br />
berlama-<span style="font-size: 12.8px;">lama coba?</span></td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="color: purple;">Price or charge: tiket masuk Rp 3.000,00 per dua orang, tiket motor Rp 3.000,00 per motor.</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><u>Jurang Tembelan</u></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari titik ini, saya telah berganti partner: Kak Ivel. Kedatangan kami berdua bertepatan dengan libur panjang akhir pekan dan sebagaimana yang telah kami duga, Jurang Tembelan sudah penuh sesak bahkan ketika waktu masih menunjukkan jam 6 pagi. Untuk hendak berfoto saja, kami berdua harus tertib mengantri bersama puluhan pengunjung lainnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW92q6LyLNI0Gj2EbLwvw3sKy0EeDKRnHQuVzKvuQMEhgGKdo8LsX3oR9El690cDvsJb32dmjqhScp6SsZg8jFS11JldZ37z8WuxsOUr7S6VxZfmBDog-D5xik9_I9towqkoKQgs-Cflo/s1600/20170423_071036.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW92q6LyLNI0Gj2EbLwvw3sKy0EeDKRnHQuVzKvuQMEhgGKdo8LsX3oR9El690cDvsJb32dmjqhScp6SsZg8jFS11JldZ37z8WuxsOUr7S6VxZfmBDog-D5xik9_I9towqkoKQgs-Cflo/s320/20170423_071036.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kak Ivel sang <i>sailorwoman.</i> Eh, ada <i>ndak</i> sih<br />
pelaut wanita di <span style="font-size: 12.8px;">dunia ini?</span></td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang apa yang ditawarkan tempat ini? Sebenarnya, hampir sama dengan yang ditawarkan oleh Gardu Pandang di Kebun Buah Mangunan yakni panorama pagi berlatar hamparan awan dan perbukitan hijau. Tapi yang membedakan adalah gardu pandang di Jurang Tembelan berwujud moncong kapal (atau perahu?). Terkesan sedikit lebih artistik, eh?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC6rJrtXd-J82CXAcsAK5wV7G1egCg34Qqo5tvZItsstZNVbtouQXRCDXTokYR_nVJCmteiihU7iVIeIHtiObU-nCLFcpb1487Ilt4xUf4Ml3jKNB7zp11Xx8bgMjexk_ZVG80vVA6axk/s1600/20170423_072749.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC6rJrtXd-J82CXAcsAK5wV7G1egCg34Qqo5tvZItsstZNVbtouQXRCDXTokYR_nVJCmteiihU7iVIeIHtiObU-nCLFcpb1487Ilt4xUf4Ml3jKNB7zp11Xx8bgMjexk_ZVG80vVA6axk/s320/20170423_072749.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ada juga kapal (atau anak panah?) kecil yang bisa jadi tempat<br />
berfoto ketika di Jurang Tembelen.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="color: purple;">Price or charge: tiket masuk gratis, ada kotak donasi di beberapa titik, tiket motor Rp 2.000,00 per motor.</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><u>Wisata Alam Seribu Batu Songgo Langit</u></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu pertama kali membaca nama tempat ini, saya membayangkan bakalan ada banyak batu besar serupa Stonehenge di Inggris sana. Tapi ternyata, bayangan saya tidaklah tepat. Hal yang ditawarkan Seribu Batu Songgo Langit justru 11-12 dengan Hutan Pinus Imogiri.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDL3MOxQLmJVpp-1xS9NM3LdOs44tLpgRNQXn0fSNxe7v-8TZa0ce8omuUv-5JJ4X9WE0rHTd7seLMt-2TZWH7-4mqOHqOB6EF43FE8XF_BVdSuBPUno4Z5RJ4Cp8-WTD5pej48SNulNw/s1600/20170423_084623.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDL3MOxQLmJVpp-1xS9NM3LdOs44tLpgRNQXn0fSNxe7v-8TZa0ce8omuUv-5JJ4X9WE0rHTd7seLMt-2TZWH7-4mqOHqOB6EF43FE8XF_BVdSuBPUno4Z5RJ4Cp8-WTD5pej48SNulNw/s320/20170423_084623.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya berlatar salah satu rumah ranting.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Namun, pengelola tempat wisata ini lantas menambahkan banyak fasilitas untuk berfoto seperti jembatan kayu, patung dan rumah-rumahan dari ranting kayu, hingga rumah mini ala para <i>hobbit. </i>Salah satu kekurangan dari Seribu Batu Songgo Langit adalah jalur setapaknya yang masih terbatas. Di beberapa spot untuk berfoto bahkan tak tersedia jalur setapak sehingga pengunjung harus berjalan melewati tanah. Apa yang salah dengan berjalan melewati tanah? Tunggulah ketika musim penghujan, maka kalian harus berhati-hati karena tanahnya berubah licin dan menempel di alas sepatu atau sandal yang kalian kenakan. Iya, seperti kami kemarin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><br /></span>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMBnHTDBVF6RzXW4S5YgjebpY7luKGCIgn1A125FxPj0vXqkMDjg2BeRvhb4oqINovZHM1ZEXi9RE-E7Aw5w0RgLJX5Ob2HXbKnC9BcSPZ5UKgUCXmKKVnNtsat_ymuAA12lsHU85qLtc/s1600/20170423_090120.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="291" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMBnHTDBVF6RzXW4S5YgjebpY7luKGCIgn1A125FxPj0vXqkMDjg2BeRvhb4oqINovZHM1ZEXi9RE-E7Aw5w0RgLJX5Ob2HXbKnC9BcSPZ5UKgUCXmKKVnNtsat_ymuAA12lsHU85qLtc/s320/20170423_090120.jpg" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kak Ivel dan jembatan. Sepanjang<br />
pulang, banyak pengunjung yang<br />
memanfaatkan alas jembatan ini<br />
sebagai sarana menghapuskan sisa<br />
tanah yang menempel di alas kaki<br />
masing-masing. 😆</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<i><span style="color: purple;">Price or charge: tiket masuk Rp 4.000,00, termasuk biaya parkir.</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="color: magenta;"><br /></span></i>
<b><u>Thiwul Ayu Mbok Sum</u></b><br />
Sebelum menuju ke tempat wisata selanjutnya, saya dan Kak Ivel memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu. Pilihan kami siang itu jatuh kepada makanan tradisional berupa<i> thiwul</i> yang dijual di warung "Thiwul Ayu Mbok Sum". Warung ini pasti akan kalian lewati kalau hendak menuju ke Kebun Buah maupun Hutan Pinus Mangunan.<br />
<br />
Di warung berbentuk pendapa ini dijajakan <i>thiwul</i> dengan beraneka rasa, di antaranya: original, gula pasir, gula jawa, cokelat hingga keju. <i>Thiwul</i> sebenarnya adalah makanan pengganti nasi yang berbahan utama tepung gaplek. Darimana tepung gaplek berasal? Dari singkong yang telah dikupas, dijemur sampai kering, dan dihaluskan.<br />
<br />
Seorang pengunjung yang datang bersamaan dengan kami menganjurkan untuk mencoba <i>gatot</i> - makanan tradisional lain berbahan serupa yakni gaplek. Tapi bedanya, ia difermentasikan sampai keluar jamur, lalu dipotong kecil-kecil.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLHdigvn0vNkyjSimLXgX5X3TKZemaunCHpxExutitRmCjlZxdcbz6Y-1toHUdSNcoqv465lI7i5d3XOHig0msZWmxQn7nKoBEXKD6AMEXuMHdQEy50QF1Vr1ds_rzn1e4yuPWZUgPXUo/s1600/20170423_093143.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLHdigvn0vNkyjSimLXgX5X3TKZemaunCHpxExutitRmCjlZxdcbz6Y-1toHUdSNcoqv465lI7i5d3XOHig0msZWmxQn7nKoBEXKD6AMEXuMHdQEy50QF1Vr1ds_rzn1e4yuPWZUgPXUo/s320/20170423_093143.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kak Ivel membawa gatot yang direkomendasikan oleh<br />
pengunjung lain disana.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Bagaimana rasanya? Kenyang! Dua<i> thiwul </i>yang kami pesan: satu rasa gula pasir, sedang satunya lagi rasa keju, sama-sama tak sanggup kami habiskan. Saya <i>prefer</i> ke <i>thiwul</i> rasa kejunya karena rasa asin dan gurih benar-benar merasuk sampai ke dalam, berbeda dengan yang rasa gula pasir karena manisnya tak begitu terasa. Untuk gatotnya sendiri, teksturnya terasa kenyal dan memiliki paduan rasa antara manis, asin, dan gurih.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-X2Uc7x2KqiaS2vRAo91Ftwgki3sXsV6G0JaZ5vKpKqbq8xPgKmaoTEayjRdPAtFFokoGuobf-JoENASScewE2Ktrkc9jE2vXnYsyh9R7Gr-yyMV_3ukeIeTSI54wRF5hvthPyOSxBO0/s1600/20170423_093857.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-X2Uc7x2KqiaS2vRAo91Ftwgki3sXsV6G0JaZ5vKpKqbq8xPgKmaoTEayjRdPAtFFokoGuobf-JoENASScewE2Ktrkc9jE2vXnYsyh9R7Gr-yyMV_3ukeIeTSI54wRF5hvthPyOSxBO0/s320/20170423_093857.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pesanan kami kemarin. K-E-N-Y-A-N-G !</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="color: purple;"><i>Price or charge: thiwul gula pasir Rp 6.000,00, thiwul keju Rp 10.000,00, dan gatot Rp 3.000,00.</i></span><br />
<span style="color: purple;"><i><br /></i></span>
<b><u>Bukit Panguk Kediwung</u></b><br />
Di antara seluruh tempat wisata yang ada di Mangunan, mungkin Bukit Panguk ini merupakan obyek wisata terjauh. Selain itu, jalan menuju kesana begitu sempit dan rusak di beberapa titik. Lagi-lagi, konsep yang ditawarkan berupa gardu pandang. Tapi meskipun demikian, gardu pandang di tempat ini beraneka macam bentuknya mulai dari kupu-kupu, kereta yang ditarik pegasus, perahu, sampai bunga teratai.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLkhTqD_iPE_rv3VYnRdvRjCV7X6zc7DXDXsagjayWQCnfS-x3b9KJQrah7sbilnbbhroZ7or79YJ-8jhdj4fy_iw5H14eUAShshP6vmhZfyQeR_YHeN-CydTCFW5n1NtJmXiiELtXvls/s1600/20170423_102553.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLkhTqD_iPE_rv3VYnRdvRjCV7X6zc7DXDXsagjayWQCnfS-x3b9KJQrah7sbilnbbhroZ7or79YJ-8jhdj4fy_iw5H14eUAShshP6vmhZfyQeR_YHeN-CydTCFW5n1NtJmXiiELtXvls/s320/20170423_102553.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Momen ketika Kak Ivel baru menyadari ada tali yang bisa<br />
dipakai untuk menggerakkan sayap sang pegasus,</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Menurut saya, pemandangannya lebih bagus. Sungai Oyo yang aliran airnya berwarna cokelat akan terlihat dengan jelas di bawah sana. Menurut mas-mas penjaga, waktu terbaik ke Bukit Panguk adalah menjelang matahari terbit karena lautan awan akan berada tepat di bawah setiap pos gardu pandang. Kelemahan dari tempat ini selain lokasinya yang terpencil: ada biaya ekstra yang dikenakan setiap mau berfoto di pos gardu pandang, tapi kita bisa meminta bantuan mas-mas yang berjaga untuk memfotokan kita sepuasnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVMeEmj1OcsQfPcZtgUAtfIiPB5lhqJhhs5FBrhq3_bVvcdHBQaowOsX9qpD0lYzlT4X2kjyWQ9f3LmNNQitSluk69Wj7fiYDL5yShcv4wjYj3YXKCNmrTS_9TMCGt4xeqFfKoNaAEQgM/s1600/20170423_105809.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVMeEmj1OcsQfPcZtgUAtfIiPB5lhqJhhs5FBrhq3_bVvcdHBQaowOsX9qpD0lYzlT4X2kjyWQ9f3LmNNQitSluk69Wj7fiYDL5yShcv4wjYj3YXKCNmrTS_9TMCGt4xeqFfKoNaAEQgM/s320/20170423_105809.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil jepretan abang-abang penjaga gardu pandang.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<i><span style="color: purple;">Price or charge: tiket masuk Rp 3.000,00 per orang, tiket parkir Rp 2.000,00 per motor, tiket foto di gardu pandang Rp 5.000,00 per pos.</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b><u>Telaga Kediwung</u></b><br />
<i>"Selamat datang, mas mbak. Kalian termasuk pengunjung pertama dari Telaga Kediwung" </i>- sapa seorang pemuda yang berjaga tepat di depan pintu masuk sembari tersenyum. Setelah mengarahkan letak tempat memarkirkan motor, ia pun menjelaskan kembali. Menurutnya, Telaga Kediwung belum dibuka secara resmi karena para penduduk masih membangun fasilitas-fasilitas penunjang disana.<br />
<br />
Telaga Kediwung ini kami temukan secara tak sengaja dalam perjalanan menuju Bukit Panguk. Awalnya, kami melihat sejumlah pria - baik tua maupun muda - yang tengah bekerja bakti membangun sesuatu di dekat sebuah danau. Salah seorang dari mereka yang melihat kami berhenti di pinggir jalan, menyuruh kami untuk mendekat. Kami pun mengatakan bahwa akan ke Bukit Panguk terlebih dahulu, barulah nanti setelah pulang akan mampir kesana.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8ZVRy_IfFYO_ac1l3YyshU2sn9FPa_jEhpUBL-n15hvRTBJy-hZFvSkiuMbWiAhyphenhyphenkTnOrGY0_3p4uGFXMu8dFDcImEk6eaTANIZ_It84pYK9SxHbBDmXb1e8p_YzCy_gpfWweK2XcxPw/s1600/20170423_112106.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="288" data-original-width="512" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8ZVRy_IfFYO_ac1l3YyshU2sn9FPa_jEhpUBL-n15hvRTBJy-hZFvSkiuMbWiAhyphenhyphenkTnOrGY0_3p4uGFXMu8dFDcImEk6eaTANIZ_It84pYK9SxHbBDmXb1e8p_YzCy_gpfWweK2XcxPw/s320/20170423_112106.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terkesan adem ya? Padahal aslinya panas luar biasa.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dan, kami menepati janji. Selepas dari Bukit Panguk, kami benar-benar mendatangi tempat tersebut karena penasaran dengan apa yang dibuat oleh para pria tadi. Rupanya, mereka tengah membangun area dermaga di bibir telaga yang airnya berwarna hijau kecokelatan tersebut. Pemuda yang tadi menyapa kami lantas memberitahu di titik mana saja kami bisa mengambil foto, termasuk salah satunya di ujung dermaga yang ditempeli kain spanduk berupa kura-kura raksasa dengan bentuk yang (maaf) lumayan aneh. Auh!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkGk2GMC7O3WBtUTlOcHCtonkWbSiIzB8oJk_AmeuCDUx7baR_n2u89dvTzYQZ0ymNerW9a5oq5a2SCxEJa1HDaG5HKYF_ZH1DuCp-0z-QsmMpsk_1XgCoIz-gZ8lHO-Z9zT1pAX-OSOI/s1600/20170423_112221.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="288" data-original-width="512" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkGk2GMC7O3WBtUTlOcHCtonkWbSiIzB8oJk_AmeuCDUx7baR_n2u89dvTzYQZ0ymNerW9a5oq5a2SCxEJa1HDaG5HKYF_ZH1DuCp-0z-QsmMpsk_1XgCoIz-gZ8lHO-Z9zT1pAX-OSOI/s320/20170423_112221.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kura-kura yang...ah, sudahlah.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<i><span style="color: purple;">Price or charge: tiket masuk gratis, ada kotak donasi di dekat pintu masuk, biaya parkir Rp 2.000,00 per motor.</span></i><br />
<i><span style="color: purple;"><br /></span></i>
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mangunan memang bukan sekedar kebun buah. Walau saya sudah mengunjungi tujuh destinasi wisata selama dua kali berkunjung kesana, tapi tahukah kalian kalau masih ada banyak yang bisa dijelajahi di Mangunan? Selain takjub dengan pesona keindahan alam dan kelezatan kulinernya, saya juga takjub dengan kegigihan dan kreativitas dari para warga Desa Mangunan. Tanpa mereka semua, Mangunan mungkin tetap akan dikenal sebagai kebun buah saja, sepanjang catatan sejarahnya.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiADlohwpXFw5euk0q5_cbbNdAcQtLSl7b0uNO-f6AMVPLO5EZjN0hdAVzZNh4nYQ6fXfM2CTbvCM6J1iQ2_anHNr0tI9xE1K_KwlVLxlWgiWfdgsscz6AEinOIO_sraeR4gCFKOz5aHjU/s1600/yuhu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="180" data-original-width="640" height="112" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiADlohwpXFw5euk0q5_cbbNdAcQtLSl7b0uNO-f6AMVPLO5EZjN0hdAVzZNh4nYQ6fXfM2CTbvCM6J1iQ2_anHNr0tI9xE1K_KwlVLxlWgiWfdgsscz6AEinOIO_sraeR4gCFKOz5aHjU/s400/yuhu.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung!</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b><br />
<b><span style="color: blue;"><br /></span></b></div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-75249867270146276552017-07-22T10:00:00.000+07:002017-07-22T13:13:50.006+07:00Berenang Sore Hari Di Umbul Cokro<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6NcocTECn5_HXjVEyiy6AeHQnbyKMFDgPYWXwoanMnefOWZBiZ8kLYGU8UsO36SLBwGtmuGT9PPDfADxsKyGw1JU1ahoilQtGKa311kYj7qOt6gRGxPxHBtBn-vqMgB5rsGq08gJ7W5U/s1600/20170413_173341.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6NcocTECn5_HXjVEyiy6AeHQnbyKMFDgPYWXwoanMnefOWZBiZ8kLYGU8UsO36SLBwGtmuGT9PPDfADxsKyGw1JU1ahoilQtGKa311kYj7qOt6gRGxPxHBtBn-vqMgB5rsGq08gJ7W5U/s320/20170413_173341.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<br />
Suatu pagi di Bulan April, gawai pintar saya disibukkan dengan notifikasi pesan yang muncul silih berganti dari Mbak Lily dan Mbak Vica. Kedua kakak saya. Mereka mengabarkan bahwa hari itu hendak berwisata ke Umbul Cokro dan meminta saya untuk menyusul mereka berdua. Ah, kebetulan! Saya memang berencana pulang ke Salatiga dan Kecamatan Tulung - nama kecamatan yang menjadi lokasi dari Umbul Cokro - selalu saya lewati dalam perjalanan pulang ke Salatiga. Saya pun mengiyakan ajakan mereka berdua sembari mengabarkan kalau akan segera menyusul setelah kuliah saya selesai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Jam satu siang kuliah saya berakhir. Saya pun bergegas kembali ke rumah indekos dan mengepak barang-barang yang hendak dibawa pulang. Tak sampai 30 menit, saya telah memacu motor menuju ke arah Kabupaten Klaten.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, kita memang tak pernah tahu hal apa yang akan menanti kita di jalanan. Saya terjebak macet sebanyak tiga kali akibat perbaikan jalan dan terdapat kecelakaan. Aduh. Sesekali saya merasakan gawai saya bergetar tanda telepon masuk. Saya tahu: kalau bukan dari Mbak Lily, pasti dari Mbak Vica. Mereka berdua memang telah sampai di rumah Mbak Ida - teman satu tim voli dari Mbak Lily (iya, mereka adalah atlet voli) yang tinggal berdekatan dengan Umbul Cokro - sedari siang tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya terlambat. Perjalanan Jogja - Kecamatan Tulung yang biasanya saya tempuh sekitar 45 menit, jadi molor menjadi satu setengah jam. Hal ini diperparah dengan saya yang sempat tersesat lumayan jauh ketika hendak menuju rumah Mbak Ida akibat mengikuti arahan <i>google maps.</i> Ada mungkin setengah jam saya berputar-putar, sebelum menyerah dan minta dijemput.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesialan bertubi-tubi ini membuat saya baru sampai di rumah Mbak Ida ketika waktu sudah menunjukkan jam empat sore lebih. Kakak saya langsung menggerutu dan mengatakan saya terlalu lama. Saya pun meminta maaf dan menjelaskan alasan keterlambatan dan ketersesatan kepada mereka semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ya sudah ayo segera berangkat. Nanti keburu magrib!"</i> - seloroh Mbak Ida mencoba mengingatkan kembali tujuan utama kami kesana. Mbak Ida memang terbaik! Mengetahui saya lupa membawa pakaian renang, ia pun meminjamkan kaos dan celana pendek milik suaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami ketambahan personel, Audino - anak Mbak Ida paling bontot memutuskan untuk ikut menemani bermain air. Jarak antara Rumah Mbak Ida dengan Umbul Cokro sendiri tidak terlampau jauh, hanya memakan waktu sekitar 15 menitan melewati jalanan khas pedesaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu keuntungan pergi wisata bersama orang lokal adalah kami tidak dipungut biaya masuk sepeser pun oleh penjaga karcis. Sang penjaga justru menyampaikan rasa keheranan mereka ketika melihat Mbak Ida baru datang ketika matahari mulai terbenam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlebih dahulu, kami semua harus melintasi sebuah jembatan gantung yang cukup panjang sebelum bisa memasuki area kolam renang dan mata air. Jembatan gantung yang dilengkapi kabel pengaman berwarna biru muda itu membentang di atas sebuah sungai besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcqpkRXY7HdYx_PAqGapWz8DbASLDSnkvBtVd4XIqjS9UOSspY4IQkD_wDV_vr3nAYwwaUB6ow9uV6TxXVQzkfqKQ09t8_6l2gHsure0TTIEysDJ7I6rOPaQpjUrjlVXQ_tCIzXs10onk/s1600/20170413_171039.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcqpkRXY7HdYx_PAqGapWz8DbASLDSnkvBtVd4XIqjS9UOSspY4IQkD_wDV_vr3nAYwwaUB6ow9uV6TxXVQzkfqKQ09t8_6l2gHsure0TTIEysDJ7I6rOPaQpjUrjlVXQ_tCIzXs10onk/s320/20170413_171039.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Vica dan Mbak Lily di jembatan gantung</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIjwo8HzBlXTxLxYCrowOXXu869WfshR9JBna0n5HElmJtXI_o6GDfpClGX4DIYMjSNnjY7hoYmnWemYhNbnMKC4X2JH1UUgwPY7n4XR8Gd-t6YjkNkMd811aWjh2AZC59NHdr6eYzK8g/s1600/20170413_171204.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="306" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIjwo8HzBlXTxLxYCrowOXXu869WfshR9JBna0n5HElmJtXI_o6GDfpClGX4DIYMjSNnjY7hoYmnWemYhNbnMKC4X2JH1UUgwPY7n4XR8Gd-t6YjkNkMd811aWjh2AZC59NHdr6eYzK8g/s320/20170413_171204.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya dan Mbak Lily ketika Mbak Vica masih <br />
sibuk berswafoto.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kalau datang lebih awal, kita bisa mencoba naik arung jeram di sungai itu",</i> kata Mbak Ida menjelaskan kepada kami yang disambut lirikan maut oleh kedua kakak saya ke arah diri ini. Ah, maafkan saya. 😢</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat melihat sebuah pintu gapura yang tertutup rapat dengan <i>"Air Minum Surakarta 1551"</i> tertulis di atasnya, saya lantas menanyakan perihal tersebut kepada Mbak Ida. Katanya, dahulu wilayah ini memang bagian dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Umbul Cokro inilah yang menjadi salah satu sumber air minum terbesar bagi warga Surakarta pada saat itu. Nama Umbul Cokro pun masih tergolong nama baru. Dahulu, ia lebih dikenal dengan nama <i>"Umbul Inggas"</i> sebab sumber mata air utamanya mengalir dari dekat akar Pohon Inggas.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkQEP288eZt91BJelYiPsjE2Oh_NU168rnzQYtpV4AEXX7Diw6gFfGqR5wSV7z_TDzHOMwAZHWizGZjC1QwwlYmWCNtwJVJ4oCeIFNiTGt6FtBn_Fqe_k-0YAPeEFM1abgomjTSqPVcZg/s1600/20170413_171447.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="291" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkQEP288eZt91BJelYiPsjE2Oh_NU168rnzQYtpV4AEXX7Diw6gFfGqR5wSV7z_TDzHOMwAZHWizGZjC1QwwlYmWCNtwJVJ4oCeIFNiTGt6FtBn_Fqe_k-0YAPeEFM1abgomjTSqPVcZg/s320/20170413_171447.jpg" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pintu gapura air minum.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suasana teduh dan dingin langsung menyapa kami ketika memasuki area kolam pemandian. Sebenarnya, para pengunjung memiliki dua pilihan untuk berenang saat berada di Umbul Cokro: kolam renang atau kolam sungai - akan tetapi kedatangan kami sore kemarin bersamaan dengan jadwal pembersihan kolam renang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Enaknya datang sore hari, tidak banyak pengunjung yang berenang disana. Namun, datang sore atau malam hari juga memiliki konsekuensi: air semakin dingin, dan area toilet dan kamar bilas telah dikunci rapat-rapat. Mbak Ida pun menyuruh saya untuk berganti pakaian di balik sebuah pohon besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang wanita tua yang berdagang makanan ringan menawarkan untuk menjagakan barang bawaan dan menyewakan ban pelampung kepada kami dalam Bahasa Jawa Krama-nya yang kental. Ia tak mematok harga yang pasti, mau diberi berapapun akan ia terima dengan senang hati katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhirnya, hanya saya dan Mbak Lily yang memutuskan untuk berenang. Mbak Vica, Mbak Ida dan Audino batal berenang akibat takut kedinginan. Yap, airnya memang serasa sedingin es ketika pertama kali memasukkan badan ke kolam sungainya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2LSjRvQrktbTC_be-7u_vd_MHhQaHheWM5dfkxKzj_eI-johbtU8siLKdCZFwx7yc9nXfBRd5iuuSATU-wy1IQyXhrgs4Q69rCyMywe1ACNBz2qP7DGgiAyQ_qzC_zgP09BMi9CC5SNg/s1600/20170413_172550.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2LSjRvQrktbTC_be-7u_vd_MHhQaHheWM5dfkxKzj_eI-johbtU8siLKdCZFwx7yc9nXfBRd5iuuSATU-wy1IQyXhrgs4Q69rCyMywe1ACNBz2qP7DGgiAyQ_qzC_zgP09BMi9CC5SNg/s320/20170413_172550.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya dan Mbak Lily mainan memakai ban pelampung.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kolam sungainya sendiri lumayan dalam, mungkin ada sekitar 1,3-1,5 meteran. Kalau tak menginjak batu-batuan licin yang terpendam di dasar kolam sungainya, hanya bagian leher ke atas saya saja yang nampak di permukaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walaupun airnya sedingin es, tapi sungguh berenang di Umbul Cokro ini juaraakk! Airnya jernih, tanpa kaporit yang membuat mata pedas dan rambut kaku, serta begitu damai karena dikelilingi pepohonan besar. Kolam sungainya juga sedikit berarus sehingga kalau mau, kita bisa saja mengapung dari ujung ke ujung. Satu lagi bonusnya: ada ikan-ikan kecil yang menemani kita berenang di kolam sungai. Oh, natural abis!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDICL2h9oEyT4FTn2lei28gknWpTzHnvBr5rsKpZFgIo03kpuK71pmJ4m7OtAL5s2sTStouI5FoEVL-EBy_QRIjp5gK5CtOyIu_L-lCFjZh8eFKtoZO7jjeIQ1CdzFgB0vChSSB-5sC1I/s1600/20170413_173140.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDICL2h9oEyT4FTn2lei28gknWpTzHnvBr5rsKpZFgIo03kpuK71pmJ4m7OtAL5s2sTStouI5FoEVL-EBy_QRIjp5gK5CtOyIu_L-lCFjZh8eFKtoZO7jjeIQ1CdzFgB0vChSSB-5sC1I/s320/20170413_173140.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Seger banget, aselik!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX5OrPNNwoSj04xV5bOxDj3JvxsnoOwYOVXe7I1bPXHXvP0gzOohlOXD0h-NWze9Rwo2kijovg7IRO86KGgqUwzNYKfc6TCZ5E_fcG5cOy53Fscg-Frsalxrwxz4rInFvNzijgh7gbRPk/s1600/20170413_173920.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="306" data-original-width="408" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX5OrPNNwoSj04xV5bOxDj3JvxsnoOwYOVXe7I1bPXHXvP0gzOohlOXD0h-NWze9Rwo2kijovg7IRO86KGgqUwzNYKfc6TCZ5E_fcG5cOy53Fscg-Frsalxrwxz4rInFvNzijgh7gbRPk/s320/20170413_173920.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kami berlima sehabis berenang.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berenang sore hari kemarin ditutup dengan mencicipi sate keong dari seorang penjual bermotor yang lewat di desa tempat tinggal Mbak Ida. Harganya murah, satu tusuk hanya dilabeli sebesar Rp 500,00. Sate itu disajikan tanpa memakai lontong atau nasi sebagai pendamping, jadi hanya sate super kenyal dengan rasa manis pedasnya. Enaak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisFcLwrQxAtbGieYdD1G6eiaQTA5en6424Q14UEq6UfpBWhQd5FD96Sb6sgwXyDYL0wp2_dbG4DX4-mkkc941m66cSNbMO4eiOhsx7DEpVSKXcqM1p6NCoyTzyEb6Wy1XLskQlhYUfpVY/s1600/20170413_175953.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisFcLwrQxAtbGieYdD1G6eiaQTA5en6424Q14UEq6UfpBWhQd5FD96Sb6sgwXyDYL0wp2_dbG4DX4-mkkc941m66cSNbMO4eiOhsx7DEpVSKXcqM1p6NCoyTzyEb6Wy1XLskQlhYUfpVY/s320/20170413_175953.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sate keong-nya. Kalian tahu keong kan?</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ah, mari main ke Umbul Cokro lagi saat hari masih pagi ya kakak-kakak sekalian. 😆<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1aey5fTOFea5Ztr61Ja0QuIRRlrsiyOMmWiBK-GgwUzWjSorAlDk5vnRgXS9F-mvAQVKQCvbe51OhKPvApi_xBi7yRYHCT7v7IKygQM9wHcdKiCiqM-gErH0z7SMMvHmVGBZOIZzWMUY/s1600/20170413_185137.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="306" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1aey5fTOFea5Ztr61Ja0QuIRRlrsiyOMmWiBK-GgwUzWjSorAlDk5vnRgXS9F-mvAQVKQCvbe51OhKPvApi_xBi7yRYHCT7v7IKygQM9wHcdKiCiqM-gErH0z7SMMvHmVGBZOIZzWMUY/s320/20170413_185137.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah menjamu kami, Mbak Ida.<br />
Terima kasih juga kalian sudah mau berkunjung.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-67406916769533619832017-07-21T19:10:00.003+07:002017-07-22T13:03:54.150+07:00Piknik Tipis-Tipis Di Seputaran Kalasan Dan Prambanan<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtmVEieuMxzoKoPhUkvwhZnVKoHjXg6Pa7CoIK131iENu4YyasgceYFoAfwuZQtSA6x6qlm2XfnVZNsbUjNOEiY52PHOzilIynMsT2iflsane8C9HynJp6SAsaUMoVi9vCg5fggkWSH38/s1600/20170418_082858.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtmVEieuMxzoKoPhUkvwhZnVKoHjXg6Pa7CoIK131iENu4YyasgceYFoAfwuZQtSA6x6qlm2XfnVZNsbUjNOEiY52PHOzilIynMsT2iflsane8C9HynJp6SAsaUMoVi9vCg5fggkWSH38/s320/20170418_082858.jpg" width="320" /></a></div>
<i><br /></i>
<i><br /></i>
<i>Piknik Tipis-Tipis.</i> Beberapa waktu belakangan ini, saya kerap menemukan frase tak baku tersebut di media sosial yang saya pakai. Umumnya, frase tersebut dipakai oleh orang yang melakukan kunjungan wisata singkat di sela-sela kesibukan mereka. Tak mau ketinggalan tren, saya pun memutuskan untuk memakai frase kekinian ini sebagai judul postingan tentang perjalanan wisata singkat di seputaran Kalasan dan Prambanan saat masa kuliah semester dua kemarin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Sebagai pengantar, semester dua kemarin cukup menyiksa buat saya. Jadwal kuliah saya benar-benar padat: dari Hari Senin sampai Sabtu (Iya, Sabtu!) - dengan periode waktu yang beragam. Terkadang memang ada hari libur, terutama ketika dosen mendadak tidak bisa mengajar. Itupun jarang-jarang. Sedih? Pasti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
17 April 2017. Sepulang kuliah terakhir hari itu yang selesai sampai jam lima sore, saya merebahkan diri di atas kasur rumah indekos. Rasanya benar-benar lelah dan suntuk. Kalau sudah merasa seperti ini, hanya satu yang saya butuhkan yakni jalan-jalan. Teringat kuliah esok hari baru dimulai pada jam setengah satu siang, saya lantas segera menghubungi Mbak Sasta untuk mengajaknya kabur sebentar besok. Gayung bersambut. Kuliah Mbak Sasta esok (kami berdua beda konsentrasi) juga baru akan dimulai selepas Dzuhur. Yihaa! Duo Pandega beraksi kembali!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi harinya saya telah menjemput Mbak Sasta dari kosan-nya. Saya ingat, saat itu Mbak Sasta sama sekali belum mandi. Saya memang agak berbohong pada dirinya. Semalam saya hanya bilang akan mengajak dia untuk sarapan "Saoto Bathok Mbah Katro". Namun setelah mengecek ke peta di gawai, ternyata ada banyak lokasi wisata tersebar di sekitaran sana yang rasanya sayang untuk dilewatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Jalanan Jogja masih lenggang saat kami memulai perjalanan menuju daerah Kalasan, tempat tujuan pertama dan utama kami berada. Saya bergerak mengikuti arahan dari navigasi peta gawai yang dipakai oleh Mbak Sasta. Setelah berbelok ke kiri pada pertigaan setelah Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI, kami memasuki jalanan kecil dengan pemandangan sawah di kanan kiri.<br />
<br />
Cukup mudah sebenarnya untuk menemukan lokasi warung saoto tersebut, mengingat berada di arah yang sama dengan Candi Sambisari. Nanti, ketika melihat kerumunan motor di sebuah warung yang konstruksinya mayoritas terbuat dari bambu dan terletak menjorok ke sawah maka kalian sudah tiba di Saoto Bathok Mbah Katro.<br />
<br />
Jam masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi tapi pengunjung yang mendatangi warung soto ini sudah bejibun. Kami berdua pun mencatatkan pesanan kami pada seorang lelaki muda yang berjaga di muka warung. Setelah pesanan kami berhasil dicatat, ia memberikan kami nomor meja yang nantinya akan ditukar kembali dengan kertas pesanan.<br />
<br />
Kami pun bebas memilih mau duduk di sebelah mana. Beruntung masih ada sebuah bangku panjang yang kosong tepat di tengah warung beralaskan tanah tersebut. Sayang kami tiba selepas panen, sawah di sekeliling warung pun hanya menyisakan pangkasan-pangkasan berwarna kecokelatan.<br />
<br />
Tidak menunggu lama, pesanan kami diantar oleh pelayan yang berbeda dengan lelaki muda di muka warung tadi: dua porsi saoto bathok, empat tempe goreng, dua sate usus, satu teh tawar hangat dan satu jeruk hangat. Saoto bathok sendiri sebenarnya adalah soto sapi yang disajikan dalam mangkok <i>bathok</i> atau tempurung kelapa. Jangan berpikir warung ini saltik dengan menyisipkan huruf "A" dalam kata <i>"soto"</i> karena sesungguhnya <i>"saoto"</i> adalah kata yang digunakan untuk menyebutkan nama makanan berkuah tersebut di Solo - kota yang kulinernya coba dibangkitkan Mbah Katro lewat saoto bathoknya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCtgU1EPY6NdZVx60xFBouzybnpcXICA3EQbC0v76sukR6PDYtyiO53N5X_lhyxLejZgQ34votFt7FRdSJZo1NdECs_cqaQkd6dIT00iNrJNwhIF-eaKrqgVd_xetRMJQZJhTbPa0Gl1s/s1600/20170418_073723.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCtgU1EPY6NdZVx60xFBouzybnpcXICA3EQbC0v76sukR6PDYtyiO53N5X_lhyxLejZgQ34votFt7FRdSJZo1NdECs_cqaQkd6dIT00iNrJNwhIF-eaKrqgVd_xetRMJQZJhTbPa0Gl1s/s320/20170418_073723.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saoto Bathok yang aduhai</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Secara personal, saya suka dengan saoto bathok ini. Kuahnya yang bening menimbulkan kesan menyegarkan. Porsinya pas - tidak banyak, tidak pula sedikit. Namun, favorit saya di tempat itu justru jatuh pada tempe gorengnya: gurih dan renyah abis!<br />
<br />
Dan yang terpenting, harganya aman sekali di kantong. Satu mangkok saoto bathok hanya dibanderol seharga Rp 5.000,00 (Ini soto daging sapi, pembaca sekalian!), sepotong tempe goreng hanya seharga Rp 500,00 dan setusuk sate usus dihargai sebesar Rp 1.500,00. Murah kan?<br />
<br />
Sehabis kenyang, kami pun mampir ke Candi Sambisari sesuai arahan dari salah seorang pelayan wanita di Saoto Bathok Mbah Katro. Jarak antara kedua tempat ini tidaklah jauh, hanya sekitar 300-an meter. Kawasan Candi Sambisari dikelilingi oleh pagar terali besi berwarna kehijauan.<br />
<br />
Saat kami tiba disana, suasana masih tampak begitu sepi. Beberapa petugas sedang asyik membersihkan sampah dan memotongi dedaunan, sementara loket tiket masuk belum berpenjaga. Kami pun melenggang masuk ke lingkungan candi yang selama ratusan tahun terpendam dalam abu vulkanik dari Gunung Merapi ini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxqfYE_IwZwzCEaOaU4A-yKV-e4aJxuPYMCxjw_ECemgmVhVK8jPE5yQlkqzmTabNyGbm8p2kk8agxZ5t6PJPyfKyW_k7yczBDCMHvQH0oEcwdgAqFr-6_1_kEihGvZoEh6sI_4ZRLhxA/s1600/20170418_082329.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxqfYE_IwZwzCEaOaU4A-yKV-e4aJxuPYMCxjw_ECemgmVhVK8jPE5yQlkqzmTabNyGbm8p2kk8agxZ5t6PJPyfKyW_k7yczBDCMHvQH0oEcwdgAqFr-6_1_kEihGvZoEh6sI_4ZRLhxA/s320/20170418_082329.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Candi Sambisari dikelilingi oleh banyak warna hijau.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Candi Sambisari ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang petani bernama Karyowinangun pada tahun 1966. Kala itu, ia tengah menggarap ladangnya dengan cangkul ketika mata cangkulnya terantuk pada sebuah batu besar yang mengandung pahatan. Penemuan itupun dilaporkan kepada Balai Arkeologi Yogyakarta dimana proses penggalian dan pemugarannya memakan waktu selama 21 tahun.<br />
<br />
Keunikan Candi Sambisari terletak pada letaknya yang berada di bawah permukaan tanah, sekitar 6,5 meter dari permukaan tanah di sekelilingnya. Sekilas, membuatnya tampak terpendam. Ini adalah kali kedua saya melihat candi semacam ini setelah dulu sempat mengunjungi Candi Pendem di Kabupaten Magelang.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiAOxDvjlAg1CHE0ZlYVPWX_xnRjUkn0_QSluT8JwIzt6a8RFZg5WJQKpn_IF6-jZ3pm5MmNt5d63jbNM38Hc9dCuOyVGTh15VcvgvAcOsnZWDFtLiTyoE1zLLUwKsF3bopiwDw0GoJMw/s1600/20170418_082632.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiAOxDvjlAg1CHE0ZlYVPWX_xnRjUkn0_QSluT8JwIzt6a8RFZg5WJQKpn_IF6-jZ3pm5MmNt5d63jbNM38Hc9dCuOyVGTh15VcvgvAcOsnZWDFtLiTyoE1zLLUwKsF3bopiwDw0GoJMw/s320/20170418_082632.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Turunan anak tangga menuju candi.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kompleks Candi Sambisari terbagi menjadi satu candi utama dan tiga candi pendamping (<i>perwara</i>). Keseluruhan candi itu tak terlalu tinggi, candi utamanya saja paling hanya setinggi 6-7 meter. Dari beberapa patung yang menempel pada dinding candi utama, kami bisa tahu kalau candi ini dibangun untuk memuja Dewa Syiwa. Ada patung Dewi Durga (Istri Dewa Syiwa) di sisi utara, dan Ganesha (anak dari Durga dan Syiwa) di sisi timur. Satu patung lagi saya kurang tahu siapa.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFSXbx3SOhJTlIolaxXcN0JZbaAtNpfmZf-vr2fgEd990Cj39m-5SSzycZsB1nEBJWXd8Q4FJyP1FGz72RU9VxO38PMzlsnB9WMgM3tRx2UoxBLQiL_DIKR8eMegKLS9jdrhs4O4VVbWE/s1600/20170418_083415.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFSXbx3SOhJTlIolaxXcN0JZbaAtNpfmZf-vr2fgEd990Cj39m-5SSzycZsB1nEBJWXd8Q4FJyP1FGz72RU9VxO38PMzlsnB9WMgM3tRx2UoxBLQiL_DIKR8eMegKLS9jdrhs4O4VVbWE/s320/20170418_083415.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Candi utama </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRi2vR4NLNxkIcfA0DY8QhhJil-lsN_jWmbmFL_r8dPH0jvc_JmP6chL-yQ5kLHtthEXkjU9VOcZO3TGT25TGp3uHs-el-pzDHYyyPluW9Kk2arjlqZ-JHCgmsQBSZXx87PS3RvBA-noo/s1600/20170418_084232.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="291" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRi2vR4NLNxkIcfA0DY8QhhJil-lsN_jWmbmFL_r8dPH0jvc_JmP6chL-yQ5kLHtthEXkjU9VOcZO3TGT25TGp3uHs-el-pzDHYyyPluW9Kk2arjlqZ-JHCgmsQBSZXx87PS3RvBA-noo/s320/20170418_084232.jpg" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ganesha!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sementara, pada atas setiap candi perwara terdapat sebuah lempengan batu berbentuk lingkaran. Saya dan Mbak Sasta saling menebak kalau lempengan batu itu dulunya pasti tempat untuk menaruh sesajian atau semacamnya. Dari atas candi perwara, kami bisa melihat ke sekeliling dengan begitu leluasa dan entah kenapa suasana yang menyelimuti Candi Sambisari ini terkesan begitu menenangkan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJfyMgh7mrDxm71BPsavFcOZU5u9jw-RMtO5n4OwHEquQr11S9FODIiT4mPXTLQ5g7XJGDqZtGhoZVnYdz-yJjChDVhqHL1sisHl-Hilh0yRpwmXR7NOJ0bR2tJC3buNBsCYn2QlRDNGM/s1600/20170418_084021.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJfyMgh7mrDxm71BPsavFcOZU5u9jw-RMtO5n4OwHEquQr11S9FODIiT4mPXTLQ5g7XJGDqZtGhoZVnYdz-yJjChDVhqHL1sisHl-Hilh0yRpwmXR7NOJ0bR2tJC3buNBsCYn2QlRDNGM/s320/20170418_084021.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tangan di piringan batu. Coba tebak ini tangan siapa?</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMhzgKatygnU4F8Lybbmc0m4ReS0wCZXJBNQFXrcRdtE3dFk8YB6DpYgSRERBGDSDZYnbYJokgmJwu7RYXhtpuP479uLFOzpe7WpBuU95dw9J4UzV7iz_h34j-XrdVLUPHNjsk8PCtUaE/s1600/20170418_085040.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMhzgKatygnU4F8Lybbmc0m4ReS0wCZXJBNQFXrcRdtE3dFk8YB6DpYgSRERBGDSDZYnbYJokgmJwu7RYXhtpuP479uLFOzpe7WpBuU95dw9J4UzV7iz_h34j-XrdVLUPHNjsk8PCtUaE/s320/20170418_085040.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Sasta yang manut-manut saja saya suruh foto model<br />
apapun. 😜</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Ada satu obyek lagi yang kami kunjungi dalam <i>piknik tipis-tipis</i> hari itu. Kami pun berpindah: dari Kalasan menuju ke Prambanan. Oh tidak, kami tidak mengunjungi Candi Prambanan atau candi-candi lainnya yang berserak di daerah tersebut. Kami justru menandangi Tebing Breksi - salah satu obyek wisata yang bisa dikatakan baru di Jogja dan dalam sekejap mampu menjadi primadona media sosial.<br />
<br />
Kembali, kami mudah sekali menemukan lokasi dari Tebing Breksi. Kami hanya perlu berjalan mengikuti arah ke Candi Ijo, dan tebing ini terletak sebelum candi tersebut. Papan penunjuk arah juga bersebaran dimana-mana - satu hal yang saya apresiasi dari pemerintah daerah di Provinsi D.I.Yogyakarta mengenai kesadaran wisata mereka.<br />
<br />
Beberapa pemuda menghentikan kami tepat di depan Tebing Breksi. Kata salah satu dari mereka untuk bisa masuk dipungut bayaran seikhlasnya dan hanya menambahkan biaya parkir sebesar Rp 2.000,00 per motor. Mbak Sasta pun menyorongkan uang sebesar Rp 12.000,00 kepada pemuda itu.<br />
<br />
Entah karena kami tiba berdekatan dengan hari liburan panjang atau bagaimana, tapi yang jelas pagi itu Tebing Breksi tampak padat oleh pengunjung. Ada serombongan peserta touring dengan motor besar mereka, ada pula beberapa rombongan yang menggunakan bus-bus pariwisata berkunjung kesana bersamaan dengan kami.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8ZW_lgHxaBhNM1-gnwOfvBXGPwITN31KnDKXUy5mpuRrXUxd9GjoH5tRdNe0aL3zY4Rz8UFoPhMqM_khXJUfRcnh0nXn5z5x4VtqArZ6ENozyM_mOlCUjKXZJ_8-T4TtUSDP0jRBQr_s/s1600/20170418_093553.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="291" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8ZW_lgHxaBhNM1-gnwOfvBXGPwITN31KnDKXUy5mpuRrXUxd9GjoH5tRdNe0aL3zY4Rz8UFoPhMqM_khXJUfRcnh0nXn5z5x4VtqArZ6ENozyM_mOlCUjKXZJ_8-T4TtUSDP0jRBQr_s/s320/20170418_093553.jpg" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tebing Breksi pagi itu. Panas!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tebing Breksi baru diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana X selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pada 30 Mei 2015 yang lalu. Dulunya, lokasi ini merupakan lokasi penggalian batu kapur terbesar di Kabupaten Sleman sebelum diputuskan untuk mengubahnya menjadi cagar budaya. Kabarnya, batu kapur Tebing Breksi berasal dari endapan abu vulkanik dari Gunung Api Purba Nglanggeran yang berada di Kabupaten Gunung Kidul sana.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii9r-CPqtF0svUGiis6MtqrZ4IzYSwREkKhaEsi5tnm5AaSm5trY9YvUtLTiGYzU226VmBJNTL42kDSQOq104weug1RvSAyejyKDSMA11uulWQX68Kgd_afjsL0i8tzzHFzcNPx3w-b3A/s1600/20170418_093609.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii9r-CPqtF0svUGiis6MtqrZ4IzYSwREkKhaEsi5tnm5AaSm5trY9YvUtLTiGYzU226VmBJNTL42kDSQOq104weug1RvSAyejyKDSMA11uulWQX68Kgd_afjsL0i8tzzHFzcNPx3w-b3A/s320/20170418_093609.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Masih ada penduduk yang menggali batuan kapur.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah berubah menjadi cagar budaya bernama resmi Taman Tebing Breksi, pemerintah meminta bantuan para seniman lokal untuk memahat dinding tebing di beberapa tempat. Hasilnya, beberapa pahatan seperti wayang, dan naga bisa kita lihat disana. Pahatan-pahatan itupun menjadi lokasi favorit para pengunjung untuk berfoto.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPMNU2KaxgRzp8hYpHlYmb4-bJYsazuAQ1zz3Ja6Y0GBMHKt6DuY9w7JO2B26RYtxY2GDIEFYcQ43-13E3jqrPPjtmsLwO2CsmVzFnLXJVHMxjqA_OKcxSY-Rg6ZuFMcu2ORxDXEY5WHA/s1600/20170418_093735.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPMNU2KaxgRzp8hYpHlYmb4-bJYsazuAQ1zz3Ja6Y0GBMHKt6DuY9w7JO2B26RYtxY2GDIEFYcQ43-13E3jqrPPjtmsLwO2CsmVzFnLXJVHMxjqA_OKcxSY-Rg6ZuFMcu2ORxDXEY5WHA/s320/20170418_093735.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu pahatan di dinding Tebing Breksi.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9YcSAZI4S65EXEEOW-1px6WxB4A4xSe7BNMTymSgXhu2ScOrudccvDUXISNtA9TqftLapm9af7tlmiyxfctIAH9s22Pl779XLphyphenhyphenKwvTlqRPccjZYIY39b_zGRiIxgBAjlVseQJmBuSc/s1600/20170418_101157.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9YcSAZI4S65EXEEOW-1px6WxB4A4xSe7BNMTymSgXhu2ScOrudccvDUXISNtA9TqftLapm9af7tlmiyxfctIAH9s22Pl779XLphyphenhyphenKwvTlqRPccjZYIY39b_zGRiIxgBAjlVseQJmBuSc/s320/20170418_101157.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya bersama sang naga.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Panas dan gersangnya luar biasa. Itulah kesan yang saya rasakan ketika mengunjungi Tebing Breksi kemarin. Padahal, waktu masih menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Ketiadaan tempat maupun pepohonan peneduh mungkin menjadi alasan kenapa cuaca Tebing Breksi terasa begitu panas. Saya akhirnya mengerti kenapa banyak pengunjung memilih datang kemari saat sore atau malam hari.<br />
<br />
Katanya, kita bisa melihat pemandangan Candi Prambanan, Candi Ijo sampai Candi Sojiwan dari puncak tebing. Tapi, kami kemarin tak melihat apapun dari sana selain pemandangan pepohonan hijau sejauh mata memandang. Entahlah, mungkin mata kami yang kurang awas. Tlatar Seneng - sebuah panggung lingkaran terbuka yang satu lokasi dengan Tebing Breksi juga bisa kami lihat dari puncak tebing.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG5twiBgTQtfboZKx9TSqEOcNT2jew5UABRlrEK_8Iip8ZG1frdjiOZFyTQJ0GXY8vj6K3b2o6LDoLtG21exqESPu-686q7SwdUqcP9CdsDuquzRjyYesu44NJ4uOxQvl2Wj6gC8K6N1o/s1600/20170418_094842.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="291" data-original-width="516" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG5twiBgTQtfboZKx9TSqEOcNT2jew5UABRlrEK_8Iip8ZG1frdjiOZFyTQJ0GXY8vj6K3b2o6LDoLtG21exqESPu-686q7SwdUqcP9CdsDuquzRjyYesu44NJ4uOxQvl2Wj6gC8K6N1o/s320/20170418_094842.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tlatar Seneng. Bayangin ada Via Vallen konser disitu<br />
pasti makin pada seneng ya? 😆</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar jam setengah sebelas, kami berdua memutuskan untuk beranjak dari Tebing Breksi dan mengakhiri wisata hari itu. Perjalanan pulang sekitar setengah jam, dan sisa satu jam rasanya cukup untuk membersihkan diri sebelum mulai kuliah. Dalam perjalanan pulang, Mbak Sasta sempat mengajukan protes:<i> "Hih Sat lain kali kalau sekalian jalan-jalan gitu mbok bilang, biar aku bisa mandi dulu". </i>Saya hanya tertawa mendengar protesnya. <i>Well,</i> selamat datang di dunia <i>piknik tipis-tipis</i> mbak! Eh, apa memang saya aja yang dasarnya jorok? 😝<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihVGmBgP9g0m-H0PGnaAUynpdbBOLhMTDHNxNd58Uyzx17rAcgZtEQOjGoQXhHN_YD4c_vf_GS8pgzeSrviD4KuNgyFHWT0MpvKikPXQj0ORqNO7Nsa2rTwvlsUTMSUHIkBNcKKn9yHsc/s1600/20170418_084556.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihVGmBgP9g0m-H0PGnaAUynpdbBOLhMTDHNxNd58Uyzx17rAcgZtEQOjGoQXhHN_YD4c_vf_GS8pgzeSrviD4KuNgyFHWT0MpvKikPXQj0ORqNO7Nsa2rTwvlsUTMSUHIkBNcKKn9yHsc/s320/20170418_084556.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung! <br />
Tertanda, Duo Pandega.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;"><br /></span></b></div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-84294933299107385122017-07-11T21:15:00.001+07:002017-07-12T19:16:40.995+07:00Sepakung Dan Perjalanan Yang Menghabiskan Kampas Rem<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin9vNJJNBLLuFHM0hJ7CiKdTX_jKuREk4U7PDQZ0OffqwhGXqvpYWLLnmGz5P7TsJLEODAxEPmMCEbmWh484lXZKjwKPWiiQwLACHM3yrPGB8VjN_Zcb1ORiJGQVrtrt22JXV9pJ2I6sE/s1600/20170115_114743.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin9vNJJNBLLuFHM0hJ7CiKdTX_jKuREk4U7PDQZ0OffqwhGXqvpYWLLnmGz5P7TsJLEODAxEPmMCEbmWh484lXZKjwKPWiiQwLACHM3yrPGB8VjN_Zcb1ORiJGQVrtrt22JXV9pJ2I6sE/s320/20170115_114743.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<br />
Nama Desa Sepakung sejujurnya baru pertama kali saya dengar dari Mbak Sekar - seorang teman baru yang saya dapatkan setelah kami sama-sama menjadi relawan dari Kelas Inspirasi Kota Salatiga tahun lalu. Pekerjaannya sebagai <i>tour guide and planner,</i> berhasil membuat saya iri luar biasa kepada dirinya. Bayangkan saja bisa jalan-jalan gratisan, masih dapat bayaran pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Untuk ukuran seorang wanita, Mbak Sekar ini memang agak eksentrik. Selalu memakai <i>eyeshadow </i>warna hitam tebal, sukses membuatnya terkesan misterius dan susah didekati pada pandangan pertama. Itu dulu, jauh sebelum saya bisa mengenal lebih jauh dan berjalan-jalan dengannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Mas, masih di Salatigakah?"</i>, sebuah pesan mendadak muncul darinya via <i>whatsapp</i> pada suatu malam di awal tahun ini. Saya yang kebetulan tengah libur semester, tentu saja mengiyakan dan menanyakan ada apakah gerangan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Aku pengin main ke Salatiga, mas. Bisakah menemani berkeliling?"</i>, tanyanya. Beuh, tentu saja. Apalagi saya juga tengah suntuk akibat kelamaan libur. Permasalahan selanjutnya: memang ia mau melihat apa?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Sawah, mas. Apapun itu asalkan ada sawah-sawahnya". </i>Jawabannya langsung membuat saya melongo. Sawah? Dan inilah keeksentrikan nomer dua dari seorang Mbak Sekar, ia begitu menggilai mengunjungi sawah. Err, bukannya sawah dimana-mana sama saja ya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Beruntunglah saya, Salatiga memiliki beberapa tempat yang memang berbau sawah: mulai dari Rumah Makan Joglo Bu Rini hingga Wit Nganten, semuanya bernuansa tanaman padi dan tanah becek. Saya ajak ia kesana, lantas pada malam harinya menyempatkan nongkrong cantik bersama relawan lain Kelas Inspirasi Salatiga yang satu rombel (rombongan belajar) dengan kami berdua. Hari pertama Mbak Sekar di Salatiga pun berakhir.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyNu3E68Sf5p68abQvCKc1noHkPXwlPPzybRz1aZlJ3puRnV21YrFe3RodhrelaO-YHRm66fme_5GYoshfbAfYxCYRF4mJEnfMXGHvsjxacBGJW8RnDfH92was13HvdeiDxm0Hzfb46-Q/s1600/20170114_212501.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyNu3E68Sf5p68abQvCKc1noHkPXwlPPzybRz1aZlJ3puRnV21YrFe3RodhrelaO-YHRm66fme_5GYoshfbAfYxCYRF4mJEnfMXGHvsjxacBGJW8RnDfH92was13HvdeiDxm0Hzfb46-Q/s320/20170114_212501.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kumpul bersama relawan KI Salatiga Mangunsari 01.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari Kedua, saya berencana mengajak Mbak Sekar menuju lokasi favorit saya untuk melihat sawah. Suatu lokasi tak bernama yang selalu menjadi oase saya kalau tengah suntuk. Perjalanan kesana awalnya berjalan dengan lancar, hingga kemudian permasalahan datang menghadang. Bayangkan, akses menuju lokasi ngadem saya itu ditutup karena tengah ada hajatan pernikahan warga. Dih, Indonesia sekali!<br />
<br />
Kami pun terpaksa memutar. Saya mencoba menyusuri jalanan kecil lain sambil berharap saya akan menemukan rute yang benar untuk menuju lokasi tersebut. Namun pada akhirnya saya menyerah. Jalan-jalan kecil khas pedesaan yang kami susuri tersebut lama kelamaan malah terasa bagaikan sebuah labirin.<br />
<br />
<i>"Duh, bagaimana ini mbak?"</i>, tanya saya pada Mbak Sekar. Jujur, saya sedikit merasa gagal menjadi seorang tuan rumah yang baik untuk dirinya. Mbak Sekar awalnya hanya diam membisu. Lalu terlontarlah ide lain dari mulutnya.<br />
<br />
<i>"Ada sih mas di dekat sini, tempat lain buat melihat sawah. Namanya Sepakung. Tapi...", </i>jawabnya tertunda.<br />
<br />
<i>"Tapi kenapa, mbak?"</i>, saya bertanya penuh selidik. Itu adalah kali pertama mendengar nama Sepakung seumur hidup saya.<br />
<br />
<i>"Motornya mas, remnya oke kan? Jalanan buat kesananya serem, mas. Seriusan deh."</i>, Mbak Sekar menjawab dengan sedikit meragu.<br />
<br />
Tak ingin mengecewakan Mbak Sekar kembali, saya pun mengiyakan saja ajakan darinya. Bukannya sombong, tapi jejak petualangan saya dengan motor sudah lumayan panjang. Beberapa jalanan mengerikan, tanjakan atau turunan curam sudah pernah saya temui. Kondisi apalagi yang harus saya takutkan?<br />
<br />
<i>"Aku sudah mengingatkan pokoknya loh, mas.</i>", peringatan terakhir keluar dari mulut Mbak Sekar ketika motor<i> matic</i> saya mulai melaju menuju ke arah jalan besar Salatiga-Banyubiru.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepakung sebenarnya adalah nama sebuah desa yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Banyubiru. Desa ini memiliki luas setidaknya mencapai 876 hektar, dan berada di ketinggian hampir mencapai 1.100 Mdpl. Pada tahun 2015, Sepakung resmi bergelar desa wisata meskipun gaungnya baru terdengar di awal tahun ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan menuju Desa Sepakung sendiri memang cukup mendebarkan. Selepas memasuki jalan seukuran dua mobil bersisian di pinggir Jalan Salatiga-Banyubiru, kondisi jalan perlahan-lahan mulai menanjak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ini masih belum ada apa-apanya loh, mas. Nanti masih ada tanjakan curam sama tanjakan zig-zag. Pokoknya hati-hati saja!",</i> kata Mbak Sekar setengah berteriak dari jok belakang. Saya hanya bisa menganggukkan kepala sembari tetap fokus kepada jalanan yang memang bagai tanjakan tak berkesudahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Deretan pohon cemara yang menghiasi sisi-sisi jalan bahkan tak begitu saya gubris akibat sibuk memperhatikan jalan. Kalau boleh jujur, saya sempat mengutuki diri sendiri yang di awal perjalanan sempat menyepelekan. Ternyata, Mbak Sekar tidak berbohong. Jalanannya memang aduhai sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Alhamdulillah, jalanan barunya sudah jadi mas. Kita ndak perlu melewati tanjakan zig-zag",</i> celoteh Mbak Sekar sambil menunjuk bekas jalan kecil berbentuk huruf "z" bertingkat yang mulai tertutupi oleh semak belukar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya otomatis memperlambat laju motor dan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Mbak Sekar. <i>Alhamdulillah.</i> Saya tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau kami harus melewati tanjakan zig-zag itu. Kata Mbak Sekar, waktu ia kesana dan tanjakan tersebut masih berfungsi - beberapa orang sempat terjatuh. Ia bahkan sampai meminta bantuan pemuda sekitar untuk menuruni tanjakan, saking takutnya.<br />
<br />
Total waktu tempuh untuk bisa sampai ke Desa Sepakung dari ujung jalan masuk mencapai sekitar setengah sampai 40 menitan. Saya lupa pastinya, tapi yang jelas memang saya berjalan pelan-pelan akibat jalan yang mayoritas menanjak.<br />
<br />
<b>"Anda Memasuki Kawasan Tanpa Sinyal Seluler".</b> Sebuah papan kayu sederhana menyambut kami begitu mulai memasuki desa. Keunikan lain yang dimiliki oleh Desa Sepakung adalah ketiadaan sinyal. Kata Mbak Sekar, interaksi antar penduduk justru semakin terasa berkat ketiadaan sinyal - para orang tua bebas bercengkerama, sementara anak-anak bermain dengan riang gembira di halaman.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6511ughU1GtzCaEH40kzAYhUWR_GMUOc1pM1MVpo_6RChfps-J_e6azBvzkQJZLo7_En3b86V16TyUgv725xzNPaYg6E-raM_g_WW-kylac_2WI9LBiV5kuFeeeoLYNWdYrWaxTgrWlY/s1600/IMG_20170115_112954_HDR.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="300" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6511ughU1GtzCaEH40kzAYhUWR_GMUOc1pM1MVpo_6RChfps-J_e6azBvzkQJZLo7_En3b86V16TyUgv725xzNPaYg6E-raM_g_WW-kylac_2WI9LBiV5kuFeeeoLYNWdYrWaxTgrWlY/s320/IMG_20170115_112954_HDR.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Brace yourself!</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya pun coba mengecek gawai, seluruh operator seluler yang saya pakai keok, meninggalkan peringatan <i>"emergency calls only"</i> di ujung kiri atas layar. Mbak Sekar lantas mengajak saya ke salah satu tempat andalannya di Desa Sepakung. Sebuah tempat bernama Kali Kulon.<br />
<br />
Udara dingin khas daerah yang memiliki elevasi tinggi sesekali bertiup dan membuat saya kedinginan. Jarak antara batas masuk desa sampai ke Kali Kulon ini tak begitu jauh, hanya memakan waktu 5 menit berkendara.<br />
<br />
Saya awalnya berpikir tempat yang akan kami kunjungi bakal berupa sungai kecil sebagaimana namanya. Tapi, saya salah. Tak ada tanda-tanda sungai sama sekali, yang ada hanyalah sebuah gubuk sederhana dan sebuah rumah pohon yang berdiri tepat di atas sebuah <i>mbelik - </i>sejenis mata air kecil yang digunakan warga untuk mandi, mencuci, dan lain sebagainya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjkxIw0hAzJtJDIl7M87Mi5ZRNLcKLamxdYRcyuBghutQJeCdWF1hvM27px4-qDz1xNrOZDG6Q1-1AxTQtsuzSfPBHsxexvWmRVDb9Hc2juj51NOLSXVbbvCH-IMlBi4AQxUE1AUgqa5s/s1600/20170115_115734.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjkxIw0hAzJtJDIl7M87Mi5ZRNLcKLamxdYRcyuBghutQJeCdWF1hvM27px4-qDz1xNrOZDG6Q1-1AxTQtsuzSfPBHsxexvWmRVDb9Hc2juj51NOLSXVbbvCH-IMlBi4AQxUE1AUgqa5s/s320/20170115_115734.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mana sungainya? *krik-krik*</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGiHg-eVHSwP2oY1V1ugocDt3NIq7TjapsvmA_7kMy9G6SHFdj0I7GXEtTwnvzfBvJ0JBisGc6G-1EvPipdZ3Ajb1wVxgB6jpLKFq-nYWZbVdO_MuMpypk4syDtUmbXp8GLv9CBS0Ar9I/s1600/20170115_113404.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGiHg-eVHSwP2oY1V1ugocDt3NIq7TjapsvmA_7kMy9G6SHFdj0I7GXEtTwnvzfBvJ0JBisGc6G-1EvPipdZ3Ajb1wVxgB6jpLKFq-nYWZbVdO_MuMpypk4syDtUmbXp8GLv9CBS0Ar9I/s320/20170115_113404.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Airnya dingin sekali. -_-</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Saya sempat bergeming. Pertama, ada seseorang yang tengah mandi di <i>mbelik</i> itu ketika kami tiba. Tentu kami tidak mungkin langsung melenggang menaiki tangga menuju rumah pohon, bisa-bisa diteriaki sebagai pengintip. Kedua, sejujurnya saya punya ketakutan dengan ketinggian.<br />
<br />
<i>"Ayo mas, naik"</i>, kata Mbak Sekar mantap semantap pijakannya menaiki anak-anak tangga dari bambu untuk menuju ke atas rumah pohon. Oh, tentu saja kini sudah tidak ada penduduk yang sedang memakai <i>mbelik</i> sehingga kami bisa naik ke atas.<br />
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRIGVxyTHZnPxRKycbq4D8vM1wNoJ_yKkIwRwUAsiQ8Pke4TNiSywPydHQ6gPqOj4Cqckdhot8Cf6HQddFOHWjDSRZB6fFkN1MZy87NkpUG2AwZ_rfdFj-izXxzEylf27xHv-aZxS_HdM/s1600/20170115_113334.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRIGVxyTHZnPxRKycbq4D8vM1wNoJ_yKkIwRwUAsiQ8Pke4TNiSywPydHQ6gPqOj4Cqckdhot8Cf6HQddFOHWjDSRZB6fFkN1MZy87NkpUG2AwZ_rfdFj-izXxzEylf27xHv-aZxS_HdM/s320/20170115_113334.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rumah Pohon (?) Kali Kulon.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Setelah mengumpulkan keberanian, saya pun mulai menaiki anak-anak tangga itu satu per satu. Saya menaiki tangga dengan ritme yang begitu pelan dan langsung membuat Mbak Sekar mengetahui kalau saya punya ketakutan terhadap ketinggian. Ia pun menyemangati saya sambil duduk-duduk santai di ujung kanan rumah pohon.<br />
<br />
Rasa lega seketika merasuki diri ini begitu berhasil sampai di atas rumah pohon. Sebenarnya, bukan rumah pohon juga sih. Konstruksinya terlalu sederhana untuk disebut rumah pohon. Gardu pandang atau gubuk pemantau yang sering dipakai oleh para petani untuk mengawasi sawah mungkin lebih cocok disematnya.<br />
<br />
Damai. Itu kesan yang saya dapatkan saat berada disana. Sejauh mata memandang, kami bisa melihat area sawah penduduk berlatarkan deretan gunung-gunung yang tampak begitu dekat. Awan mendung, kabut yang perlahan mulai turun, angin dingin yang berhembus, dan suara gemericik air dari <i>mbelik </i>di bawah kami menciptakan kombinasi kedamaian maha sempurna.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd_3H1z42arEzM_E15IVqIq_okONrhrXuyQfYyHTkEP6oBG_glNGfA6kYoCUmkv9Tbh6NQcoEqx_8T6atDLCfYhxlknUjgz8LQbANnFk6XbmCJFi-cXVWI8L2A3tNAlzICf13eOanlkTs/s1600/20170115_113932.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd_3H1z42arEzM_E15IVqIq_okONrhrXuyQfYyHTkEP6oBG_glNGfA6kYoCUmkv9Tbh6NQcoEqx_8T6atDLCfYhxlknUjgz8LQbANnFk6XbmCJFi-cXVWI8L2A3tNAlzICf13eOanlkTs/s320/20170115_113932.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Potret kedamaian yang HQQ. 💃💃</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsPwDxiYCVVuZ7OsyGP84dViCwV2yal0MFyhvqo-p1hdf1z3QP52Sl8IO47w3zTIJJMMNadjjSsrD6DHqwaT9qdmx6HfRXfuRcKGEx-6uUkNGZYv4DvqMtGGnIiMnIyI0lfeqAmUhpCmA/s1600/20170115_114642.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsPwDxiYCVVuZ7OsyGP84dViCwV2yal0MFyhvqo-p1hdf1z3QP52Sl8IO47w3zTIJJMMNadjjSsrD6DHqwaT9qdmx6HfRXfuRcKGEx-6uUkNGZYv4DvqMtGGnIiMnIyI0lfeqAmUhpCmA/s320/20170115_114642.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kalau sudah di atas, malas turun sebenarnya.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kalau tak teringat harus bergantian dengan pengunjung lain, rasanya kami betah berlama-lama untuk berada di atas rumah pohon. Kami pun turun dan beralih duduk santai pada titik tengah sebuah jembatan batang kayu yang melintang di atas sebuah kolam. Kami masing-masing mencelupkan kaki dan merasakan airnya yang begitu dingin.<br />
<br />
Namun entah kenapa dinginnya air perlahan-lahan mulai menghilang, berganti kembali dengan kedamaian. Saya akhirnya tahu kenapa Mbak Sekar begitu menggilai sawah. Sawah memang ajaib. Ia bisa mencitrakan banyak hal: mulai dari potret kerja keras para petani, refleksi kesederhanaan, kehangatan, dan tentu saja kedamaian. Di atas jembatan batang kayu itu, kami saling bertukar cerita - menyampaikan keluh kesah atau permasalahan yang tengah dihadapi oleh kami berdua.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQgW547bpkUSPUq_LCBH5OO3SEzTBXQASdHs0W0DyorS6p9rBT_0aW4uOa82PSWAhWbfbFse2w6RIlTYnKRxzK0FU-YZ7ijPy35NDZOmkBTlnxUGb9SCmNhi5wWrheKVmkPxf1UkVnqlg/s1600/20170115_115651.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQgW547bpkUSPUq_LCBH5OO3SEzTBXQASdHs0W0DyorS6p9rBT_0aW4uOa82PSWAhWbfbFse2w6RIlTYnKRxzK0FU-YZ7ijPy35NDZOmkBTlnxUGb9SCmNhi5wWrheKVmkPxf1UkVnqlg/s320/20170115_115651.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Sekar di atas jembatan batang kayu.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebelum pulang, kami menyempatkan untuk mengisi perut dengan aneka gorengan yang dijajakan oleh seorang penduduk di sebuah tenda sederhana. Jangan membayangkan tempe mendoan, bakwan, tahu isi dan lain sebagainya karena yang dijual wanita ini adalah gorengan yang jamak dijumpai di depan sekolah dasar. Harganya yang hanya lima ratus hingga seribu rupiah per tusuk sukses membuat kami kalap.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihY8Rvv7E8O7bF5Q7Ww5R2fwSX56AVIkc9CGaidcOUgywjsktuiU5_6xA6ycDNKQ9l87Ql-eqRzLtiSNv92SubrcwbqW6yyS0z2OYauc321tloRkNxgagSWckd4-6KTZCsvDlMhBIMihg/s1600/20170115_125627.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihY8Rvv7E8O7bF5Q7Ww5R2fwSX56AVIkc9CGaidcOUgywjsktuiU5_6xA6ycDNKQ9l87Ql-eqRzLtiSNv92SubrcwbqW6yyS0z2OYauc321tloRkNxgagSWckd4-6KTZCsvDlMhBIMihg/s320/20170115_125627.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">💕💕💕</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
Apakah kalian tahu? Perjalanan pulang dari Sepakung adalah salah satu perjalanan paling mengerikan yang pernah saya lakukan. Tanjakan-tanjakan yang tadi kami lewati, kini berubah menjadi turunan yang begitu mengerikan. <br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain curam dan panjang, turunan-turunan ini kadang berbelok tajam. Di beberapa ruas, pinggir-pinggir turunan langsung menghadap ke jurang tak berpembatas. Saya sampai harus mempermainkan rem - kadang menarik kuat, lalu melepasnya lagi - untuk sekedar memperlambat laju motor yang seketika berubah bagaikan<i> roller coaster. </i>Hal ini diperparah dengan langit yang terus menggelap akibat mendung tebal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan, momen yang paling ditakutkan oleh para pengendara pun tiba. Saya merasakan betul tak ada lagi kekuatan cengkram dari rem yang daritadi saya mainkan. Remnya blong! Saya otomatis menurunkan kaki dan mengarahkan motor menuju ke area landai di salah satu sisi jalan. Untung saja motornya mau berhenti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kenapa, mas? Remnya blong?",</i> tanya sepasang penduduk yang hendak naik ke Desa Sepakung ketika melihat kami yang berhenti di pinggir jalan dengan muka saya yang mulai memucat. Mbak Sekar berinisiatif memakai air mineral yang ia miliki untuk menyiram ke arah kedua roda motor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Itu loh mbak, disiram di roda depan pas cakramnya. Biar dingin."</i>, kata salah seorang dari penduduk tadi. Ya, mereka sengaja berhenti sejenak dari perjalanan untuk membantu kami. Mereka terus menenangkan kami. Katanya, rem blong adalah hal yang lumrah terjadi disana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada mungkin sekitar 15 menitan kami berhenti, sebelum saya memberanikan diri untuk meneruskan perjalan kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Nanti, pelan-pelan saja mas jalannya. Jangan digas. Sudah hampir sampai bawah kok.",</i> kata dua penduduk yang membantu sebelum kami berpamitan. Saya pun mengangguk dan mengucapkan rasa terima kasih kepada mereka. Ah, saya tak bisa bayangkan jadi mereka - setiap hari harus melewati tanjakan dan turunan mengerikan semacam ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anehnya, begitu sampai ke bawah. Rem yang tadi serasa tak berdaya, eh berangsur-angsur mulai bisa dipakai kembali. Walau memang rasanya jadi tidak sebertenaga ketika pertama kali kami berangkat menuju ke Desa Sepakung. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Benar memang, ada pengorbanan yang harus kita bayar untuk bisa mendapatkan keindahan. Dan, pengorbanan yang harus saya berikan dalam perjalanan ke Sepakung kali itu adalah berwujud kampas rem. 😁😁</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: red;"><i>How Much To Enter:</i></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #0b5394;">1. Tiket Masuk Rumah Pohon Kali Kulon: Rp 4.000,00 per orang.</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #0b5394;">2. Tiket parkir: Rp 2.000,00 per motor.</span></b><br />
<b><span style="color: #0b5394;"><br /></span></b></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjpWjl0_Zo37Byj0wddx2TfcQnve7L1Rjx9VsTzeDu9jyJT7sZ7FljF4bAxYtKBz2xn-ZGWgorJfHcBOaxyDtbrSi_jfXSoKy4esJ6UIVRdQGCDeE097tKLdvgLhB9ntVJjejK8UqMTIU/s1600/20170115_120219.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjpWjl0_Zo37Byj0wddx2TfcQnve7L1Rjx9VsTzeDu9jyJT7sZ7FljF4bAxYtKBz2xn-ZGWgorJfHcBOaxyDtbrSi_jfXSoKy4esJ6UIVRdQGCDeE097tKLdvgLhB9ntVJjejK8UqMTIU/s320/20170115_120219.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung!</td></tr>
</tbody></table>
<i><br /></i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-47092601452139108372017-07-07T23:28:00.000+07:002017-07-11T22:35:03.074+07:00Berbunga-Bunga Di Bandungan<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYyfgX4LX0073Lt-PmjjQV7rAjzQPUaq-AcF-CG8nsZYQ9lVIL_EiE2G1AoWe8_ok66D-tA9vspan5jU2l4c-KpduYRbO5ctdRFa0npUOiKaiRAXB19wSGUaCwaKjOQm-vODa9_Do6da8/s1600/20170103_105426.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYyfgX4LX0073Lt-PmjjQV7rAjzQPUaq-AcF-CG8nsZYQ9lVIL_EiE2G1AoWe8_ok66D-tA9vspan5jU2l4c-KpduYRbO5ctdRFa0npUOiKaiRAXB19wSGUaCwaKjOQm-vODa9_Do6da8/s320/20170103_105426.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Bagi Warga Semarang, nama Bandungan mungkin laksana Puncak bagi Warga Jakarta ataupun Lembang bagi Warga Bandung. Ketiga daerah itu memiliki kesamaan yakni letaknya yang di wilayah pegunungan dan beriklim sejuk. Tak mengherankan apabila kemudian mereka sering dijadikan sebagai tempat untuk menenangkan diri maupun melepaskan kejenuhan dari segala rutinitas di kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Sebagai sebuah kecamatan di Kabupaten Semarang, Bandungan sendiri memang selama ini sudah dikenal sebagai daerah destinasi wisata. Ada banyak potensi wisata yang dimiliki kecamatan itu mulai dari wisata sejarah, wisata alam, hingga kulinernya yang siap memanjakan lidah. Saya sudah pernah menuliskan beberapa tulisan terkait Wisata Bandungan di postingan-postingan lain blog ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang salah satunya adalah media sosial ternyata berdampak pula pada perkembangan dunia pariwisata di Bandungan. Beberapa obyek wisata baru muncul dan langsung nge-<i>hits</i> di media sosial, instagram misalnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Postingan kali ini akan menceritakan petualangan saya bersama kakak dan salah seorang temannya, dalam mengunjungi dua obyek wisata di Bandungan. Satu obyek sudah relatif lama, sementara obyek lainnya masih tergolong baru (kalau keterlambatan posting saya tidak dihitung, yah 😝). Petualangan yang sukses membuat saya menjadi berbunga-bunga dan sejenak meninggalkan kemaskulinitasan yang saya miliki. Err, memang punya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semua ide petualangan kali ini murni datang dari kakak saya dan Mbak Nova - teman semasa kuliahnya dulu yang terus bertahan hingga kini. Berapa lama berarti usia pertemanan kalian? 30 tahun? Buahahah. Berapapun itu semoga bisa langgeng selama-lamanya, ya.<br />
<br />
Keinginan mereka dalam petualangan kami cukup sederhana: tempatnya dekat dengan Salatiga, dan <i>instagramable. </i>Saya sih hanya mengarahkan ke dua daerah, kalau tidak Bandungan, ya Kopeng. Selanjutnya mereka sendiri yang memutuskan hendak kemana. Tak lupa, saya sempat menyodorkan beberapa foto tempat wisata kekinian di dua daerah tersebut kepada mereka. Bandunganlah yang akhirnya terpilih.<br />
<br />
3 Januari 2017, tepat jam 10 pagi, saya dan kakak - Mbak Vica - memulai perjalanan kami menuju ke obyek pertama hari itu. Mbak Nova akan berangkat menyusul kami dari rumahnya yang berada di daerah Ambarawa. Obyek wisata pertama yang kami kunjungi mudah sekali ditemukan dan hanya memakan waktu sekitar 45 menitan perjalanan dari Salatiga.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT15JtBkZbkdIpYcKaV4ITJ5-lwyU63S2wxCkdbWEb6VDdqkkoTgRIQdS1bPeSfWrDfcnlrLq0rjo8N5v7sSoMIH5NksxuM-ZI9bVdWz1-ezBlZotaB5-9FFXCNGDseW6kTo2RkDlVhys/s1600/20170103_105301.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT15JtBkZbkdIpYcKaV4ITJ5-lwyU63S2wxCkdbWEb6VDdqkkoTgRIQdS1bPeSfWrDfcnlrLq0rjo8N5v7sSoMIH5NksxuM-ZI9bVdWz1-ezBlZotaB5-9FFXCNGDseW6kTo2RkDlVhys/s320/20170103_105301.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ladang bunga krisan sejauh mata memandang.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tibalah kami di kebun bunga krisan warna warni milik Setiya Aji Flower Farm. Tempat ini relatif baru, dan sanggup menyedot rasa penasaran para generasi millenial. Walau kami datang ketika matahari tengah panas-panasnya, tapi tempat itu tetap dipenuhi oleh pengunjung.<br />
<br />
Saya dan kakak yang datang duluan daripada Mbak Nova, memutuskan untuk masuk ke area kebun bunga. Kebun bunga besar ini terbagi lagi ke kebun-kebun kecil lainnya, ada kebun pembibitan, kebun perawatan, kebun untuk pemekaran bunga krisan yang nantinya akan dijual, dan kebun yang khusus diperuntukkan bagi pengunjung yang hendak berfoto ria.<br />
<br />
Begitu sampai di kebun yang diperuntukkan sebagai area foto, saya seketika kaget melihat kondisinya: panas, becek di beberapa tempat, dan bunganya masih banyak yang belum mekar. Beberapa tanaman bunga juga kondisinya tampak bengkok karena tak sengaja terdorong pengunjung atau bahkan sengaja ditarik pengunjung untuk menambah kesan manis dari foto yang diambilnya. Duh, kok miris ya.<br />
<br />
Beberapa papan himbauan dan larangan sebenarnya telah dipasang oleh pengelola di beberapa tempat, tapi tetap saja minimnya pengawasan membuat beberapa pengunjung usil tetap berbuat nekat demi mendapatkan hasil foto terbaik.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj03uFYB_Eo1Q1dZcktnfzu93F7_aUGPQq9RbdCkkRyPouQgwzR404Vlbpyc-J1Ex-4fohwHlgBmE_BgGMCrVgg9zy8T0fe2kVG5Cdd3l85EF1161WFigai8lrxJLhFe7MHfOFd-ZshhEI/s1600/20170103_111601.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj03uFYB_Eo1Q1dZcktnfzu93F7_aUGPQq9RbdCkkRyPouQgwzR404Vlbpyc-J1Ex-4fohwHlgBmE_BgGMCrVgg9zy8T0fe2kVG5Cdd3l85EF1161WFigai8lrxJLhFe7MHfOFd-ZshhEI/s320/20170103_111601.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terlepas dari hal-hal yang bikin bete, memandang krisan<br />
seperti ini bisa membuat hati tenang.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Mbak Nova baru tiba di Setiya Aji Flower Farm sekitar setengah jam atau 45 menit setelah kami tiba. Saya langsung mempersilahkan dia untuk merasakan perjuangan demi memperoleh foto di tengah kebun yang panas dan sesak pengunjung. Sementara, Mbak Vica yang sudah kelelahan dan kegerahan akhirnya menyuruh saya untuk menemani Mbak Nova berfoto.<br />
<br />
Saat tengah menemani Mbak Nova, kami sempat menguping serombongan pengunjung yang menggunakan jasa pemanduan. Kata bapak pemandu, ada tiga kebun yang dimiliki oleh Setiya Aji Flower Farm dan seluruhnya bisa dikunjungi oleh pengunjung.<br />
<br />
Tanpa menunggu lama, kami bertiga bergegas menuju ke kebun bunga lain dengan harapan akan lebih sepi pengunjung. Kebun yang kami datangi pertama kali ternyata adalah kebun tiga. Sedangkan, untuk menuju kebun satu dan kebun dua kami harus berjalan lagi sekitar 300 meteran dari kebun tiga.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8IhI1_x3y7fcp_QYG-DXkCvC_KOQ5yD8MN2rL2vBIK-kCpWxJT2OojttQXxRrOAQFtE4sGj4ihzJmIvxr64A2rZA0NkWfdt-AFTRzXYQo1ghkT9R3L5qSTSKRc1Wsq9T4Pt8E3OPphqQ/s1600/20170103_123623.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8IhI1_x3y7fcp_QYG-DXkCvC_KOQ5yD8MN2rL2vBIK-kCpWxJT2OojttQXxRrOAQFtE4sGj4ihzJmIvxr64A2rZA0NkWfdt-AFTRzXYQo1ghkT9R3L5qSTSKRc1Wsq9T4Pt8E3OPphqQ/s320/20170103_123623.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jalan menuju kebun yang lain</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dan benar saja, kebun satu dan dua kondisinya jauh lebih beradab dan sepi dibandingkan kebun tiga. Selain lebih sepi pengunjung, kedua kebun ini tidak begitu panas, tidak becek dan yang terpenting: jumlah bunga krisan yang mekar jauh lebih banyak! Kalau tahu kondisi semacam ini dari awal, kami pasti lebih memilih kemari.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLN53gKh_6mIWy3EuOBeUFppfZq-lAuDCpmTsKvDMX-RqmKl-962e256mMZ9PrjryH8Rcc5V0m0dWNd1rGfi2ARawc6PiQ7CIh6VRudmo95rVMuOOp4CWXC39Zv_y6rRALwuEAQU4WTJ4/s1600/20170103_124737.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLN53gKh_6mIWy3EuOBeUFppfZq-lAuDCpmTsKvDMX-RqmKl-962e256mMZ9PrjryH8Rcc5V0m0dWNd1rGfi2ARawc6PiQ7CIh6VRudmo95rVMuOOp4CWXC39Zv_y6rRALwuEAQU4WTJ4/s320/20170103_124737.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pose absurd kami begitu tahu kebun yang kami datangi<br />
lebih sepi pengunjung. 😅</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Teringat hari yang mulai bergerak semakin siang, kami lantas menuju obyek kedua kami hari itu yaitu Susan Spa & Resort. Selain dikenal sebagai tempat memanjakan diri, Susan Spa & Resort juga dikenal oleh banyak kalangan akibat <i>chapel</i> cantiknya yang bernama La Kana.<br />
<br />
Perlu kewaspadaan tinggi untuk menuju kemari karena letak resornya yang berada di ketinggian. Kalau bisa, jangan datang terlalu sore karena jalanan bakal diselimuti oleh kabut tebal yang cukup mengganggu jarak pandang dan pemandangan.<br />
<br />
Seorang petugas wanita mendatangi kami bertiga begitu melangkah masuk ke lobi utama resor tersebut. Setelah tahu tujuan kami hendak <i>sightseeing, </i>ia pun menyodorkan tiket masuk yang nanti bisa dipakai kembali untuk membeli makanan atau minuman di restoran yang dimiliki resor ini.<br />
<br />
Kami bertiga kemudian diarahkan untuk menuju lantai bawah, melewati restoran dan area kebugaran, melintasi halaman, hingga kemudian nanti akan sampai ke La Kana. Kami sempat berhenti di halaman resor yang luas, hijau dan tenang. Saking nyamannya, kami bahkan sampai bergulingan di atas rumput-rumputnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAChrqeZNSLdUYEvqS0WeKoOytbSiMvA2mNmWainrZ2NkKNgVzjXUnxrpV5DKhr4w2qhTsRjXAVnjDbZC31G9jdiEO3gRKEBYa-qcxOZP1XW25uKDTS7gpO9sJzp_xnC1Sy_nyW8Tzse8/s1600/20170103_135310.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAChrqeZNSLdUYEvqS0WeKoOytbSiMvA2mNmWainrZ2NkKNgVzjXUnxrpV5DKhr4w2qhTsRjXAVnjDbZC31G9jdiEO3gRKEBYa-qcxOZP1XW25uKDTS7gpO9sJzp_xnC1Sy_nyW8Tzse8/s320/20170103_135310.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Anu, mata saya emang lemah sama cahaya matahari.<br />
Kalau berlebihan, seketika langsung susah buat melek.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tepat di sebelah halaman dan agak menjorok ke bawah, terdapatlah Kapel La Kana itu. Bangunan tersebut tampak anggun dengan warnanya yang putih, dan kompilasi kaca yang menghiasi ceruk-ceruk dindingnya. Belum lagi, latar belakang pegunungan dan pemandangan kota tersaji tepat di belakang kapel. <i>I personally think that this chapel is perfect for a private wedding party. </i>Sungguh.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3jJatv5pTGaAYCBnMRpyNbd3tSnBcQV6phKdpZIfun_Yvu2Hz7DOZXmcI_TxKSEaeyEpsw5v6VhFFNJQtIbKrV66DQswvZXscEEbRC2UWxYb-8gFsKA5Dqq849BlJ9GXnGjro6AWC9Oc/s1600/20170103_135658.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3jJatv5pTGaAYCBnMRpyNbd3tSnBcQV6phKdpZIfun_Yvu2Hz7DOZXmcI_TxKSEaeyEpsw5v6VhFFNJQtIbKrV66DQswvZXscEEbRC2UWxYb-8gFsKA5Dqq849BlJ9GXnGjro6AWC9Oc/s320/20170103_135658.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>What a beauty!</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4zt452FdxARQ5TyubxX-eMy6jnMEYOKt5FvkU4HZElFPH9Q7fUYvjDq6KCuP08cl2b3j8KZ5b-vRs8byxnc6V4UpG2FjMcLiPeAgjYMiR3gu72XgBM26r8UIHleuA5skhexbAfBa2pYc/s1600/20170103_140722.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4zt452FdxARQ5TyubxX-eMy6jnMEYOKt5FvkU4HZElFPH9Q7fUYvjDq6KCuP08cl2b3j8KZ5b-vRs8byxnc6V4UpG2FjMcLiPeAgjYMiR3gu72XgBM26r8UIHleuA5skhexbAfBa2pYc/s320/20170103_140722.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemandangan dari belakang kapel.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaSSTz3NXdUrpVCAKvGLnQ49MTF4BaVWol7gdiOc5Cgxc1mqEz08CWUKo4sVq1b7Fg6JRLzxRYQrZkpl4wG6figM_fEyfLUVF4tJKSN-vGYhiq8jRmUguYD9stk8ot8TpG2OT7hJlL3AM/s1600/20170103_141933.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaSSTz3NXdUrpVCAKvGLnQ49MTF4BaVWol7gdiOc5Cgxc1mqEz08CWUKo4sVq1b7Fg6JRLzxRYQrZkpl4wG6figM_fEyfLUVF4tJKSN-vGYhiq8jRmUguYD9stk8ot8TpG2OT7hJlL3AM/s320/20170103_141933.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hai! 🙌</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Rasa lapar yang melanda diri membuat kami bertiga langsung bergegas kembali ke area restoran. <i>Surprisingly</i>, kalau soal harga makanan dan minuman yang ditawarkan, Susan Spa & Resort tak mematok harga yang terlalu mahal. Beberapa makanan berat bahkan ditawarkan di bawah harga tiket masuknya, sehingga kami tidak perlu <i>nombok</i> terlalu banyak. Walau kalau soal rasa, memang pas-pasan sih. Untungnya kami bertiga sedang kelaparan berat, jadi makanan yang kami pesan habis tak bersisa.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu saya sungguh merasa berbunga-bunga. Dua tempat yang saya kunjungi bersama kakak dan temannya benar-benar membuat saya menjadi berhati jingga - dari melihat keindahan bunga krisan warna warni, hingga mendatangi kapel yang begitu romantis. Jadi buat kalian para petualang wanita yang tengah mencari tempat wisata cantik di sekitaran Semarang dan Salatiga, saya merekomendasikan untuk datang ke Bandungan. 😆<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi14Zx01wTXfBzfYGVkoCt8qkirDs3cb-JxRsqshSVwYez4PCPlPiOmJqsYR5PWHDb4Q8vkqiWBg_T9oHO67XOzKtuNjET-KNXXNrubGWWuQeAE7mrPxMXR2lLCHEwdfbWqmSGpjh_trJo/s1600/20170103_124749.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="242" data-original-width="322" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi14Zx01wTXfBzfYGVkoCt8qkirDs3cb-JxRsqshSVwYez4PCPlPiOmJqsYR5PWHDb4Q8vkqiWBg_T9oHO67XOzKtuNjET-KNXXNrubGWWuQeAE7mrPxMXR2lLCHEwdfbWqmSGpjh_trJo/s320/20170103_124749.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung!</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i><span style="color: red;"><b>How Much to Enter:</b></span></i><br />
<b><span style="color: #674ea7;">1. Setiya Aji Flower Farm: Rp 7.500,00 per orang.</span></b><br />
<b><span style="color: #674ea7;">2. Susan Spa & Resort: Rp 25.000,00 per orang.</span></b><br />
<span style="color: #674ea7;"><br /></span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-86217958047730742022017-07-06T22:55:00.003+07:002017-07-22T13:37:49.085+07:00Ke Kota Tua Jakarta, Saya Pasti Kembali<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEingHXgKrVtLntb8-l5jRNMU5OXgFfker5X-pTJWQ5a-8QpQcV3_rnEwgjn4ZQoFkHNmym_WNKjiRMDDkheb0cHUIIzikyyzq9LWhHiLRG1G09NjSvMmwWOli5fIOakAOh7kMAgGyrNjEg/s1600/IMG-20161212-WA0034.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEingHXgKrVtLntb8-l5jRNMU5OXgFfker5X-pTJWQ5a-8QpQcV3_rnEwgjn4ZQoFkHNmym_WNKjiRMDDkheb0cHUIIzikyyzq9LWhHiLRG1G09NjSvMmwWOli5fIOakAOh7kMAgGyrNjEg/s1600/IMG-20161212-WA0034.jpg" /></a></div>
<b><span style="color: blue;"><br /></span></b>
<b><span style="color: blue;"><br /></span></b>
<b><span style="color: blue;">"Karena pada akhirnya yang kita butuhkan hanyalah segenggam kesabaran dan setitik kepercayaan, percayalah semua akan datang waktunya..."</span></b></div>
<b><span style="color: blue;"><br /></span></b>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sebagai seorang manusia yang memiliki hobi bertualang, tentu saya memiliki mimpi akan destinasi-destinasi wisata yang ingin saya kunjungi. Banyak orang menyebutnya <i>bucket list, a must visit list</i>, <i>the itch list </i>dan lain sebagainya - yang memiliki inti sama: sebuah mimpi. Terkadang mimpi ini bisa terdengar muluk-muluk, terkadang pula mimpi itu bisa terkesan sangat sederhana. Ada sebuah mimpi jalan-jalan saya yang akhir tahun lalu telah terwujud yakni mimpi untuk mengunjungi Kota Tua Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Mimpi mengunjungi Kota Tua Jakarta sebenarnya adalah mimpi lama. Berulang kali bepergian ke ibukota, tapi selalu gagal untuk menyambanginya. Selalu saja ada alasan yang membuat saya menunda kunjungan kesana, dan senantiasa menyabarkan diri sembari berkata dalam hati - <i>"mungkin lain waktu".</i><br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan pada akhirnya, mimpi saya terwujud akhir tahun lalu. Sebuah urusan dadakan yang mengharuskan saya ke Jakarta, memberikan bonus tambahan berupa kunjungan ke Kota Tua. Saya akui, kunjungan itu bisa tercapai berkat bantuan salah seorang tetangga saya yang kini bekerja di Jakarta - Dody.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dody memang berperan besar dalam perjalanan saya kemarin. Saya bahkan menumpang menginap di rumah indekosnya yang terletak di Kuningan, Jakarta Selatan selama kurang lebih tiga hari. Tidak hanya rela menampung, ia bahkan mengajak saya untuk berjalan-jalan.<br />
<br />
Pada 12 Desember 2016 pagi - tanggal yang kebetulan merupakan Hari Libur Maulid Nabi Muhammad SAW, kami berdua telah bersiap untuk menjelajahi Kota Jakarta. Tujuan pertama kami adalah menuju ke Monumen Nasional (Monas). Ide itu tercetus setelah saya berkata kepada Dody kalau saya belum pernah naik hingga ke lantai atas monumen tersebut.<br />
<br />
Sayang beribu sayang, begitu sampai di Monas kami harus menelan kenyataan pahit: pintu gerbang masuknya tertutup rapat dengan sebuah tulisan pemberitahuan tertempel. Tulisan itu berbunyi kalau Monas tak beroperasi karena sedang dalam masa perawatan dan pembersihan rutin. Beuh. Usut punya usut, setiap Hari Senin memang jadwal<i> maintenance</i>-nya Monas.<br />
<br />
Tak mau waktu terbuang sia-sia, kami lantas memutar otak dan bergegas mencari halte <i>busway </i>terdekat untuk menuju ke tujuan lainnya: Kota Tua Jakarta. Perjalanan dari Monas menuju Kota Tua sendiri tak begitu lama, paling hanya sekitar setengah jam. Saya kurang tahu apa itu waktu normal ataukah akibat jalanan yang terasa lenggang pagi itu.<br />
<br />
Kota Tua Jakarta sendiri adalah suatu kawasan yang membentang sepanjang kurang lebih 1.3 kilometer persegi di antara Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Kawasan ini dahulu dikenal sebagai <i>Oud Batavia </i>atau pusat kota Batavia (nama lain dari Jakarta) semasa jaman penjajahan Belanda dahulu. Kawasan tersebut kini telah berubah menjadi salah satu destinasi wisata penting di Jakarta, puluhan museum dan kafe menempati bangunan-bangunan sisa kolonial yang ada disana.<br />
<br />
Seturunnya dari Trans Jakarta, kami berjalan mengikuti arus manusia menuju ke Lapangan atau Taman Fatahillah. Dody berkata dengan pelan untuk selalu mengawasi dompet dan barang bawaan saya karena banyak copet yang beroperasi di kawasan ini. Saya pun manggut-manggut dan berjalan mengekor di belakangnya.<br />
<br />
Jalanan menuju Taman Fatahillah dipenuhi oleh pedagang yang menjajakan barang beraneka rupa, mulai dari suvenir hingga ke makanan. Melihat kepadatan pedagang dan pengunjung, rasanya saya mengerti kenapa para copet senang beraksi disini.<br />
<br />
Saya dan Dody sempat berhenti di salah satu penjual cemilan dalam perjalanan menuju Taman Fatahillah. Saya memilih membeli sebungkus otak-otak goreng dengan saos merah cerah yang dihargai sebesar Rp 5.000,00 per bungkus. Ah, jadi teringat jajanan jaman SD dulu.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-QXRagJCA0vCTCVqeopDe8qwdOFAZSeYqpZaGuCe6eExqtvfC6ChnTy8dVH0Y2aFRKvfI3XgLj5xCMzY782LTnRgpKAOZVF79xI8dTBzTAIkYK5QKCx0EInTBlsykwFvHvMj9jBTGgI0/s1600/20161212_103524.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-QXRagJCA0vCTCVqeopDe8qwdOFAZSeYqpZaGuCe6eExqtvfC6ChnTy8dVH0Y2aFRKvfI3XgLj5xCMzY782LTnRgpKAOZVF79xI8dTBzTAIkYK5QKCx0EInTBlsykwFvHvMj9jBTGgI0/s320/20161212_103524.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Otak-otak. Ada sedikit rasa ikan di tepungnya<br />
yang agak alot itu.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sejumlah seniman jalanan dengan memakai kostum beraneka macam, seperti pakaian para pejuang tempo dulu hingga lolita bisa kami temukan begitu mendekati Taman Fatahillah. Beberapa dari mereka ada pula yang menunjukkan trik-trik sulap, walau kebanyakan sekedar mengandalkan kostum mereka untuk menarik pengunjung agar berfoto bersama dengan biaya seikhlasnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj38vPPqltMmHiq5T0_JgMdYBIomKjAnnF1k2EpbplWq-j94f0DJwkiAlP3NiLwUSgJ0BTpXu4jHZAGo6aPTuekd25bJhdvZ_7-SMGx6cWgjgR5Wy-XUY1YJ5e0zjvCtMHPHfcd7fHxB-M/s1600/20161212_112201.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj38vPPqltMmHiq5T0_JgMdYBIomKjAnnF1k2EpbplWq-j94f0DJwkiAlP3NiLwUSgJ0BTpXu4jHZAGo6aPTuekd25bJhdvZ_7-SMGx6cWgjgR5Wy-XUY1YJ5e0zjvCtMHPHfcd7fHxB-M/s320/20161212_112201.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Beberapa pengunjung tengah berfoto dengan salah seorang<br />
seniman jalanan yang ada di Taman Fatahillah.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya dan Dody hanya berjalan melintasi seniman-seniman tersebut, sesekali kami berhenti begitu melihat seniman yang menarik perhatian. Kepadatan pengunjung semakin terasa di tengah area taman, apalagi kini ditambah dengan para pengunjung yang hilir mudik dengan memakai sepeda onthel sewaan beraneka warna. Kami berdua sampai kebingungan mencari <i>spot</i> foto untuk bisa berfoto dengan latar Museum Fatahillah - sang ikon dari Kota Tua Jakarta.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieVsrAVh4uQw5p384_QQJFlt7gXujiVzuFQcWU2qec_b2jvcuoUlThQC6c_WdsV8oyaiuSrNAnzpsS_CZXHhLFXuhDRVbhzaAOVrkIWz_rVkj8tG2sCkYS_d_1TK14Af52eAW2yWS7Q0o/s1600/20161212_105644.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieVsrAVh4uQw5p384_QQJFlt7gXujiVzuFQcWU2qec_b2jvcuoUlThQC6c_WdsV8oyaiuSrNAnzpsS_CZXHhLFXuhDRVbhzaAOVrkIWz_rVkj8tG2sCkYS_d_1TK14Af52eAW2yWS7Q0o/s320/20161212_105644.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Taman Fatahillah di kala hari libur.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhACfOOWgZRzYFy09ZpvBC0jDiKigxK0X7ggOZm92gj68NcIr5wLwXNPxFeI-q3zqoSfOeEot5pK5c-49EmFKbzkdTIAZ1R-RX2QQ0sig7MNl67O1rAjiO6Atvx8R2Om0D6-px4EypHtro/s1600/20161212_105527.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhACfOOWgZRzYFy09ZpvBC0jDiKigxK0X7ggOZm92gj68NcIr5wLwXNPxFeI-q3zqoSfOeEot5pK5c-49EmFKbzkdTIAZ1R-RX2QQ0sig7MNl67O1rAjiO6Atvx8R2Om0D6-px4EypHtro/s320/20161212_105527.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Meriam Sijagur dengan pose jarinya yang khas. Pose jari yang<br />
sama dengan pose jari yang membuat saya digampar Papa<br />
pakai sandal waktu kecil dahulu hanya karena bertanya:<br />
<i>"memang ini maksudnya apa, pah?"</i></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayup-sayup terdengar pemberitahuan dari pengeras suara yang membuat saya sedikit kecewa. Katanya, seluruh museum utama yang ada di Kawasan Kota Lama juga tengah ditutup dengan alasan sama yakni <i>maintenance</i>. Aduh, kenapa kami kurang mujur sih hari ini?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untungnya, informasi terdengar lagi dari pengeras suara yang mengabarkan kalau ada dua tempat yang masih beroperasi yakni Museum Bahari dan Menara Syahbandar. Saya bergegas memberitahu Dody dan mengajaknya untuk kesana.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Berdua kami berjalan menjauhi keramaian Taman Fatahillah dan melenggang lurus ke arah Pelabuhan. Saya seketika jatuh cinta dengan suasana jalan menuju kesana. Deretan toko dengan bangunan-bangunan tua sederhana yang catnya mulai mengelupas dan berlumut terlihat berdiri berjejer di sisi-sisi jalan. Sesekali, bus kota yang rangkanya sama berkarat dengan pintu atau teralis logam dari toko-toko itu melintas di jalanan sepi tersebut. Menampilkan para penumpangnya yang tampak kegerahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW0RHsRtL_ShT8r_Xia4yOCkTCkE0CplS4iu-WmxAc3ukEQEm_3LdkmUXXLzPLOyYxcFIUdrppl3QeMfVVGNPHwWf9ZFB0quRjI3rhuUYYzyp7MtvnqkYymM2jhEa5fTgMd-5LlWJ_TWg/s1600/20161212_112817.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW0RHsRtL_ShT8r_Xia4yOCkTCkE0CplS4iu-WmxAc3ukEQEm_3LdkmUXXLzPLOyYxcFIUdrppl3QeMfVVGNPHwWf9ZFB0quRjI3rhuUYYzyp7MtvnqkYymM2jhEa5fTgMd-5LlWJ_TWg/s320/20161212_112817.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jalanan menuju Pelabuhan </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXYUSQRddegIkPHDmUFZa8Fn-tL0NirE1_uUnKhY6MSRaQDaFZyP0ITZJ4pYonxL0ZzA2aN8yESK67JdOqxDzLo4hNNSZIj-RSgYrj01mNy6j4ndG_DlmfB2iV8OUZ_-i9xS7sWYCFijk/s1600/IMG-20161212-WA0059.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXYUSQRddegIkPHDmUFZa8Fn-tL0NirE1_uUnKhY6MSRaQDaFZyP0ITZJ4pYonxL0ZzA2aN8yESK67JdOqxDzLo4hNNSZIj-RSgYrj01mNy6j4ndG_DlmfB2iV8OUZ_-i9xS7sWYCFijk/s1600/IMG-20161212-WA0059.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mencoba berfoto berlatar pertokon di salah satu gang. Saya<br />
suka suasananya.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Seorang satpam bank yang kami tanyai arah justru mengarahkan kami untuk mampir ke Jembatan Kota Intan terlebih dahulu sebelum mendatangi Menara Syahbandar dan Museum Bahari. Katanya, kami hanya perlu berjalan lurus sebentar lalu berbelok kiri sebelum nanti melihat jembatan yang dibangun oleh VOC pada 1628 itu di dekat persimpangan jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami harus sedikit berjalan memutar sebab pintu masuk untuk menuju Jembatan Kota Intan justru terletak di sisi belakang. Setelah menyampaikan maksud kedatangan kepada petugas yang berjaga dan membayar sejumlah uang, kami pun dipersilahkan masuk dan mendekat ke jembatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMQjAb6miE8nQU1vKxNkO9-LOv3-th3FzYWpuP1g6GCCnsUWw6gX3NpyvmHcSpRCMcSOiOXIt-kDLzkCj4-xu-PNzgePxURHxknYipTzhl9yVR4G5CYneRcNH5nkkVd46yAvYQoOIfQdE/s1600/20161212_114107.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMQjAb6miE8nQU1vKxNkO9-LOv3-th3FzYWpuP1g6GCCnsUWw6gX3NpyvmHcSpRCMcSOiOXIt-kDLzkCj4-xu-PNzgePxURHxknYipTzhl9yVR4G5CYneRcNH5nkkVd46yAvYQoOIfQdE/s320/20161212_114107.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jembatan Kota Intan</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jembatan yang tak begitu panjang berwarna cokelat itu cukup memukau saya. Rangka besinya masih terlihat kokoh, sementara alas jembatan telah digantikan dengan kayu. Jembatan ini berdiri di atas Kali Besar yang airnya kini tampak hitam dan tak bergerak akibat endapan sampah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konon, Jembatan Kota Intan telah berganti nama dan direnovasi beberapa kali dari masa ke masa. Ia pernah dinamai Jembatan Inggris, Jembatan Pasar Ayam, Jembatan Ratu Juliana, hingga Jembatan Kumpeni. Nama Kota Intan yang kini disematnya berkaitan dengan nama Kastil Diamond yang dulu sempat ada dan berdiri di ujung jembatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC1hGKbFjRspitBDeT-Ae4vEqP-16PYnieKNJWjMsXHz2qDtfghdYQt-jhFOQZkMh2s0C_pIsTx2ymEJNjB2MnjBCouCNv-SbPktYnKpTZD1XmmHM0yQZ6w_y9NFAJUCAD50vOBMgA6d0/s1600/IMG-20161212-WA0066.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC1hGKbFjRspitBDeT-Ae4vEqP-16PYnieKNJWjMsXHz2qDtfghdYQt-jhFOQZkMh2s0C_pIsTx2ymEJNjB2MnjBCouCNv-SbPktYnKpTZD1XmmHM0yQZ6w_y9NFAJUCAD50vOBMgA6d0/s1600/IMG-20161212-WA0066.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>"Dod, pokemonnya ketangkap?" </i>😜</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dari lokasi jembatan, kami berdua kemudian berjalan menyusuri jalanan kampung menuju ke Menara Syahbandar. Kami harus melintasi sebuah perkampungan kumuh dengan bangunan semi permanen berbahan triplek yang tersebar di bawah sebuah jalan layang, sebelum lantas berjalan kembali menyusuri jalan yang bersisian dengan sungai besar yang entah bernama apa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itu adalah kali pertama saya begitu dekat dengan <i>slum area</i> di Jakarta. Sejujurnya saya agak gemetaran ketika melintasinya, tapi untung saja saya tak sendirian dan para penghuninya begitu cuek ketika melihat kami berjalan melewati mereka. Beberapa bangunan tua besar yang tampaknya kini telah berganti fungsi menjadi gudang berdiri menemani kami sepanjang jalan. Salah satu bangunan tua yang berdiri tepat sebelum kami tiba di Menara Syahbandar sempat membuat kami berhenti sejenak -sebuah tulisan "Galangan VOC" terpampang di sudut atas dindingnya.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggmBVi8m9eetFwOP59s_2FkLYU9ArozF0wqJPvg5SslGda5YW5oLDVtR05jrobRMH_42G31RPdFE6AiG9CZ_iPDkBic7HMMh6ZOei96I0g_UPxIzvp3ARqrQojgnLv8kb9mi0PVqNkRVg/s1600/20161212_120920.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggmBVi8m9eetFwOP59s_2FkLYU9ArozF0wqJPvg5SslGda5YW5oLDVtR05jrobRMH_42G31RPdFE6AiG9CZ_iPDkBic7HMMh6ZOei96I0g_UPxIzvp3ARqrQojgnLv8kb9mi0PVqNkRVg/s320/20161212_120920.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu bangunan tua dengan label<br />
Galangan VOC.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Menara Syahbandar sendiri sungguh begitu mencolok mata. Menara setinggi sekitar 40 meter ini tampak angkuh berjaga di persimpangan dua sungai besar yang langsung mengarah ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa. Dulu, selain digunakan sebagai menara pemantau dan kantor pabean, Menara Syahbandar juga merupakan titik nol kilometer dari Kota Batavia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcetaG8crQVp-Ug-8piuLAP-KTbPChc-yNQEltWBy9ohv1oy7AQHgd727g5OLxbjqTwxgi9hHefM2wa61ZkjCFcBgcQkGaR1MM_n7-yXcF0qkFc_dQklYnYCW4chBkjqajD4K0-KeQRuE/s1600/20161212_121012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcetaG8crQVp-Ug-8piuLAP-KTbPChc-yNQEltWBy9ohv1oy7AQHgd727g5OLxbjqTwxgi9hHefM2wa61ZkjCFcBgcQkGaR1MM_n7-yXcF0qkFc_dQklYnYCW4chBkjqajD4K0-KeQRuE/s320/20161212_121012.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Menara Syahbandar dari ujung jalan kecil<br />
yang kami lewati.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Saya dan Dody sempat mengecek naik ke lantai paling atas menara. Di dalamnya tidak ada apa-apa, tapi dari lantai atas kami bisa melihat pemandangan Kota Tua Jakarta secara leluasa. Kami juga bisa melihat beberapa kapal nelayan yang tengah berlabuh, melihat mesin yang tengah membersihkan sampah di sungai, hingga melihat tujuan kami selanjutnya yakni Museum Bahari.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ1zyZnu5pXnMjanhLJyIHWGmL9uTbhep06LUsybvvlvk9dNqyKKU7t1t-sQ_ivKj71cCl5Wt4P3Lj3YcA2frw_aD5OhNPSXx6nTD89fhvtdd9oA9DGnonaJxgEeNSFI2K2jwfuxV4u5w/s1600/20161212_122140.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ1zyZnu5pXnMjanhLJyIHWGmL9uTbhep06LUsybvvlvk9dNqyKKU7t1t-sQ_ivKj71cCl5Wt4P3Lj3YcA2frw_aD5OhNPSXx6nTD89fhvtdd9oA9DGnonaJxgEeNSFI2K2jwfuxV4u5w/s320/20161212_122140.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dody galau. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqU9LD827E2ogBjVuqKbkYaooXf52_GkPgugSvXbUU1ocAhxr-zyVRyy2N6MFwGoT2zweEtHcrdPLoAco6xD-rxvKxZwU832f5tbhgM38dmKWEP6E7dVasfMiIMcPbEBRfh0VDgaSdxVg/s1600/20161212_122541.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqU9LD827E2ogBjVuqKbkYaooXf52_GkPgugSvXbUU1ocAhxr-zyVRyy2N6MFwGoT2zweEtHcrdPLoAco6xD-rxvKxZwU832f5tbhgM38dmKWEP6E7dVasfMiIMcPbEBRfh0VDgaSdxVg/s320/20161212_122541.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemandangan Pantai Utara Jakarta dari <br />
atas Menara Syahbandar</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengar-dengar, Menara Syahbandar dari waktu ke waktu terus bergerak miring. Faktor usia dari menara yang tahun ini genap berusia 178 tahun ditambah intensitas kendaraan berat yang melewati jalan besar di sebelahnya dianggap sebagai penyebab utama kemiringan menara tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Letak Museum Bahari tak begitu jauh dari Menara Syahbandar. Kami hanya perlu berjalan sekitar 300 meter melewati Jalan Pasar Ikan. Dari jauh, saya sudah terkesima dengan luas dan arsitektur dari museum ini. Ia terlihat cantik dengan puluhan jendela dan pintu besar yang melengkapinya.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYFoZzMFaxJF7FgWs71-VEXlr7s5TT0vGcF3Fkcc8W0e5fDYbPym4B-299r5kHZCUaloKAclP1xa-BMi7qDjM9pLNKQ2zrNfvhQndK6fcCI1blKfS7lfmBjVHJYMMOBdmQhA8hBMjlXwo/s1600/20161212_131443.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYFoZzMFaxJF7FgWs71-VEXlr7s5TT0vGcF3Fkcc8W0e5fDYbPym4B-299r5kHZCUaloKAclP1xa-BMi7qDjM9pLNKQ2zrNfvhQndK6fcCI1blKfS7lfmBjVHJYMMOBdmQhA8hBMjlXwo/s320/20161212_131443.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kompleks Museum Bahari yang terlihat bersih dan cantik.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dari pintu masuk, kami langsung menuju ke ruangan yang menampilkan sejarah kebaharian dari masyarakat Indonesia, lengkap dari masa tradisional hingga ke jaman penjajahan. Replika kapal-kapal tradisional, peralatan navigasi dan kemudi kapal era kolonial, meriam dan persenjataan kapal, hingga sejarah tokoh maritim Indonesia dan TNI AL tersaji dengan apik di ruangan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV6nDzQr3QUjAVJKXJrooQSRCXnmFGBysivpsf_mFlKRGHR7qBXhlb_4L0-bdC3pGJgAth_3-JtRfMQk0lM7tJdI0uIvgty_ylgKyudMgJ97WzCdxsm1KOQ2j3gG96a2GCfHo3wQaxw80/s1600/20161212_132314.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV6nDzQr3QUjAVJKXJrooQSRCXnmFGBysivpsf_mFlKRGHR7qBXhlb_4L0-bdC3pGJgAth_3-JtRfMQk0lM7tJdI0uIvgty_ylgKyudMgJ97WzCdxsm1KOQ2j3gG96a2GCfHo3wQaxw80/s320/20161212_132314.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lonceng kapal jaman penjajahan.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tepat di ujung ruangan terdapat sebuah tangga menuju ke lantai dua museum. Kami pun berjalan menuju ke atas, dan disambut dengan sebuah film dokumenter tentang kemaritiman. Selanjutnya, berjajar patung-patung yang menggambarkan legenda atau tokoh laut baik di Indonesia maupun luar negeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mengenali beberapa patung yang ada disana: <i>The Flying Dutchman, </i>Poseidon, Mermaid, Marcopolo, hingga Cheng Ho. Beberapa patung itu sejujurnya tampak mengerikan dan hidup di tengah suasana temaram museum. Di lantai kedua ini juga terdapat sebuah perpustakaan dan ruang koleksi rempah-rempah. Dulunya, museum ini memang digunakan oleh VOC sebagai gudang utama untuk menyimpan dan memilah hasil bumi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD1mEyXYnohUsuCB4qv50noDBU8YhHwvVrXrpnJ9uOA66SSRRhQf5ZmD4UhueuVt_KNJdKTQPTrpzgSUGhe0gx47_lcYTB6e9kYtJ8fNivGtcL4zw_qwHsZSo0-YZQxYSbNWCAGSh6Q2Q/s1600/20161212_133520.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD1mEyXYnohUsuCB4qv50noDBU8YhHwvVrXrpnJ9uOA66SSRRhQf5ZmD4UhueuVt_KNJdKTQPTrpzgSUGhe0gx47_lcYTB6e9kYtJ8fNivGtcL4zw_qwHsZSo0-YZQxYSbNWCAGSh6Q2Q/s320/20161212_133520.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Who's that guy?</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmjUDZdyibaK0mJULcLh7lxlblK_ft4SbbX3MIInVmMaf56wO0DGAXwlNnOmPTPmxsRG_mkIMnxlIO8_O7d51p1-YaamJr-NUAIAnDlW6rmA7oRE6LXWDADYlRFliFnzSBMZSHHf1WSFE/s1600/20161212_134257%25280%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmjUDZdyibaK0mJULcLh7lxlblK_ft4SbbX3MIInVmMaf56wO0DGAXwlNnOmPTPmxsRG_mkIMnxlIO8_O7d51p1-YaamJr-NUAIAnDlW6rmA7oRE6LXWDADYlRFliFnzSBMZSHHf1WSFE/s320/20161212_134257%25280%2529.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dody tengah menengok koleksi rempah-rempah</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="text-align: justify;">Ada sebuah tangga lagi yang akan membawa pengunjung menuju ke lantai paling atas museum. Letaknya lagi-lagi berada di ujung, dan sekilas melihat saja langsung menyadarkan saya untuk tidak usah naik ke atas. </span><i style="text-align: justify;">It was horrific. </i><span style="text-align: justify;">Saya yang penasaran sempat naik setengah jalan, tapi bergegas turun kembali - hanya ada lantai luas yang kosong, gelap, lembab, dan terasa panas. Ah, </span><i style="text-align: justify;">no thank you.</i><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami lantas turun dan memutuskan menikmati museum dari halamannya. Saya girang bukan kepalang. Ada banyak jendela dan pintu besar yang bisa menjadi latar foto. Si Dody sampai geleng-geleng kepala dan mengatai saya memiliki <i>fetish </i>terhadap pintu atau jendela saking semangatnya saya memfoto dan meminta untuk difoto di depan pintu-pintu maupun jendela-jendela tertutup itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-PloWDiR-LvVXc3gfM62Bf7HT380WWTPgVPU4FU6y0RziRzwBb_EeeUTaKCb8kpEM91wAnsMBRoPPKreTVp3L9NgjnfIo9psfWSowNjdIofYyMlDCoRKzxwwLHMx8GpWR06R_Em530VM/s1600/20161212_134814.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="387" data-original-width="516" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-PloWDiR-LvVXc3gfM62Bf7HT380WWTPgVPU4FU6y0RziRzwBb_EeeUTaKCb8kpEM91wAnsMBRoPPKreTVp3L9NgjnfIo9psfWSowNjdIofYyMlDCoRKzxwwLHMx8GpWR06R_Em530VM/s320/20161212_134814.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Halaman dari Museum Bahari. Cantik!</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFo9vEQFtHYApm8eQhSSfiRLSJ_dXSPl-mJGUkEoNU3GSVEZiVCJvTLQWDpUAumISGfeoUav2W8eCxeYN6dKENzvbxv_NZ8tFBi3uWpp-C4ZpPar5i8xFXweck534AK0X_dht7UPl9rVI/s1600/20161212_135642.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="516" data-original-width="387" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFo9vEQFtHYApm8eQhSSfiRLSJ_dXSPl-mJGUkEoNU3GSVEZiVCJvTLQWDpUAumISGfeoUav2W8eCxeYN6dKENzvbxv_NZ8tFBi3uWpp-C4ZpPar5i8xFXweck534AK0X_dht7UPl9rVI/s320/20161212_135642.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jendelaaa. 💓💓</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcdyanyYUOAej7SDZYpGQ8YxJOKk8xjyQeIsJlPGin1Ksyq68Ulq-yr27VpRiaWIX_EwrJNAx6RUNilDSQlOoGs5XFIG7bcpR4w8YkSntXqvpFr-bHlTT88Mvl7zhMW_YClHSCYiJH0Hg/s1600/IMG-20161212-WA0047.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcdyanyYUOAej7SDZYpGQ8YxJOKk8xjyQeIsJlPGin1Ksyq68Ulq-yr27VpRiaWIX_EwrJNAx6RUNilDSQlOoGs5XFIG7bcpR4w8YkSntXqvpFr-bHlTT88Mvl7zhMW_YClHSCYiJH0Hg/s1600/IMG-20161212-WA0047.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto bersama anak-anak sekitaran Museum Bahari yang<br />
tengah asyik bermain sepak bola sore itu.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gerimis yang tiba-tiba datang, membuat kami mengakhiri petualangan kami di Museum Bahari. Terlepas dari ketidakberuntungan kami hari itu, tapi saya tetap merasa bersyukur karena setidaknya mimpi lama saya untuk mengunjungi Kota Tua Jakarta akhirnya bisa tercipta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sendiri masih menyimpan setitik kepercayaan bahwa saya pasti akan kembali lagi kemari. Menggenapi mengunjungi beberapa tempat yang tak sempat didatangi karena tengah tak beroperasi hari itu. Benar, ke Kota Tua Jakarta saya pasti kembali, suatu saat nanti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<b><span style="color: red;"><i>How Much To Enter =</i></span></b><br />
<b><span style="color: #b45f06;">1. Jembatan Kota Intan: Rp 5.000,00 per dua orang.</span></b><br />
<b><span style="color: #b45f06;">2. Menara Syahbandar: Rp 5.000,00 per orang.</span></b><br />
<b><span style="color: #b45f06;">3. Museum Bahari: Rp 5.000,00 per orang.</span></b><br />
<b><span style="color: #b45f06;"><br /></span></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiza0J11pRSrLOyCYJjbhkpiOtBrjPYqzNQPTb6bm0_jWXBhES56KprHl-ptjF-jeXMKHBrYNC4xqhU7Z660fxD4tjhlSqG10tiy29Yx0g0ePk3nHXKZ4XIVQbSA_10C6BVQQ7rb8k5GN4/s1600/IMG-20161212-WA0057.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiza0J11pRSrLOyCYJjbhkpiOtBrjPYqzNQPTb6bm0_jWXBhES56KprHl-ptjF-jeXMKHBrYNC4xqhU7Z660fxD4tjhlSqG10tiy29Yx0g0ePk3nHXKZ4XIVQbSA_10C6BVQQ7rb8k5GN4/s1600/IMG-20161212-WA0057.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dody<i> = my savior! </i>Terima kasih sudah berkunjung!</td></tr>
</tbody></table>
<i><span style="color: #c27ba0;"><br /></span></i>
<span style="color: blue;"><b>Maaf terlambat memposting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d</b></span><br />
<div>
<br /></div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-2685303630464609712017-04-19T12:39:00.003+07:002017-04-19T12:39:45.920+07:00Beach Hopping Di Gunung Kidul<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYsSU1HpXwQg_yIcHBszaGc9ik_Vl2nJoDukzcN2IaxovZ0CJGvHzMPloppbdBWSqTKCJ8oehQDP0PogX_8HlwLrYab6QycwQMkdXUUNVbOpXXWa3lldaFC9Li3mSvY7ht2MLPtPBVetU/s1600/20161019_085540.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYsSU1HpXwQg_yIcHBszaGc9ik_Vl2nJoDukzcN2IaxovZ0CJGvHzMPloppbdBWSqTKCJ8oehQDP0PogX_8HlwLrYab6QycwQMkdXUUNVbOpXXWa3lldaFC9Li3mSvY7ht2MLPtPBVetU/s320/20161019_085540.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Nguyahan</td></tr>
</tbody></table>
<i><br /></i>
<i><br /></i>
<i>Honestly speaking</i>, kuliah S2 tidaklah semudah yang saya kira. Ada masa-masa saya merasakan kecemasan, ada pula masa-masa saya mengalami kesulitan untuk fokus dalam mengerjakan tugas atau belajar. Di saat itulah, jalan-jalan adalah keputusan yang tepat untuk diambil, seperti petualangan <i>beach-hopping</i> sehari saya bersama beberapa teman kuliah di Gunung Kidul demi menjernihkan pikiran.<br />
<br />
<br />
<a name='more'></a>Saya ingat betul kalau rencana libur sejenak ini dilakukan serba mendadak. Selasa malam, saya sedang terlibat percakapan melalui Whatsapp dengan salah seorang teman kuliah, Mbak Ayu. Percakapan tersebut kemudian berubah menjadi rencana untuk menyambangi pantai-pantai di Kabupaten Gunung Kidul keesokan harinya. Serba mendadak bukan? Dengan mendadak pula kami lantas menghubungi beberapa teman yang paling mungkin untuk diangkut: Mbak Sasta, Mas Anam dan penumpang terakhir favorit kami: Kak Duma.<br />
<br />
Kenapa favorit? Kak Duma adalah <i>the-very-last-minute-person</i> yang kami hubungi. Kami meneleponnya tepat 15 menit sebelum kami berangkat sehingga terdengar bagaikan sebuah <i>prank call. </i>Saya masih ingat bagaimana ekspresi kebingungan yang ia tunjukkan begitu melihat mobil yang kami tumpangi telah terparkir di pelataran kosannya.<br />
<br />
<i>"Ini serius? Aku belum mandi loh. Mau kemana emangnya?"</i> - tanya Kak Duma kepada kami. Pertanyaan itu tak kami jawab. Sebaliknya, kami justru menghitung mundur waktu untuk membuat Kak Duma segera bergegas. Kami usil, ya? 😁<br />
<br />
Setelah Kak Duma siap, saya yang kebagian menjadi sopir di perjalanan berangkat pun langsung memacu mobil Mbak Ayu menuju Gunung Kidul. Omong-omong, menyetir mobil Mbak Ayu sudah terasa bagai suatu ujian tersendiri sebab di dalamnya dipenuhi oleh aksesoris super-unyu.<br />
<br />
Perjalanan menuju pantai pertama yang kami datangi pada hari itu membutuhkan waktu kurang lebih selama 2,5 jam. Medan yang kami lewati agak mendebarkan jantung: ada tanjakan curam, jalan sempit berkelok-kelok, dan jurang di beberapa ruas. Suasana di mobil sempat hening ketika melewati jalanan seram itu, tapi begitu mendekati area pantai kami semua langsung sumringah.<br />
<br />
Pantai Nguyahan menjadi tujuan pertama kami. Tak tampak ada kendaraan lain yang parkir di area parkir, menandakan kami menjadi pengunjung pertama pantai tersebut pagi itu. Ah, semua serba pertama. Saya, Mbak Sasta, Mbak Ayu dan Kak Duma bergegas menuju bibir pantainya yang tak begitu luas, sementara Mas Anam entah menghilang kemana.<br />
<br />
Kami memang beruntung, suasana pantai yang masih sepi membuat Pantai Nguyahan serasa menjadi milik kami. Mau bermain pasir? Kejar-kejaran dengan ombak? Berfoto ria di atas bebatuan? Semuanya bisa! Bebas! Segala kepenatan kuliah kami lepaskan disana.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB1bs_XW2470pIid_tSD4UnUmSTsFO40d8UO-8FQ0Vtzz43z9Z75m09xTz0nfOccvtQMtid8k-p-A8b2Rl6tRjcgF4sZ3p8WXjoxGb4eN1SjL8uX9XWgrAXeI8ESPuOrB4LzK8z8SBoDw/s1600/20161019_085825.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB1bs_XW2470pIid_tSD4UnUmSTsFO40d8UO-8FQ0Vtzz43z9Z75m09xTz0nfOccvtQMtid8k-p-A8b2Rl6tRjcgF4sZ3p8WXjoxGb4eN1SjL8uX9XWgrAXeI8ESPuOrB4LzK8z8SBoDw/s320/20161019_085825.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya, Mbak Ayu, Mbak Sasta dan Kak Duma sebelum<br />kejar-kejaran dengan ombak. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Beranjak dari Pantai Nguyahan, kami menuju pantai lain di sebelahnya yakni Pantai Ngobaran. Di antara pantai-pantai lain, mungkin pantai inilah yang paling berbeda. Beberapa orang menyebut Ngobaran sebagai <i>"The Bali of Java" </i>atau Bali-nya Jawa sebab ia memiliki Pura dan Patung khas Hindu.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ7zTVsCWYLPBtS4BEqo3UyWucZvTgm5Lf8RrtQmAanbPtXiPF_3QMhpLjabCcXb2VQHB09Np2q047Ag9efA1tUgkL9QRy5kqdg41r6JPUB7JEfQggADvP2zLHMeNkQcH9YsbGotOO9bw/s1600/20161019_091700.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ7zTVsCWYLPBtS4BEqo3UyWucZvTgm5Lf8RrtQmAanbPtXiPF_3QMhpLjabCcXb2VQHB09Np2q047Ag9efA1tUgkL9QRy5kqdg41r6JPUB7JEfQggADvP2zLHMeNkQcH9YsbGotOO9bw/s320/20161019_091700.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Patung di Pantai Ngobaran. Ada satu<br />patung yang bernama sama dengan saya loh.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Konon, Pantai Ngobaran adalah pantai yang digunakan untuk membakar diri Prabu Brawijaya V - keturunan terakhir Kerajaan Majapahit. Keputusan untuk membakar diri ini terpaksa diambil setelah ia mencoba kabur dari Raden Patah - anaknya yang telah mengkonversi menjadi muslim, dan menginginkan sang ayah untuk masuk ke dalam Islam juga.<br />
<br />
Kini, Pura yang terletak di atas tebing dan langsung menghadap ke Samudera Hindia ini masih digunakan sebagai tempat meditasi oleh para penganut aliran kepercayaan Kejawen. Sayangnya, selama di Pantai Ngobaran privasi kami terganggu dengan kehadiran para remaja yang bekerja sebagai tukang foto. Mereka mengikuti kemanapun kami melangkah sembari membidikkan kamera mereka ke arah kami. Duh, risih rasanya. Kamipun beranjak pamit dari pantai.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijf5K5Hyv1ihD2hp0ddhrheqTFV36DLRTsyLcow3sn8cwSzUQmmh-r58ljOVx6lrRVGdwgM7T39evlHkWFx2xeYH-yu6u4LR7dUS8xWNfnwm-A4Eb2TZBnLPwsY1nZ3RQx2ussry5lOx4/s1600/20161019_091945.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijf5K5Hyv1ihD2hp0ddhrheqTFV36DLRTsyLcow3sn8cwSzUQmmh-r58ljOVx6lrRVGdwgM7T39evlHkWFx2xeYH-yu6u4LR7dUS8xWNfnwm-A4Eb2TZBnLPwsY1nZ3RQx2ussry5lOx4/s320/20161019_091945.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sesaji</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv5_lZBFa2o7lHfT0JmwMnbNMDU9UlkEDMYFMFtstcvicO8hjBWnnHUHk8PLiA25osyfLEVjY6a1fSuXgPHNWnUqYKja99vbzIQWPplQjghTNy1Scd1YfBCZfJ-oTqxML_L89U19MyGDM/s1600/20161019_092001.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv5_lZBFa2o7lHfT0JmwMnbNMDU9UlkEDMYFMFtstcvicO8hjBWnnHUHk8PLiA25osyfLEVjY6a1fSuXgPHNWnUqYKja99vbzIQWPplQjghTNy1Scd1YfBCZfJ-oTqxML_L89U19MyGDM/s320/20161019_092001.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tebing tinggi menjulang di Ngobaran</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung belum makan, kami memutuskan untuk menuju ke Pantai Baron - sebuah pantai yang dikenal dengan area pelelangan ikan, pasar ikan, pelabuhan kapal nelayan, dan mercusuarnya di Gunung Kidul. Mas Anam yang sudah sering ke pantai ini, langsung berubah bagai seorang pemandu dadakan. Ia mengajak kami melihat-lihat dagangan yang dijajakan oleh para ibu penjual di area pantai tersebut. Kami mendapat rekomendasi untuk membeli undur-undur laut (<i>Hippoidea</i>) yang digoreng kering dengan tepung. <i>Surprisingly</i>, rasanya enak dan mirip kepiting!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh57MXkt6Zhnw5hp51BFzTjJVM7JuZFChotzSDyG-nbWZuLXq0TE9AWdZelAjWkr1kNVqqrIWyCfacJ9jZlOmdiuyb8apOHs2tKFiHaEGKgupbLrkn9a-yeR9A3KnpDheC-NM3Yltqpm8M/s1600/20161019_100201.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh57MXkt6Zhnw5hp51BFzTjJVM7JuZFChotzSDyG-nbWZuLXq0TE9AWdZelAjWkr1kNVqqrIWyCfacJ9jZlOmdiuyb8apOHs2tKFiHaEGKgupbLrkn9a-yeR9A3KnpDheC-NM3Yltqpm8M/s1600/20161019_100201.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Undur-undur laut yang nagih.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebelum menuju area pasar ikan, kami terlebih dahulu menuju ke area pantainya. Perbedaan yang mencolok langsung terasa: warna pasir pantai yang cokelat gelap, riuh puluhan kapal yang bersandar, terdapat muara pantai, serta mercusuar putih mengintip dari atas tebing. Saya sempat mengajak kakak-kakak seperjalanan untuk naik ke mercusuar, tapi ditolak mentah-mentah karena mereka sudah letih dan lapar.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil3e9IGogHDrXfE-55HvvdEO_zLCGI0CUE-ex5ajxjsD4q-tgfqZpGDU-PwrGtCLIEqKw4Am1TaDQMVteRjKr4N0AWoiTg4tLOSvji8CCjMct9Ra99_Zv5_L_ISF9vZ4MlB6-lmkuFkJw/s1600/20161019_100730.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil3e9IGogHDrXfE-55HvvdEO_zLCGI0CUE-ex5ajxjsD4q-tgfqZpGDU-PwrGtCLIEqKw4Am1TaDQMVteRjKr4N0AWoiTg4tLOSvji8CCjMct9Ra99_Zv5_L_ISF9vZ4MlB6-lmkuFkJw/s320/20161019_100730.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Baron dengan kapal dan (ujung) mercusuar.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy7DwjYsOx0GL4EhVXrZQKDtwyctuESKFA9XoVB41dktz1LMA_LM8lm0rfuDfdFqnf_HleDztUuyYRaYJTAgUVTVMr2R5OUGTHpNd3MtW2LylCH-NgEJIVw9mfA6NJPhvo4VxE0noISfE/s1600/20161019_101222.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy7DwjYsOx0GL4EhVXrZQKDtwyctuESKFA9XoVB41dktz1LMA_LM8lm0rfuDfdFqnf_HleDztUuyYRaYJTAgUVTVMr2R5OUGTHpNd3MtW2LylCH-NgEJIVw9mfA6NJPhvo4VxE0noISfE/s320/20161019_101222.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Seorang nelayan tengah mengurai jala. Tepat di belakangnya <br />adalah area muara pantai.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tanpa menunggu lama, kami menuju ke salah satu rumah makan yang ada disana untuk memesan nasi, sayur dan minuman. Kami sedikit salah prosedur. Seharusnya, kami membeli ikan dahulu di pasar, baru kemudian memilih rumah makan. Katanya sih bisa lebih murah kalau sesuai dengan prosedur karena para pedagang ikan di pasar kebanyakan memiliki afiliasi rumah makan sendiri.<br />
<br />
Kami sempat kebingungan hendak membeli apa ketika di pasar. Apalagi tawaran dari para ibu penjual - yang mayoritas memakai kalung emas berbandul besar - semuanya tampak menggiurkan. Kami akhirnya sepakat membeli ikan tongkol, cumi-cumi dan kerang hijau dengan total biaya sekitar Rp 250.000,00. Asyiknya, biaya itu sudah termasuk ongkos olah bahan. Silahkan dipilih, mau dibakar, goreng tepung, asam manis, atau saos tiram - semuanya bisa.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiirjI2xavlxkRuukmvDKLVlBSbZ1EP0zCi13HwAng21uJSOB64PY9wql6h7c96D0tQ9_MpGHuWCtWZbaclcBX4-prZuV6QQClKUy40ZXNhiGc0JmsPLst71XEySX6kKswG7vU6ngiO8Ik/s1600/20161019_102731.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiirjI2xavlxkRuukmvDKLVlBSbZ1EP0zCi13HwAng21uJSOB64PY9wql6h7c96D0tQ9_MpGHuWCtWZbaclcBX4-prZuV6QQClKUy40ZXNhiGc0JmsPLst71XEySX6kKswG7vU6ngiO8Ik/s320/20161019_102731.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ibu pedagang ikan dan kalung emasnya yang silau. 😆</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOpGWD7UIXc3laqGyuKWEurmj5Vzc4BL3SJSXHHKE0RIMhUZ7jAXN2y_zcIH3zxZXo49WAuw2SGbkIiUuxT4uu2bMGlhO04mY8783FOmj01fziAbhKnlZf1d77rKPrwKvyfVdAWZMapOg/s1600/20161019_111836.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOpGWD7UIXc3laqGyuKWEurmj5Vzc4BL3SJSXHHKE0RIMhUZ7jAXN2y_zcIH3zxZXo49WAuw2SGbkIiUuxT4uu2bMGlhO04mY8783FOmj01fziAbhKnlZf1d77rKPrwKvyfVdAWZMapOg/s320/20161019_111836.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Let's dig in!</i></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju_GrmKI9trnetuDOnlWcER4OHfxOlr7b6o4X1MIHlziDJpOO9zyVd74GfGRZ0tGhM1HUVKf4jgrxb8ZG_jRBONtZ7ANrdBmuzwKYh96QG3IAQOGxdqWFWhIKkgjQOa0HEhgiCeSsdQag/s1600/20161019_103727.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju_GrmKI9trnetuDOnlWcER4OHfxOlr7b6o4X1MIHlziDJpOO9zyVd74GfGRZ0tGhM1HUVKf4jgrxb8ZG_jRBONtZ7ANrdBmuzwKYh96QG3IAQOGxdqWFWhIKkgjQOa0HEhgiCeSsdQag/s320/20161019_103727.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Minumnya soda gembira biar selalu gembira ya, guys. 😁</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Ada sebuah pantai lagi yang kami kunjungi sehabis mengisi perut, pantai itu bernama Pantai Tepus. Sejujurnya, kami asal belok aja ketika hendak ke pantai ini akibat kebingungan hendak kemana lagi. Di Pantai Tepus, kami kembali menjumpai pantai berpasir putih halus yang terasa membakar kaki ketika matahari persis berada di atas kepala. Untungnya, terdapat banyak gubuk-gubuk yang bisa dipakai untuk berteduh di sepanjang pantai.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgms6TGpg3Frl6yqavFi8nk3TkuIzH2sv-Z4erJKNrIOltcDzw9_lBRTXEC9t-jbExji5jAQqC8GJzwnMsPAlD2JhCgabzCx07MHxsxZcaTCVmKcn_EXdzyoEJTPIgk8QA_1QJH1MGHRC4/s1600/20161019_122329.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgms6TGpg3Frl6yqavFi8nk3TkuIzH2sv-Z4erJKNrIOltcDzw9_lBRTXEC9t-jbExji5jAQqC8GJzwnMsPAlD2JhCgabzCx07MHxsxZcaTCVmKcn_EXdzyoEJTPIgk8QA_1QJH1MGHRC4/s320/20161019_122329.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Tepus</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoaWR1HFoM0Pbgiezs6lzF067zlFkXDyYpUH5x8imsUR5-z8J19MJW5dTohr5aUhfXcTQeGwPBNMrKOp6j2X-kzY-3T8PdzYOc3M_RYDX3WERg_7nOgCfqJnL_QQKzM4hhbf5w31tKGQA/s320/20161019_124323.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mas Anam dan pose andalannya. </td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoaWR1HFoM0Pbgiezs6lzF067zlFkXDyYpUH5x8imsUR5-z8J19MJW5dTohr5aUhfXcTQeGwPBNMrKOp6j2X-kzY-3T8PdzYOc3M_RYDX3WERg_7nOgCfqJnL_QQKzM4hhbf5w31tKGQA/s1600/20161019_124323.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoaWR1HFoM0Pbgiezs6lzF067zlFkXDyYpUH5x8imsUR5-z8J19MJW5dTohr5aUhfXcTQeGwPBNMrKOp6j2X-kzY-3T8PdzYOc3M_RYDX3WERg_7nOgCfqJnL_QQKzM4hhbf5w31tKGQA/s1600/20161019_124323.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6goVt3_Nht0MH6dblMXMkq6eE3aq_FRFe81xxQhrz4TkGB2R4KJ0gJkw6wez06tKTblUuC7Qt42-ZpOmZXr6auynxm04Z1Xqn57i7qWPH8GS5P92Xisq1dHknenk5e63NHF44sWfZCf8/s1600/20161019_124555.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6goVt3_Nht0MH6dblMXMkq6eE3aq_FRFe81xxQhrz4TkGB2R4KJ0gJkw6wez06tKTblUuC7Qt42-ZpOmZXr6auynxm04Z1Xqn57i7qWPH8GS5P92Xisq1dHknenk5e63NHF44sWfZCf8/s320/20161019_124555.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suka sama foto bareng Kak Duma ini. 😄</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pantai Tepus sekaligus menjadi pantai penutup dalam perjalanan kami hari itu. Perjalanan <i>beach hopping</i> yang sukses membuat kami melupakan tekanan tugas, melepaskan segala kepenatan kuliah, dan membuat kulit menghitam. Saya masih ingat sehabis perjalanan ini, saya mudik ke Salatiga. Dan tahukah kalian apa komentar anggota keluarga dan teman saya di Salatiga: <i>"loh, kok tambah hitam?</i>". 😁😁😁<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIW1iHHLkttuNe71Bo1oYk1qse4p7bS1199yOFvPslTdNDdNabpWksko7eLuHZ10TxMyRsgUUlgrNIH8qo0fg1X9oh1rtndbeUp-VivQk8xYv3OaVivZsmOIpP0JYYAwFpc8Wyue3Dffw/s1600/20161019_101249.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIW1iHHLkttuNe71Bo1oYk1qse4p7bS1199yOFvPslTdNDdNabpWksko7eLuHZ10TxMyRsgUUlgrNIH8qo0fg1X9oh1rtndbeUp-VivQk8xYv3OaVivZsmOIpP0JYYAwFpc8Wyue3Dffw/s320/20161019_101249.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Maaf terlambat memposting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-41907485037527269032017-01-28T22:40:00.001+07:002017-01-31T11:14:54.757+07:00Belajar Menjadi Agen Rahasia Di Museum Sandi<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBfjrnTxM6yrZwbkOmOAYOWn7X4VadJl4f87MILMHLG0IL5FMcBm566x3Q_pDIwA8vZCirYVB5JYjgBYOG0O6br93TKWGCOcfKC75PU6al8xGdd9MXz1qJJmAV1QUWXo0xHNkjgBPLeD8/s1600/IMG_2766.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBfjrnTxM6yrZwbkOmOAYOWn7X4VadJl4f87MILMHLG0IL5FMcBm566x3Q_pDIwA8vZCirYVB5JYjgBYOG0O6br93TKWGCOcfKC75PU6al8xGdd9MXz1qJJmAV1QUWXo0xHNkjgBPLeD8/s320/IMG_2766.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Pada semester kemarin, ada satu hari di pertengahan minggu yang tidak ada jadwal kelas alias libur. Hari itu adalah Hari Rabu. Biasanya, saya gunakan hari itu untuk bersih-bersih rumah, mencuci, pergi ke pasar, olahraga atau sekedar berjalan-jalan. Intinya, hari tersebut merupakan jadwal saya untuk berleha-leha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Menjelang akhir Bulan September yang kebetulan jatuh pada Hari Rabu, saya tiba-tiba terpikir untuk menyambangi salah satu museum yang ada di Kota Yogyakarta. Saya pun langsung mengajak Mbak Sasta - teman kuliah yang kostnya paling dekat dengan rumah hunian saya di Yogya - untuk ikut serta. Kami berdua lantas menuju ke Kotabaru untuk menyambangi Museum Sandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Museum Sandi adalah satu-satunya museum per-kriptografian-an yang ada di Indonesia. Museum ini dibentuk berdasarkan kerjasama oleh Kepala Lembaga Sandi Negara, Nachrowi Ramli dengan Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tahun 2006 yang lalu. Peresmian musem itu dilaksanakan pada 29 Juli 2008.<br />
<br />
Kotabaru sendiri merupakan suatu wilayah di Kota Yogyakarta yang penuh dengan bangunan cagar budaya peninggalan masa kolonial. Begitu pun dengan Museum Sandi, bangunannya merupakan bangunan lama bergaya <i>Indis</i> yang konon pada tahun 1948 sempat digunakan sebagai Kantor Kementerian Luar Negeri.<br />
<br />
Saat saya dan Mbak Sasta tiba, kondisi parkiran motor cukup ramai tapi begitu masuk ke dalam museumnya kami seakan tertipu. Siang itu kami berdua adalah satu-satunya pengunjung museum. Empat orang petugas museum sampai benar-benar bersantai di sekitar meja resepsionis. Salah seorang dari mereka lantas mempersilahkan kami untuk terlebih dahulu mengisi data pengunjung menggunakan komputer layar sentuh yang ada di dekat meja.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL095qoruyamNanW0K8xc-8VTOkILcvkkXyOVAzmCnH4QG5sjuqHHydRh2f2uOdLwQW7e8xw3PiCnEDSi7sDdvvgIgMcxaRmfcjhUsdao4vFgz9j_RTBYuBSlpDaqxlyOUa1RvbcV6X3c/s1600/IMG_2769.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL095qoruyamNanW0K8xc-8VTOkILcvkkXyOVAzmCnH4QG5sjuqHHydRh2f2uOdLwQW7e8xw3PiCnEDSi7sDdvvgIgMcxaRmfcjhUsdao4vFgz9j_RTBYuBSlpDaqxlyOUa1RvbcV6X3c/s320/IMG_2769.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Sasta sedang mengisi data diri</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sehabis data diri telah kami masukkan, kami dipersilahkan untuk menjelajah museum tersebut secara mandiri. Museum dua lantai ini bisa terbilang kecil, jadi tak terlalu menjadi masalah untuk melakukan penjelajahan mandiri. Tepat di balik area resepsionis, terdapat ruangan yang disulap menjadi semacam bioskop mini yang menayangkan video dokumenter mengenai sejarah sandi dan museum sepanjang lima menitan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt0RNoUmTaccbN2IV6hk601qbPGm3LXW6bxKBW3JIpcJhTztlKAV8VfA2QZKDQrcAvgYyDGjsIUKNvUiqb81GAR3cWNabaOeuopgkWmb23_atXeoP91vSAw3yOstEL-fGv3b5x9MQOAYA/s1600/IMG_2772.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt0RNoUmTaccbN2IV6hk601qbPGm3LXW6bxKBW3JIpcJhTztlKAV8VfA2QZKDQrcAvgYyDGjsIUKNvUiqb81GAR3cWNabaOeuopgkWmb23_atXeoP91vSAw3yOstEL-fGv3b5x9MQOAYA/s320/IMG_2772.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Film dokumenter yang kami tonton</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dari sana, kami kemudian berjalan memasuki ruangan selanjutnya yang berisikan diorama dan koleksi dari dr.Roebiono Kertopati - sang Bapak Persandian Negara Republik Indonesia. Tak pernah mendengar nama tersebut sebelumnya? Saya pun demikian, tapi sesungguhnya beliau adalah tokoh yang luar biasa.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfDfa_QF4D0XHfSvKVAr62EoVpkcS6LoBKGIsqemld3UEaZw8Pb7WV4aSzg5AVehOCnt6QUQJmn_9uJoBtB_dTz_rmeOl0YpNLmffXP5nyg7JjX9glDmhKFh_DRgbh_qo91gGZ1nw2iTE/s1600/IMG_2784.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfDfa_QF4D0XHfSvKVAr62EoVpkcS6LoBKGIsqemld3UEaZw8Pb7WV4aSzg5AVehOCnt6QUQJmn_9uJoBtB_dTz_rmeOl0YpNLmffXP5nyg7JjX9glDmhKFh_DRgbh_qo91gGZ1nw2iTE/s320/IMG_2784.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">dr.Roebiono yang luar biasa itu.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Bermula dari perintah dari Amir Syarifudin - Menteri Pertahanan Republik Indonesia pada saat itu - tertanggal 4 April 1946, dr. Roebiono yang semula hanyalah dokter biasa diminta untuk mendirikan suatu badan pengelola persandian nasional. Tanpa pengetahuan mengenai persandian yang mumpuni, dr. Roebiono bertekad baja untuk menciptakan sistem sandi sendiri dengan mengandalkan kecerdasan, imajinasi, dan logika yang beliau miliki.<br />
<br />
Saat itu, Indonesia tengah mengalami konflik dengan Pemerintah Belanda yakni lebih tepatnya pada suatu masa yang sering kita kenal dengan sebutan Agresi Militer. Sandi yang dibuat oleh dr.Roebiono terbukti efektif untuk mengamankan informasi serta melakukan komunikasi semasa perang dan perundingan.<br />
<br />
Sebuah diorama bercahaya suram dengan dua manusia tampak tengah mengerjakan sesuatu di rumah berdinding anyaman bambu menggambarkan perjuangan dr.Roebiono dan para petugas sandi di masa-masa itu. Beberapa mesin sandi, buku sandi, dan tas kode juga tertata rapi dalam kotak-kotak kaca beserta penjelasan singkat masing-masing.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6qJO5MnD8rtrbNeaWxT0K8AcRoLrd4WJJtSg-FCy7co5NvGN05aWUGA6kKeAWNzvEz7mYTduti482sHW7dQfl7CbbjMo-AvvpPlB-ur5MnD6uHt6mujjOwFOuMbav9mVCDJVPJ3d97Js/s1600/IMG_2777.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6qJO5MnD8rtrbNeaWxT0K8AcRoLrd4WJJtSg-FCy7co5NvGN05aWUGA6kKeAWNzvEz7mYTduti482sHW7dQfl7CbbjMo-AvvpPlB-ur5MnD6uHt6mujjOwFOuMbav9mVCDJVPJ3d97Js/s320/IMG_2777.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Diorama suasana rumah code yang begitu sederhana.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0DX1iJZ_JwbsJDihEu23IVe2nEtj_OsIDjCKr_pRRQnun3JjJPuuuSUUvmOAiEnc0RcrtdnRvH4-fNy6sE0Rmn5zfskrlObbOKqj2VhHI8Adwv5UobvtATng6V2_lcY4_TOPNPhylj4I/s1600/IMG_2775.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0DX1iJZ_JwbsJDihEu23IVe2nEtj_OsIDjCKr_pRRQnun3JjJPuuuSUUvmOAiEnc0RcrtdnRvH4-fNy6sE0Rmn5zfskrlObbOKqj2VhHI8Adwv5UobvtATng6V2_lcY4_TOPNPhylj4I/s320/IMG_2775.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Beberapa koleksi di lantai pertama: buku sandi dan tas yang<br />
dipakai oleh para petugas sandi.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Ruangan selanjutnya menggambarkan mengenai sejarah Sekolah Sandi Negara (SSN) dari masa ke masa. Para manekin yang mengimitasi siswa sekolah tersebut berdiri berjejer di sudut ruangan lengkap dengan mengenakan seragam-seragam kebesarannya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3AVDzH5PIgfu5aN-D9l22EJmozEm8nAYky8RLLhaMsraoFtKEAnDaiAUvf8UEzNvHLz22yA1YlEsvgdMqUAXbOE_8s5jEpKBjpWAdMaxkULS04eTBkg52Bo2fl0_mvS5xxK16fmPnC-M/s1600/IMG_2786.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3AVDzH5PIgfu5aN-D9l22EJmozEm8nAYky8RLLhaMsraoFtKEAnDaiAUvf8UEzNvHLz22yA1YlEsvgdMqUAXbOE_8s5jEpKBjpWAdMaxkULS04eTBkg52Bo2fl0_mvS5xxK16fmPnC-M/s320/IMG_2786.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Mannequin's challenge</i>, eh ini manekin beneran ding. 😜</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dari lantai satu, kami lalu naik menuju ke lantai kedua melalui tangga yang sungguh terlihat fotogenik. Sejumlah foto dokumentasi mengenai tokoh persandian nasional atau bangunan museum tertempel di dinding sepanjang tangga.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAELxqhB-Cj0ssbct6E6N2jDhL8MOCfKxj1-Ar5AoNCdHyLhCsphL9-aKmWJokFy4yk6CmE0BTAo-coTAKpPrmNwS65u8PZb3MqXMKqd1kCh9LI3uM5VHwuY-b2bgtuThBJn1tobxHkYo/s1600/20160928_134819.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAELxqhB-Cj0ssbct6E6N2jDhL8MOCfKxj1-Ar5AoNCdHyLhCsphL9-aKmWJokFy4yk6CmE0BTAo-coTAKpPrmNwS65u8PZb3MqXMKqd1kCh9LI3uM5VHwuY-b2bgtuThBJn1tobxHkYo/s320/20160928_134819.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya suka tangganya!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBJmZJZXsKNDlV5dejO9czg9xN7K8sQgfWL85iWnechxLzJTsSHIe5fbjGDxUoCxG06nYIMlce09TdpjJvkpMHfwfKoRQoFUWAm7pQ7PzPcZdcxG_X0cD5HO2SLaX0BB5PD4aEgcnNVfY/s1600/IMG_2791.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBJmZJZXsKNDlV5dejO9czg9xN7K8sQgfWL85iWnechxLzJTsSHIe5fbjGDxUoCxG06nYIMlce09TdpjJvkpMHfwfKoRQoFUWAm7pQ7PzPcZdcxG_X0cD5HO2SLaX0BB5PD4aEgcnNVfY/s320/IMG_2791.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Para perintis persandian nasional. Bukankah mereka semua<br />
terlihat <i>good-looking?</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Lantai dua berisikan ruang edukasi dan semacam ruang yang didedikasikan kepada mereka yang pernah menjabat sebagai kepala Badan Intelijen Negara. Di ruang edukasi terdapat berbagai benda yang bisa digunakan untuk mempelajari sandi-sandi sederhana. Ada pula beberapa perangkat komputer yang bisa dipakai oleh para pengunjung, isinya tentang beberapa sandi beserta game sandinya. Saya seketika mabuk manakala baru mengerjakan level pemulanya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxH2mm-hS-UqvuVg_VVX-24fBqkKPLyouE6odRdyFVE3pDw8Ul_NFZAMdJH1lgnPJRbTgxcglseerRXMo5WFODWQ0XKzqbhOND5SwPiTAnxjL7lsWrBY0ZTSq2X4ZnE7pjTUaaUDUBX2Q/s1600/IMG_2800.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxH2mm-hS-UqvuVg_VVX-24fBqkKPLyouE6odRdyFVE3pDw8Ul_NFZAMdJH1lgnPJRbTgxcglseerRXMo5WFODWQ0XKzqbhOND5SwPiTAnxjL7lsWrBY0ZTSq2X4ZnE7pjTUaaUDUBX2Q/s320/IMG_2800.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu sudut di ruang edukasi.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Ruangan selanjutnya adalah ruangan yang sukses membuat saya ternganga. Ruangan ala-ala <i>Hall of Fame</i> ini selain berisikan data para petinggi persandian negara, berisikan pula benda koleksi mereka dalam kotak-kotak kaca. Berbagai macam benda kesayangan mereka ada disitu mulai dari jam tangan, kamera, kacamata, kalung, dan lain sebagainya. Saya yang awam langsung paham: benda itu pasti mahal atau benda itu merupakan benda penuh kenangan penting bagi sang pemilik.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqcvxnAKVrG8_ObeirVOxX-_h0zpsElSjBpbxyf9fKv_8xJAFUyuQbyo0s790460Ai7BGD0IFImi4LkZh8dI3bR7I0_3RsPJp4eOUm5HD3OelcHZpi0Y_BGjgHOXdKOn1Labj4m-5U6eo/s1600/IMG_2805.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqcvxnAKVrG8_ObeirVOxX-_h0zpsElSjBpbxyf9fKv_8xJAFUyuQbyo0s790460Ai7BGD0IFImi4LkZh8dI3bR7I0_3RsPJp4eOUm5HD3OelcHZpi0Y_BGjgHOXdKOn1Labj4m-5U6eo/s320/IMG_2805.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kameranya mauu, yang kecil unyu abis!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6F8xL5RGG1qjg0GoQ9qyIAENluS2SkZtj67ozqRV_E30lj5MFeFAoHsjrEm__q3AnXHxtSiaK0X7RLEbAEf9iSKJ65DY7NK3ZAxkYpNPXnfjgUS798_UDLPiNqWSLwkIzGc3xFqZjBwo/s1600/IMG_2806.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6F8xL5RGG1qjg0GoQ9qyIAENluS2SkZtj67ozqRV_E30lj5MFeFAoHsjrEm__q3AnXHxtSiaK0X7RLEbAEf9iSKJ65DY7NK3ZAxkYpNPXnfjgUS798_UDLPiNqWSLwkIzGc3xFqZjBwo/s320/IMG_2806.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jamnyaaa. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Dari lantai kedua kami juga bisa melihat <i>landscape</i> Kotabaru dari balkonnya. Sebenarnya, kami agak curi-curi. Melihat pintu yang tidak terkunci, kami lantas pelan-pelan membukanya dan beranjak keluar. Lokasi museum ini memang begitu strategis, berada di titik pertemuan antara tiga jalan sehingga sangat mudah untuk ditemukan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijqghRb-k000sSK-mOSgkn4bATv0TsFivE3ZulS6B54SU7BvgSG6RfPkiRlqhwleAq5StztIvlbnDB8pTZzz62dqC58-zolER-lbtIc4N8TxkNX45MXVYRp8eaKEPfnnIzeuqrmwirPoQ/s1600/IMG_2794.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijqghRb-k000sSK-mOSgkn4bATv0TsFivE3ZulS6B54SU7BvgSG6RfPkiRlqhwleAq5StztIvlbnDB8pTZzz62dqC58-zolER-lbtIc4N8TxkNX45MXVYRp8eaKEPfnnIzeuqrmwirPoQ/s320/IMG_2794.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suasana jalanan di Kotabaru dari lantai atas museum.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<i>"Berasa lagi belajar menjadi agen rahasia macam James Bond, ya sat"- </i>komentar Mbak Sasta pada foto kunjungan kami yang saya unggah di <i>Path </i>sedikit menggambarkan bagaimana kunjungan siang tersebut benar-benar telah membuka pengetahuan kami akan dunia kriptografi.<br />
<br />
Sandi diciptakan untuk menyamarkan suatu kabar atau informasi dari segelintir orang sehingga hanya mereka yang benar-benar dipercayalah yang dapat menerima informasi tersebut. Bermain sandi sama dengan bermain loyalitas, dan itu mahal sekali harganya. Sebagaimana pesan dari dr. Roebiono yang terdapat dalam museum, kita harus ingat: <span style="color: red;"><b><i>"kekhilafan seseorang saja sudah cukup untuk menyebabkan keruntuhan negara".</i></b></span><br />
<span style="color: red;"><b><br /></b></span>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgZVN5ikCa3vRbTQMN_YVxjrXsDPNemc_edNuaBpik6CVlQ_3cjVXla_zLTzDNm8z4sT-WYrQtz_fHApUzweQ54iuiyl2U-GNCYkbK5NZtGHeSXKKKG-F8jwNh0X4Xz11eXVNReObVHuQ/s1600/20160928_140923.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgZVN5ikCa3vRbTQMN_YVxjrXsDPNemc_edNuaBpik6CVlQ_3cjVXla_zLTzDNm8z4sT-WYrQtz_fHApUzweQ54iuiyl2U-GNCYkbK5NZtGHeSXKKKG-F8jwNh0X4Xz11eXVNReObVHuQ/s1600/20160928_140923.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung, tertanda<br />
Duo Pandega (nama jalan kosan kami).<br />
Ahahah. </td></tr>
</tbody></table>
<span style="color: red;"><b><br /></b></span>
<span style="color: red;"><b><br /></b></span><span style="color: blue;"><b>
Maaf terlambat posting dan salam kupu-kupu. ^^d</b></span><br />
<br /></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-82852523944823201652017-01-26T22:41:00.002+07:002017-01-26T22:52:55.344+07:00Jepara Dan Teman Lama<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp9bBNnPT_Ic15h92vCqjZeTqE4-Yc211uawlJyrLmtkuAPrVLaupPGKg8Hgw7ox1tms4Y3IPdEPrbiVdGH96xdtvzdp9bPtATISoOcQb7rp3G6y7yxtr7iDYdaR7xgWNWgHm7m7NGOdY/s1600/20160917_130118.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp9bBNnPT_Ic15h92vCqjZeTqE4-Yc211uawlJyrLmtkuAPrVLaupPGKg8Hgw7ox1tms4Y3IPdEPrbiVdGH96xdtvzdp9bPtATISoOcQb7rp3G6y7yxtr7iDYdaR7xgWNWgHm7m7NGOdY/s320/20160917_130118.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Bulan September tahun lalu, Mama meminta tolong untuk mengantarkannya dinas ke Kabupaten Jepara. Saya sih selama ini tidak pernah menolak permintaan semacam itu karena selain wujud bakti kepada orang tua (halah!), saya juga berkesempatan untuk mengunjungi destinasi wisata yang ada disana. Saya pun buru-buru mengontak Dian, salah satu teman KKN jaman S1 dulu (dan saya sempat beberapa kali jalan-jalan bersamanya) yang memang menetap dan bekerja di Jepara. Tujuan awalnya hanya untuk mengajak bertemu, tapi Dian kemudian justru mengajak saya untuk berkeliling. Wih, saya tentu sukar menolak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a name='more'></a>Tiga tahun sudah semenjak saya terakhir berjumpa dengan Dian. Pertemuan terakhir kami terjadi manakala kami mendaki Gunung Merbabu bersama-sama pada tahun 2013. Setelah itu, kami tak pernah berjumpa lagi akibat kegiatan masing-masing.<br />
<br />
Sebenarnya, ada rasa bersalah yang menerpa diri ini ketika mengontak Dian dan mengajak untuk bertemu. Saya yang pernah sekali bermain ke rumahnya, tahu betul kalau rumah Dian dengan hotel tempat saya menginap jaraknya lumayan jauh. Mungkin butuh waktu sekitar 30 sampai 45 menitan untuk sampai ke hotel dari rumahnya.<br />
<br />
Saya berulang kali berkata kepadanya kalau memang tidak memungkinkan untuk bertemu, lebih baik tidak usah. Apalagi, kedatangan saya bertepatan dengan jadwal libur kerjanya yang tentu pasti ingin digunakan siapapun - termasuk Dian- untuk memanjakan dirinya sendiri. Tapi respon Dian sungguh di luar dugaan, ia menyuruh saya untuk tidak memikirkan dirinya dan meminta saya untuk menunggu di hotel.<br />
<br />
Siang itu, Dian benar-benar menemui saya di hotel. Saya sampai tak sanggup berkata apa-apa ketika mendadak ada pesan masuk di <i>Blackberry Messenger </i>yang berbunyi: <i>"keluar, sudah di depan hotel ini". </i>Saya terharu. Beneran terharu.<br />
<br />
Rasa haru itu langsung saya sembunyikan tepat di depan muka Dian. Saya hanya bisa tersenyum melihat muka tengil yang dimilikinya. Tanpa menunggu lama, ia langsung membantu saya untuk beres-beres dan <i>check out</i> dari hotel. Barulah kemudian Dian mengajak saya untuk berkeliling. Kemana?<br />
<i><br /></i>
<i>"Manuto wae (ikut dia saja)"</i> - katanya.<br />
<br />
Siap bos!<br />
<br />
<br />
<b>Mencicipi Balungan Di Rumah Makan Rahayu</b><br />
<b><br /></b>Begitu tahu saya belum makan siang, Dian bersikukuh mengajak mengisi perut terlebih dahulu. Awalnya, ia sendiri kebingungan hendak makan dimana sebab seperti kota-kota lain di Indonesia kebanyakan penjual makanan khas memang biasanya beroperasi pada malam hari. Namun, tak berapa lama ia lantas menyuruh saya untuk menuju ke suatu tempat berdasarkan petunjuknya.<br />
<br />
Kami berhenti pada sebuah rumah makan sederhana yang lantainya masih berupa plesteran semen. Sekilas, rumah makan ini mengingatkan saya kepada Warung Tegal atau Warung Nasi Rames yang sering kita jumpai dimana-mana. Berderet-deret makanan siap saji telah terpampang di meja etalase. Kebanyakan menunya berupa hasil olahan laut: ada cumi, udang, dan ikan. Sumpah, semuanya tampak menggugah selera!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMLiV576_fW87XsCgJI653hCfEih7RFmWsXyByjgfs8sSVhH1xxlFllxKrqzwbJgdHtbBYsTe5ZJqANR4gANcFRSmpPxSccQ5zgxVkym6dYKXHc9pNHRRBxEUDln8uyPB22TzMuB-AdZQ/s1600/20160917_120507.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMLiV576_fW87XsCgJI653hCfEih7RFmWsXyByjgfs8sSVhH1xxlFllxKrqzwbJgdHtbBYsTe5ZJqANR4gANcFRSmpPxSccQ5zgxVkym6dYKXHc9pNHRRBxEUDln8uyPB22TzMuB-AdZQ/s320/20160917_120507.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Yak, kolesterol-kolesterol. *bodo amat kalau lagi jalan-jalan<br />
mah* 😝</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<i>"Balungan, mbak. Loro.(Dua porsi balungan, mbak)"</i> - kata Dian kepada pelayan rumah makan.<br />
<br />
Saya termangu. Balungan? Tulang? Saya pun bertanya jenis makanan apa itu kepada Dian, tapi ia hanya memberikan jawaban yang sok penuh misteri.<br />
<br />
<i>"Lihat sendiri wae mengko, sing pasti spesiale kene (lihat sendiri saja nanti, yang pasti menu spesial disini)"</i> - jawabnya sembari berjalan menuju salah satu meja di dekat jendela.<br />
<br />
Tidak sampai lima menit, pelayan yang tadi kemudian mengantarkan pesanan Dian ke meja kami: dua mangkok balungan dan dua piring nasi putih. Saya langsung terbelalak, selain karena porsinya yang lumayan besar juga karena makanan ini menampilkan salah satu favorit saya: tulang muda!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh73b4r3ulpkjLKC67SmLwzTDC8tphU3lcQqmIdQfvjqRqHl6ZJdGTLDMB7hvZ1NgEBgqG9qmdi_1D5fkIyMeuq8leaEH7C1SI4hw5o6sUo3-P8A43tevXYv2EXhcsUifAkMozi38Dow3A/s1600/mtf_tCzhh_109.jpg.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh73b4r3ulpkjLKC67SmLwzTDC8tphU3lcQqmIdQfvjqRqHl6ZJdGTLDMB7hvZ1NgEBgqG9qmdi_1D5fkIyMeuq8leaEH7C1SI4hw5o6sUo3-P8A43tevXYv2EXhcsUifAkMozi38Dow3A/s320/mtf_tCzhh_109.jpg.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Surgaa!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya memang hobi dengan makanan yang berbau tulang. Hobi ini sepertinya diwariskan oleh mama yang sudah terkenal di keluarga dengan kegemarannya makan tulang-tulangan, mulai dari tengkleng, gulai kepala ikan, bakso balungan dan lain sebagainya. Saking hobinya, beberapa teman bahkan sampai hafal kalau tengah memesan ikan bakar atau goreng maka bagian kepala adalah jatah saya. 😆<br />
<br />
Kembali ke balungan, makanan ini sekilas berupa tulang sapi muda dengan sejumput daging yang masih menempel, lemak yang direbus dengan ditambahkan irisan tomat, daun bawang dan potongan cabai besar. Saat mencicipi kuahnya, saya langsung teringat garang asem tapi dengan kuah kaldu bening. Segar banget!<br />
<br />
Sensasi memakan balungan tentu terletak dari suara <i>kletukan</i> yang terdengar saat kita menggigiti tulang-tulang muda itu. Renyah dan gurih. Saking serunya, tanpa sadar pasti kita berubah menggunakan tangan ketika makan dan sedikit mengabaikan sendok-garpu di piring. 😝<br />
<br />
<b>Pantai Kartini dan Anak-Anak Laut</b><br />
<b><br /></b>
Sehabis kenyang, Dian lantas mengajak saya untuk menuju ke Pantai Kartini - pantai paling terkenal seantero Jepara. Bagaimana tidak? Di antara pantai-pantai lain, Pantai Kartini memang pantai yang paling mudah dijangkau dan hanya berjarak kurang lebih 2,5 kilometer dari pusat kota. Selain itu, pantai ini juga merupakan pantai pertama yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah dan dijadikan tujuan wisata.<br />
<br />
Suasana masih terasa sepi saat kami tiba di pelataran parkir. Padahal, waktu sudah terbilang siang dan hari itu bertepatan dengan akhir pekan. Kami pun melangkah menyisiri kawasan pantai, dimulai dari ikon paling tersohornya: bangunan berwujud kura-kura raksasa yang digunakan sebagai <i>mini aquarium.</i><br />
<br />
Dalam perjalanan menuju ke "kura-kura" itu kami bisa melihat bagaimana kawasan pantai ini tidak begitu terurus. Sampah bertebaran dimana-mana, baik berupa sampah plastik maupun dedaunan kering. Sebuah kolam besar yang tampak seperti kolam renang juga dibiarkan mengering dengan sampah terlihat di dalamnya. Aduh.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixtPgg7O6VurUfNlP7pCYsB8jQfo0HCHSnHTVKYburhrmjH1Yp8H52bu7rztfSOc8jRxg_sYdwyLJf1ttTBhxsr-9KD0QW1yGdBPs3Bdehm2Un1_sx78eTJkszuxwh7g09O7kFFNnNsEY/s1600/20160917_130327.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixtPgg7O6VurUfNlP7pCYsB8jQfo0HCHSnHTVKYburhrmjH1Yp8H52bu7rztfSOc8jRxg_sYdwyLJf1ttTBhxsr-9KD0QW1yGdBPs3Bdehm2Un1_sx78eTJkszuxwh7g09O7kFFNnNsEY/s320/20160917_130327.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dian mengaku kalau selama ini justru jarang ke Pantai Kartini.<br />
Jadi inilah, foto Dian berlatar tulisan tempat wisata<br />
di daerahnya sendiri. 👀</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kami sepertinya tengah tak beruntung, hari itu sang kura-kura sedang ditutup karena memasuki tahapan renovasi. Konstruksi bambu yang digunakan oleh para pekerja renovasi terlihat berdiri menjulang di sekelilingnya - membuat sang kura-kura sepintas seperti sedang sakit.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-F7Vbvv0sgkfZRXTTcncO1BMkBOWGBvyv2jo3QM8qTuMpuxb8iNX7eG8jptM4Sbu5dPu82Zuee09BHWjUDKsgXObLKvhSXVdljESVjsX2RVizIrJGVCjT0h6H1CVb6Nlnwmm1CiSExOE/s1600/20160917_123157.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-F7Vbvv0sgkfZRXTTcncO1BMkBOWGBvyv2jo3QM8qTuMpuxb8iNX7eG8jptM4Sbu5dPu82Zuee09BHWjUDKsgXObLKvhSXVdljESVjsX2RVizIrJGVCjT0h6H1CVb6Nlnwmm1CiSExOE/s320/20160917_123157.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kura-kura yang sedang "sakit".</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kami pun meneruskan berjalan menuju ke area dermaga, melewati sejumlah pedagang yang sesekali memanggil dan menawarkan dagangan mereka. Dermaga yang kami tuju bukanlah dermaga yang mengantarkan orang ke Karimun Jawa atau Pulau Panjang, tapi dermaga tempat pengunjung bisa menikmati suasana pantai serupa gardu pandang.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvBD54QZ_MOcousDyh8gYxq4KmFxVxe4V16HdJKKp4DpmwjXQ4KyhVso0N4SXx93uSeFfckAT-DzDnKTYbg01exewkCFc8SsJ-EAyUzWG3c8xHJudBAbQOZWwnACJU5U7B3V4XrAgqWL0/s1600/20160917_124500.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvBD54QZ_MOcousDyh8gYxq4KmFxVxe4V16HdJKKp4DpmwjXQ4KyhVso0N4SXx93uSeFfckAT-DzDnKTYbg01exewkCFc8SsJ-EAyUzWG3c8xHJudBAbQOZWwnACJU5U7B3V4XrAgqWL0/s320/20160917_124500.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dermaga</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Baru beberapa langkah berjalan memasuki area dermaga, langkah kami terhenti oleh dua anak kecil yang tengah asyik memancing menggunakan alat sederhana: hanya serupa senar, kail dan pemberat. Beberapa ikan kecil hasil tangkapan mereka terlihat di suatu ember plastik kecil.<br />
<br />
<i>"Beli ikane, mas!"</i> - celoteh salah seorang di antara mereka ketika melihat saya dan Dian berjalan mendekat.<br />
<i><br /></i>
<i>"Ojo ding mas, wes mati kabeh kok kuwi (jangan mau mas, sudah mati semua itu)"</i> - timpal anak yang lain.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib_NQhFWqJo10GtqNBqmumFywaTPxCMvx0o8R06x4QEVWzxNQmCp5JyTxWfHGfo6Fabm5OAum8tVENHx0XQl2SdUoIbOn0do1eSSvlA8qd_DJPSVATovCliDleqW1wwJC_AKjtlH2FkkI/s1600/20160917_123510.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib_NQhFWqJo10GtqNBqmumFywaTPxCMvx0o8R06x4QEVWzxNQmCp5JyTxWfHGfo6Fabm5OAum8tVENHx0XQl2SdUoIbOn0do1eSSvlA8qd_DJPSVATovCliDleqW1wwJC_AKjtlH2FkkI/s320/20160917_123510.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dua pemancing cilik.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dian hanya tersenyum saat melihat mereka berdua. Ia langsung duduk mendekati mereka, sementara saya masih sibuk melihat-lihat sekitar sebelum kemudian ikut bergabung. Dian bertanya macam-macam kepada mereka berdua menggunakan Bahasa Jawa aksen Jepara-nya, saya diam mendengarkan.<br />
<br />
Kedua anak itu adalah anak-anak yang tinggal di sekitar pantai. Memancing adalah salah satu cara mereka untuk meluangkan waktu. Tak tanggung-tanggung, mereka sampai harus berpatungan untuk membeli umpan agar bisa memancing. Raut kegembiraan terpancar jelas di wajah mereka, apalagi ketika mereka berhasil mendapatkan ikan.<br />
<br />
Dian mengajak saya untuk beranjak pergi meninggalkan dua bocah pemancing itu. Berjalan kembali menyusuri dermaga. Di satu titik, teman saya ini tiba-tiba menunjuk ke arah depan. Sebuah pulau tampak samar-samar di ujung sana. Kata Dian, pulau tersebut adalah Pulau Panjang - nama suatu pulau kecil yang terletak sekitar dua kilometer dari Pantai Kartini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizXkOzdr72Nqr4NRBBUifV8fsm4DHD6xNkRBMHKMp39Rl7oU12tN8U7rk2o4Ejry11hwe06hyphenhypheni-zHi_6gSAlLoJgc7oim_kWWscR7lGVDIJIx-IGwjaBpy-cSzfO0jUDuUv02V5p1Qn68/s1600/20160917_124528.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizXkOzdr72Nqr4NRBBUifV8fsm4DHD6xNkRBMHKMp39Rl7oU12tN8U7rk2o4Ejry11hwe06hyphenhypheni-zHi_6gSAlLoJgc7oim_kWWscR7lGVDIJIx-IGwjaBpy-cSzfO0jUDuUv02V5p1Qn68/s320/20160917_124528.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saya lupa, apakah pulau kecil di depan itu Pulau Panjang atau bukan<br />
tapi ada pulau kecil yang terlihat dari dermaga.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOu3QWYGNRDOuIU3b52CkPYCd8OxSLdP_It8Gcu0uD4ws-ogJ-iAR8PHZOHnZjfGMmGJbot10WH-u_w7nEuTA-I5dXe2Ou8Jj9gbfGAllDtecob7MubS8MAE7qmh7zpD7PmkCdL7mNEis/s1600/20160917_124806.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOu3QWYGNRDOuIU3b52CkPYCd8OxSLdP_It8Gcu0uD4ws-ogJ-iAR8PHZOHnZjfGMmGJbot10WH-u_w7nEuTA-I5dXe2Ou8Jj9gbfGAllDtecob7MubS8MAE7qmh7zpD7PmkCdL7mNEis/s320/20160917_124806.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dermaga kapal menuju Pulau Panjang</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saat tengah berjalan sembari menikmati keindahan pantai, langkah kami kembali terhenti. Kali ini dihentikan oleh tiga anak-anak yang tengah asyik berenang di bawah dermaga. Mereka terkadang saling menaiki pundak teman, lantas melompat dan meluncur di air. Salah seorang anak yang melihat kami sedang memperhatikan mereka, mendadak berteriak: <i>"Mas, lempar koin mas!"</i>.<br />
<br />
Saya dan Dian saling berpandangan. Tahun 2016 dan masih ada anak-anak yang melakukan <i>free dive</i> di lautan demi segelintir uang receh? Saya kira fenomena semacam ini sudah tidak ada lagi. Kali terakhir saya melihatnya adalah ketika hendak menyeberang ke Pulau Bali dari Pelabuhan Ketapang sekitar delapan tahun silam.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDs8pt_nISszLRmIzdJUU038uf1isgjSuO4jiY6Avk62fSzX9jw1R3Vtjdi5Q21sITt0QrrR9Ecf897DLDwBm3IVuneSa_vbl_DbUTFBS2bxmtOQtyW9XRrGa8Qb-qXYTG3bppjHY__hk/s1600/20160917_125339.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDs8pt_nISszLRmIzdJUU038uf1isgjSuO4jiY6Avk62fSzX9jw1R3Vtjdi5Q21sITt0QrrR9Ecf897DLDwBm3IVuneSa_vbl_DbUTFBS2bxmtOQtyW9XRrGa8Qb-qXYTG3bppjHY__hk/s320/20160917_125339.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tiga anak kecil pemburu koin.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dian segera menanggapi teriakan anak tadi dan menyuruh mereka bersiap-siap. Tak lama, sebuah uang koin lima ratusan pun ia lempar jauh ke udara sebelum masuk ke dalam laut. Ketiga anak itu langsung berebut mencari bak ikan predator yang menemukan mangsa di lautan.<br />
<br />
<i>"Lagi mas!"</i> - teriak ketiga anak itu nyaris bersamaan ketika salah seorang dari mereka berhasil menemukan uang koin yang dilempar Dian.<br />
<br />
Koin demi koin akhirnya saya dan Dian lemparkan hingga tanpa terasa seluruh persedian uang receh kami di dompet dan tas habis. Dian yang memang usil sempat melakukan aksi menipu anak-anak itu dengan mencoba melemparkan kertas karcis masuk.<br />
<i><br /></i>
<i>"Ki cekel yo. Rong ewunan ki. (Ini tangkap, uang dua ribuan kertas kali ini)"</i> - kata Dian ke anak-anak itu.<br />
<br />
<i>"Heh, ojo yan. Ngawur ae, sakne bocah-bocah iku. (Heh, jangan. Kasihan anak-anak itu)"</i> - saya langsung mengingatkan Dian, tapi tak digubrisnya.<br />
<br />
Ketiga anak itupun sudah bersiap-siap. Tak kehabisan akal, saat Dian melempar kertas karcis, saya langsung memberikan kode kepada mereka untuk tidak dikejar karena itu hanya tipuan. Ketiga anak itu akhirnya hanya diam saat kertas yang dilempar Dian masuk ke dalam air.<br />
<br />
<i>"Wuu, ngapusi! (Wuu, pembohong!)"</i> - seloroh mereka serempak.<br />
<br />
Saya tertawa. Puas. 😀😀<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walau cuma bertemu sebentar, tapi saya sungguh bersyukur bisa berjumpa dan punya teman seperti Dian. Darinya, saya benar-benar belajar apa arti persahabatan. Saya mungkin akan melakukan hal serupa yang dilakukan oleh Dian ketika seorang teman tengah berkunjung ke kota yang saya huni. Apalagi menginjak usia seperempat abad seperti sekarang ini, mencari teman atau sahabat bukanlah lagi hal yang mudah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="color: purple;">Kadang, pertemanan memang tak mengenal jarak dan waktu. Dan ketika Tuhan memberikan kesempatan untuk kalian berjumpa kembali, tolong manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Bagaimanapun, kau tak pernah tahu kapan kesempatan itu akan datang kembali, bukan?</span></i><br />
<i><span style="color: purple;"><br /></span></i></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUL6_LYca865NYzOf4UNfWt1vlT4gL1jcVepgOk-uLC9krkAdd5JRkt5yttBJ9gjE6VakY8F291oWEoEkDNHISaPH42UfPCffj0DOyUr4mKU0QQoamBHfkCnvEOhqE9C7cb5jfkwFpcZI/s1600/20160917_123610.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUL6_LYca865NYzOf4UNfWt1vlT4gL1jcVepgOk-uLC9krkAdd5JRkt5yttBJ9gjE6VakY8F291oWEoEkDNHISaPH42UfPCffj0DOyUr4mKU0QQoamBHfkCnvEOhqE9C7cb5jfkwFpcZI/s320/20160917_123610.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung. Terima kasih Dian dan<br />
adik-adik pemancing. 💕</td></tr>
</tbody></table>
<i><span style="color: blue;"><b><br /></b></span></i>
<span style="color: blue;"><b>Maaf terlambat posting dan salam kupu-kupu. ^^d</b></span><br />
<br /></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-12147191136565027192017-01-17T20:35:00.001+07:002017-01-23T19:02:53.624+07:00Mendaki Gunung Purba Nglanggeran Bersama Teman Baru<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwf0nVPowZSWMC0CNbeisYjp1mBnei7mu4HUPpHxOgaD1G-_n1AX5mYkP5oGDFjuoN75NbF64QEc-J2d62mRt4OI-xQPksdA6Ov7Nx6tn7ah21Ez2nFNba7mXgFogqaLIF-jSdYnf8REg/s1600/20160902_085622.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwf0nVPowZSWMC0CNbeisYjp1mBnei7mu4HUPpHxOgaD1G-_n1AX5mYkP5oGDFjuoN75NbF64QEc-J2d62mRt4OI-xQPksdA6Ov7Nx6tn7ah21Ez2nFNba7mXgFogqaLIF-jSdYnf8REg/s320/20160902_085622.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Saat pertama kali melihat teman-teman baru di kelas, sejujurnya saya sedikit meragu. Meragu apakah saya akan bisa menyalurkan hobi jalan-jalan bersama mereka, ataukah saya harus bersiap menerima kenyataan untuk berpergian sendiri. Sepanjang pertemuan awal bersama mereka, saya langsung memfokuskan diri untuk mengobservasi seluruh teman-teman yang ada di kelas - melihat bagaimana karakter mereka atau tipe manusia seperti apakah mereka. Dan yang terpenting: adakah di antara mereka yang punya hobi sama seperti saya yakni jalan-jalan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Omong-omong, satu kelas saya tidaklah banyak - hanya ada 19 orang manusia termasuk saya. Pada dasarnya, saya percaya jika sebagian besar orang itu gemar jalan-jalan. Tapi, orang yang gemar jalan-jalan pun banyak sekali turunannya: ada yang asyik dan tidak asyik, ada yang tukang wacana dan spontan, ada yang tipe koper dan tipe ransel. Bah, pusing kalau salah pilih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, saya bersyukur. Setelah sok PDKT kesana kemari, ternyata satu kelas banyak juga yang hobi <i>traveling! </i>Bahkan, ada beberapa di antara mereka yang bisa digolongkan sebagai petualang veteran dengan pengalaman melanglang buananya yang bejibun. Saya mah ndak ada apa-apanya dibandingkan mereka.<br />
<br />
Entah siapa yang memulai, tiba-tiba tercetuslah ide untuk pergi jalan-jalan bersama. Berhubung itu adalah pengalaman kali pertama maka obyek wisata yang dekat-dekat dahululah yang dipilih. Ada yang mengusulkan pantai, air terjun, dan gunung. Dari seluruh pilihan itu, Gunung Api Purba Nglanggeran akhirnya diputuskan menjadi tujuan kami.<br />
<br />
Setelah ide dilontarkan ke grup <i>whatsapp</i> kelas, hanya tujuh orang teman yang bersemangat untuk ikut yakni Mas Agus, Mbak Sasta, Mas Anam, Mas Zainal, Mbak Nars, Kak Ivel dan Kak Duma. Saya sendiri menjadi anggota termuda dalam grup itu.<br />
<br />
Pukul tujuh pagi, kami berdelapan telah siap bertolak menuju ke Gunung Nglanggeran. Perjalanan berangkat kami diwarnai dengan drama helm. Kak Duma yang posisinya membonceng Mas Agus dengan santai datang tanpa membawa helm. <i>Err.</i><br />
<br />
Kami pun harus berputar-putar mencari penjual helm terlebih dahulu. Proses pencarian helm ini berubah bagai proses pencarian sebatang jarum pada setumpuk jerami. Pasalnya, mencari penjual helm yang telah beroperasi sepagi itu susahnya bukan main. Untung saja, kami akhirnya menemukan sebuah toko onderdil motor yang kebetulan menjual helm juga. <i>Fiuh, </i>berakhir sudah drama helm itu.<br />
<br />
<b>Menggapai Puncak Sang Gunung Purba</b><br />
<br />
Jam telah menunjukkan angka setengah sembilan ketika rombongan kami tiba di area parkir Gunung Nglanggeran. Tak mau membuang waktu berhubung hari itu bertepatan pula dengan Hari Jumat, kami bergegas menuju loket tiket lalu memulai pendakian.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie0089XnR7YEYLwM4hhyDIQ6dyG7LNAr_CSjHY-7TgKqg_REQQO6KSIBsVYvQMLVK9oQVQ8_hC61brX988NxtENgcTdOOBo7CFENXFmC6H5jshC3pmFma1t3swLwlSaLRTvB5Nt8Rrd8g/s1600/20160902_074806.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie0089XnR7YEYLwM4hhyDIQ6dyG7LNAr_CSjHY-7TgKqg_REQQO6KSIBsVYvQMLVK9oQVQ8_hC61brX988NxtENgcTdOOBo7CFENXFmC6H5jshC3pmFma1t3swLwlSaLRTvB5Nt8Rrd8g/s320/20160902_074806.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kami yang baru tiba dan masih segar.<br />
Dari kiri-kanan: Kak Ivel, Mas Zainal, Kak Duma, Mbak Nars,<br />
Mas Anam, Mas Agus, Mbak Sasta dan saya. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di antara kami berdelapan, pengalaman mendaki Gunung Nglanggeran ini sekaligus menjadi pengalaman pertama mendaki bagi Mas Zainal, Kak Ivel, Kak Duma dan Mbak Sasta. Kami pun berjalan dengan tempo pelan sembari menikmati pemandangan yang ditawarkan di sepanjang rute pendakian.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9y7RIBvGK7CX_JavioJTUq1dYKnDOabfHhH_PfKfTUxt1dct3tHr1JRxoKu-yHMnh-_eGHIK9sNwrj7T_reeG8bQBy2cdjPzKbMyTMftMBnXjdXRBLyLntr6Jbbq8rQFm6OfaEy-ucxI/s1600/20160902_081015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9y7RIBvGK7CX_JavioJTUq1dYKnDOabfHhH_PfKfTUxt1dct3tHr1JRxoKu-yHMnh-_eGHIK9sNwrj7T_reeG8bQBy2cdjPzKbMyTMftMBnXjdXRBLyLntr6Jbbq8rQFm6OfaEy-ucxI/s320/20160902_081015.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemandangan terasering dan hutan tower dari<br />
atas Gunung Nglanggeran.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setidaknya, ada tiga pos pendakian yang harus dilewati sebelum sampai bisa meraih puncak. Jalur pendakiannya pun terbilang mudah dan cocok bagi para pemula. Di awal jalur, kami sudah ditantang untuk melewati Lorong Sumpitan - sebuah lorong sempit di antara dua batu raksasa sepanjang 30 meter - yang membuat perjalanan menjadi agak mengerikan. Lorong itu sukses mengingatkan kami pada adegan si Aron Ralston dalam film <i>127 Hours</i>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjypBGxO0ujp75VhdwHm0_6HuDUF99WB90F_UWbxwzdQGu8cWOk5-k9CIRW4WG9E_WRqTM57JTpG-t3aUv2_WfoS49kJlMPrlMossZefGda0zQt0OUw6E3qPw1SqY6e0U6RYhE2BI6SjiA/s1600/20160902_080118.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjypBGxO0ujp75VhdwHm0_6HuDUF99WB90F_UWbxwzdQGu8cWOk5-k9CIRW4WG9E_WRqTM57JTpG-t3aUv2_WfoS49kJlMPrlMossZefGda0zQt0OUw6E3qPw1SqY6e0U6RYhE2BI6SjiA/s320/20160902_080118.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mas Agus dan Mas Zainal di Lorong Sumpitan.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Lepas dari lorong, jalur pendakian terasa tak begitu menyulitkan. Kami hanya menjumpai sedikit tanjakan dan itu saja tak begitu curam. Papan penunjuk arah yang tersebar di berbagai titik juga memudahkan kami untuk berjalan menuju ke puncak.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRhf3Brrwb-t5BG5AGiJgmrbOtB3e-rXNI8gMhbN95OZ3jfIm5cLhYc1X7ckJb0I_v3xnZQ6rBkeUp5YUdlcciuIkOyIkcSScZqZd3Swu-9m6Qosv5CBt7YCwVpezZOd-TfCbVf76OGr4/s1600/20160902_075927.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRhf3Brrwb-t5BG5AGiJgmrbOtB3e-rXNI8gMhbN95OZ3jfIm5cLhYc1X7ckJb0I_v3xnZQ6rBkeUp5YUdlcciuIkOyIkcSScZqZd3Swu-9m6Qosv5CBt7YCwVpezZOd-TfCbVf76OGr4/s320/20160902_075927.jpg" width="239" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah satu papan penunjuk jalan.<br />
<i>Caption-</i>nya lucu-lucu. 😂</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfEp9WMsnoNhVnScVjSlFgzeAzqr42CwRju3DPBDB3cGCR-h7x2UQVpqXGC6dBGAkiocidr9rEOHy9o2hs0gUeOCtczzL2VhyXogURsJpgHlJkAsKR4LB_xTBmTqcYd_LWwPSmbGCLKA0/s1600/20160902_081940.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfEp9WMsnoNhVnScVjSlFgzeAzqr42CwRju3DPBDB3cGCR-h7x2UQVpqXGC6dBGAkiocidr9rEOHy9o2hs0gUeOCtczzL2VhyXogURsJpgHlJkAsKR4LB_xTBmTqcYd_LWwPSmbGCLKA0/s320/20160902_081940.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kak Ivel - master perbekalan kami. Di antara kami berdelapan,<br />
Kak Ivel ini yang bawaan cemilannya paling banyak. 😁</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh44oOmkMDPI7zItlzhoc8WiNYy6VtBgKGKzaiC7LKUQZZybWolBAuED6CgPnEtCbjT7BqXEYp0Vs27XvvdIjgrAoT1udxSy1LPyj9fw5-yia1L33e9Xmbcvxt5ms0P4Kt_AWqabaeDBNk/s1600/20160902_083523.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh44oOmkMDPI7zItlzhoc8WiNYy6VtBgKGKzaiC7LKUQZZybWolBAuED6CgPnEtCbjT7BqXEYp0Vs27XvvdIjgrAoT1udxSy1LPyj9fw5-yia1L33e9Xmbcvxt5ms0P4Kt_AWqabaeDBNk/s320/20160902_083523.jpg" width="239" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kak Duma dan Mas Anam kelelahan.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Ada satu area lapang di dekat puncak yang sekilas terlihat bagaikan puncak. Kami sempat tertipu dan beristirahat sebentar disana. Hingga kemudian, salah seorang di antara kami melihat sebuah bendera merah putih tertancap di sisi ujung depan sebelah kanan kami. Huh? Bukankah biasanya bendera tertancap di puncak?<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFxLDE7ymZNAMPwoKrnah0wfn_sd7YMC-RZZ-0HVhqd6ltuIjb3vyLwWaXbgkIa1t6LKkRAUeZ1q7uwFrfb1HbNhbTS13_f8pBpt2t5vAlk9U_nriZZnmjP8hRuJ_t51UjRLowNaeq3bc/s1600/IMG_2736.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFxLDE7ymZNAMPwoKrnah0wfn_sd7YMC-RZZ-0HVhqd6ltuIjb3vyLwWaXbgkIa1t6LKkRAUeZ1q7uwFrfb1HbNhbTS13_f8pBpt2t5vAlk9U_nriZZnmjP8hRuJ_t51UjRLowNaeq3bc/s320/IMG_2736.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Puncak jadi-jadian dan kami yang tertipu.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Mas Agus pun langsung mengajak kami untuk berjalan lagi dan menuju ke Puncak Nglanggeran yang sebenarnya. Jaraknya tak jauh dari area lapang tempat kami tertipu tadi, paling hanya jalan kaki selama lima sampai tujuh menit. Puncak Nglanggeran sendiri berupa sebuah tebing batu besar dengan bagian atas yang mendatar. Sebuah tangga sederhana dari kayu harus kami tapaki terebih dahulu sebelum bisa sampai ke atas.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6ZjsL4XKui_qtAKb5vyUjBF0gZI7PXbBA9mei7c_dVpNspyhKtV42V5VOdYZT_SaY8_s9pzCeWgqj746FucZ1Xwe28l1f84K8h3C4hBUjy8s1gRaV5qXTFPSBjE5F8MSEX58mvFLCy-M/s1600/20160902_090818.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6ZjsL4XKui_qtAKb5vyUjBF0gZI7PXbBA9mei7c_dVpNspyhKtV42V5VOdYZT_SaY8_s9pzCeWgqj746FucZ1Xwe28l1f84K8h3C4hBUjy8s1gRaV5qXTFPSBjE5F8MSEX58mvFLCy-M/s320/20160902_090818.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tangga menuju puncak betulan.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<i>Voila!</i> Sampailah kami semua di Puncak Nglanggeran. Dari atas, kami bisa melihat gugusan tebing batu besar yang berserak di sekitar gunung. Konon, tebing batu dan Gunung Nglanggeran merupakan hasil dari pembekuan magma yang terjadi kurang lebih 60 juta tahun silam. Itulah kenapa kemudian Nglanggeran dinamakan sebagai gunung api purba.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKXAxxYKaTWtB32fGbe7d10ACPb0GNHzvhX0olpqqkD3ue9jfTSHOQM2-82zmKxD0_n4hm9ygQO8cF5bGCJBvdF8kbNLmak54926XQYLYBPyv2YUe7pqEQ2ybF-zPZfpF1hGW4tIjA99M/s1600/20160902_092429.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKXAxxYKaTWtB32fGbe7d10ACPb0GNHzvhX0olpqqkD3ue9jfTSHOQM2-82zmKxD0_n4hm9ygQO8cF5bGCJBvdF8kbNLmak54926XQYLYBPyv2YUe7pqEQ2ybF-zPZfpF1hGW4tIjA99M/s320/20160902_092429.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kami yang berbahagia setelah tiba di puncak. Yay! 💃💃</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Selain batu dan pohon, Embung Nglanggeran juga terlihat dari puncak. Embung buatan seluas 60x60 meter itu terlihat menggiurkan sekali untuk dipakai mendinginkan diri sehabis mendaki.<i> Eits,</i> jangan tergoda. Oleh karena digunakan sebagai pengairan warga, Embung Nglanggeran merupakan area terlarang berenang.<br />
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgszJ2Ff6neSLX3c_vImLRMjR0hYysC7hSllZG-HUHkYVmjsfmcg9x6rSRFYshj8ZkocnVns5Hzz3nAuWakYL7Yy6leIgw49O8gQgokowuZ7BDcPml44cRDSDe4x6Y1DSMssOwc-6DErPw/s1600/IMG_2737.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgszJ2Ff6neSLX3c_vImLRMjR0hYysC7hSllZG-HUHkYVmjsfmcg9x6rSRFYshj8ZkocnVns5Hzz3nAuWakYL7Yy6leIgw49O8gQgokowuZ7BDcPml44cRDSDe4x6Y1DSMssOwc-6DErPw/s320/IMG_2737.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pemandangan dari Puncak Nglanggeran</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib0V-yeYrqK_IW4bWdVTawyvk_6RwFKGvSBWUydcQa51CmEsgT2bxIYHXcJE9yz0hm_niUrmkTX-_i5As3HwxG9eX-JGLXnDqgiEdPEyn7ELxSYG41mfR_jCNw00J2HVVHDSJr-kCr92I/s1600/20160902_092701.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib0V-yeYrqK_IW4bWdVTawyvk_6RwFKGvSBWUydcQa51CmEsgT2bxIYHXcJE9yz0hm_niUrmkTX-_i5As3HwxG9eX-JGLXnDqgiEdPEyn7ELxSYG41mfR_jCNw00J2HVVHDSJr-kCr92I/s320/20160902_092701.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mbak Nars-Mbak Sasta <i>in a Gemini Pose.</i></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK2FVq_9vOSrrwp4PB85n1LmDMqkWhwkhTq2tK9yZNMLvejgxgdWaCnBxbgX81Flf2K4I9gJ8tzbMAUK9RGei-WwlEBg4t1CEhY23JyK60BNwMRud1FT2GBm3TpAuQTau3LTzPFU5TQPA/s1600/IMG-20160911-WA0015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK2FVq_9vOSrrwp4PB85n1LmDMqkWhwkhTq2tK9yZNMLvejgxgdWaCnBxbgX81Flf2K4I9gJ8tzbMAUK9RGei-WwlEBg4t1CEhY23JyK60BNwMRud1FT2GBm3TpAuQTau3LTzPFU5TQPA/s320/IMG-20160911-WA0015.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
Satu persatu dari kami kemudian mencari posisi enak untuk bersantai di atas puncak. Sejumlah cemilan yang kami bawa sebagai bekal perjalanan pun dibongkar untuk mengembalikan tenaga. Beberapa di antara kami tampak kelelahan sekali dalam pendakian ini terutama mereka-mereka yang baru pertama kali mendaki. Saya tersenyum sekaligus bangga kepada mereka. Tidak menyerah dan tidak mengeluh, bagi saya mereka sudah melakukan hal yang bagus. <i>Good job,</i> mas mbak!<br />
<br />
<b>Menutup Petualangan Di Bukit Bintang</b><br />
<b><br /></b>
Petualangan kami hari itu ditutup dengan menunggu matahari terbenam dari Bukit Bintang. Bukit Bintang sendiri adalah nama suatu area tepat di perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul. Di area tersebut berdiri banyak restauran atau warung sederhana yang berdiri di pinggir jurang dengan <i>view</i> menghadap ke arah Kota Yogyakarta.<br />
<br />
Area ini memang letaknya tergolong tinggi sehingga menjadi lokasi favorit bagi orang-orang yang hendak menyaksikan pemandangan Yogya dari malam hari. Kerlip lampu-lampu kecil serupa bintang yang berasal dari sejumlah bangunan di kota membuat kenapa nama "Bukit Bintang" melekat disini.<br />
<br />
Sembari menunggu matahari terbenam dan menikmati pemandangan malam, kami memesan kelapa muda dan jagung serut bakar. Obrolan demi obrolan pun mengalir di antara kami hingga tanpa terasa tiga jam sudah berlalu di tempat itu.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIUZ7-N27EaXmHprdeq75tUeExp3aKJmz5Zt0HVfGVQxHYYYGyG_AlIbyCI2V2fq4kbUqI3AydC8PjTc2hG0hAf4cOgcT2i6c3gF6wQjUue08MBY2hBJd7e92m-zkEn3oij3xjCQQ2GRA/s1600/20160902_171833.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIUZ7-N27EaXmHprdeq75tUeExp3aKJmz5Zt0HVfGVQxHYYYGyG_AlIbyCI2V2fq4kbUqI3AydC8PjTc2hG0hAf4cOgcT2i6c3gF6wQjUue08MBY2hBJd7e92m-zkEn3oij3xjCQQ2GRA/s320/20160902_171833.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Matahari terbenam dari Bukit Bintang</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr2t3ptvwMRjkIompZKTEoRvljXHroizCu_P5Ms9gE0pF02ehkQFQSK19lOGvORBxokd-hV1RwGXzEAAoZ2H2rPHAPf9u8vRtTpItvmO1Q1CaZ6RalBhLAjaNBBdtD3Yz-LVBY5QQ5V68/s1600/20160902_180314.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr2t3ptvwMRjkIompZKTEoRvljXHroizCu_P5Ms9gE0pF02ehkQFQSK19lOGvORBxokd-hV1RwGXzEAAoZ2H2rPHAPf9u8vRtTpItvmO1Q1CaZ6RalBhLAjaNBBdtD3Yz-LVBY5QQ5V68/s320/20160902_180314.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dan "bintang-bintang" pun bermunculan dari tanah.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Rasa kantuk perlahan lahan mulai menyergap diri. Hal itu diperparah dengan rasa letih dari pendakian Gunung Nglanggeran yang masih tersisa. Kamipun memutuskan untuk mengakhiri petualangan kami hari itu dan beranjak pulang ke kost masing-masing.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUw2qvsle9WNMBWkD0m_kKRifsXqZVVWV6Jc0eX-d9Bst3VOiyEu3aycV1meCR0HCDpT-1SUcQJK0iyO8J9e0HIqFEP5p5lMvGjPIpWM_pb4NjoaaFdRqBlCwtRg_IGInIgQ2wLrfQ8a8/s1600/20160902_182228.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUw2qvsle9WNMBWkD0m_kKRifsXqZVVWV6Jc0eX-d9Bst3VOiyEu3aycV1meCR0HCDpT-1SUcQJK0iyO8J9e0HIqFEP5p5lMvGjPIpWM_pb4NjoaaFdRqBlCwtRg_IGInIgQ2wLrfQ8a8/s320/20160902_182228.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto terakhir sebelum pulang</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: center;">
****</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pasca petualangan pertama kami, sebuah grup di <i>Whatsapp</i> bernama "Haus Piknik" dibentuk sebagai sarana untuk membahas petualangan-petualangan kami selanjutnya. Kami memang sudah berencana untuk rutin mengagendakan petualangan di sela-sela kesibukan kuliah kami: ada yang mengajak camping di pantai, ada yang mengajak mendaki gunung lagi, dan lain sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, rencana hanyalah rencana. Grup itu bernasib sama dengan blog saya ini, tak terurus dan mengalami masa hibernasi sebab tugas kuliah yang datang silih berganti membuat kami kehabisan waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sih masih sempat berjalan-jalan dengan sejumlah personel dari tim petualangan pertama ini, tapi rasanya tetap saja ada yang kurang. Agak sedih sebenarnya, apalagi saya bakalan tak sekelas lagi bersama mereka semua di semester depan. Hiks. 😞</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><i>Mas dan Mbak semua. Apa kabar kalian hari ini? Bagaimana liburan semesterannya? Terima kasih sudah berkenan menemani jalan-jalan di semester satu kemarin.</i> <i>I'm trully grateful! Walau nanti sudah beda kelas tapi kalau ada rencana jalan-jalan, jangan lupa ajak-ajak ya. 😍</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLC2AxvRoAqz60si2Edgu8vCGB68UdYVNmX0-ExIOHwExiklr-D30JMpRN3dbB6D2zKLz3KcyJYqHYMhKPRQhNwef_XVPBwH9LqWaO82VzT5FTmiYbSFvrukryrob-C7h5P38hqMpbnH4/s1600/20160902_093426.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLC2AxvRoAqz60si2Edgu8vCGB68UdYVNmX0-ExIOHwExiklr-D30JMpRN3dbB6D2zKLz3KcyJYqHYMhKPRQhNwef_XVPBwH9LqWaO82VzT5FTmiYbSFvrukryrob-C7h5P38hqMpbnH4/s320/20160902_093426.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah mampir. Salam dari Gunung Nglanggeran.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<br />
<span style="color: blue;"><b>Maaf terlambat posting dan salam kupu-kupu. ^^d</b></span><br />
<br />
<br /></div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1127185300634216086.post-21989859444824732122017-01-16T20:33:00.002+07:002017-01-17T20:04:57.676+07:00Petualangan Reuni Di Gumuk Pasir dan Pantai Cemara Sewu<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-UnuKvrBxkQh4G0_9I_smcZDcNwmvZuW3HNUZkUXdddIzmrHMXf9C86rgBjLRZ_Ub8VlyM_Im81DwAaPzX69udtsknN5NMBnVwy0IJSXoPJsJiSpc5xun8IXWVWzvELkiSHDSwSe7sBk/s1600/IMG_2703.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-UnuKvrBxkQh4G0_9I_smcZDcNwmvZuW3HNUZkUXdddIzmrHMXf9C86rgBjLRZ_Ub8VlyM_Im81DwAaPzX69udtsknN5NMBnVwy0IJSXoPJsJiSpc5xun8IXWVWzvELkiSHDSwSe7sBk/s320/IMG_2703.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Bagi yang mengikuti cerita di blog ini dari awal. Pasti familiar dengan nama seorang teman yang sering jadi teman jalan saya pada masa S1 dulu, Yanta - yups ingat kan? Semenjak Yanta ditugaskan untuk mengabdi ke Majene, kami jadi jarang jalan-jalan bareng lagi. Tak cukup sampai disitu, pertemuan kami juga semakin susah terjadi manakala keluarganya memutuskan pindah ke Kabupaten Klaten. Otomatis, ketika mudik dia tak pernah lagi bermain-main ke Salatiga. Sedih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Nyaris dua tahun berlalu, Tuhan mempertemukan kami kembali dengan cara yang tak terduga: studi lanjutan. Yap, kami berdua tahun ini sama-sama melanjutkan studi, saya ke S2, sementara Yanta ke D3. Yanta pun kembali lagi ke Pulau Jawa karena kampusnya berada di Tangerang, sedangkan saya merantau ke Kota Yogyakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kota Yogyakarta dan Kabupaten Klaten jaraknya berdekatan, mungkin hanya memakan waktu kurang dari satu jam untuk perjalanan satu arah. Kepulangan Yanta akhirnya membuka lagi kesempatan kami untuk bertemu dan berjalan-jalan. Tuhan maha baik, kan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar kabar kepulangan Yanta di pertengahan Agustus lalu, membuat saya segera mengontaknya. Tujuan saya, tentu mengabari kalau saya kini menetap di Yogyakarta sekaligus mengajaknya untuk bertemu dan jalan-jalan.<br />
<br />
Tawaran saya disambut baik olehnya, walau sedikit bikin was-was juga. Apa pasal? Beberapa hari sebelum kami bertemu, si Yanta (sempat-sempatnya) naik ke Gunung Merbabu dan membuat saya bak digantung. Pertemuan kami bisa saja terjadi, atau dibatalkan. Untungnya, Yanta masih menyempatkan untuk datang ke Yogyakarta di tengah kepadatan jadwal dan rasa letihnya.<br />
<br />
Siang hari di akhir Bulan Agustus, Yanta dan saya berjumpa di titik pertemuan yang telah kami sepakati bersama. Dari sana, kami lantas segera berjalan menuju destinasi pertama kami hari itu.<br />
<br />
<b>Jatuh Bangun Di Gumuk Pasir Parangkusumo</b><br />
<b><br /></b>
Matahari bersinar terik-teriknya ketika kami sampai di halaman sebuah rumah makan yang bersebelahan dengan timbunan pasir maha luas. Seorang pria muda yang melihat kedatangan kami bergerak mendekat dan menawarkan persewaan peralatan <i>sandboarding. </i>Satu buah papan seluncur sederhana berwarna cokelat disewakan seharga Rp 70.000,00 - agak mahal memang, tapi untungnya tak ada batasan waktu untuk memakai dan papan itu bisa dipakai bergantian kalau kita datang berkunjung bersama teman.<br />
<br />
Si mas lantas meminta kami berdua untuk berjalan mengikutinya menuju ke arah gumuk. Di gumuk itu sendiri terdapat tingkatan-tingkatan turunan yang bisa dipakai untuk <i>sandboarding</i>. Berhubung itu adalah kali pertama mencoba aktivitas tersebut, si mas mengajak ke turunan paling rendah dan landai untuk sekedar latihan.<br />
<br />
Terlebih dahulu, alas papan seluncur yang hendak kami pakai diolesi dengan lilin agar bisa meluncur dengan mulus. Si mas pun mencontohkan teknik meluncur yang benar yakni: membungkukkan badan agak ke depan, tangan dipakai untuk menjaga keseimbangan, dan kaki harus dalam posisi se-rileks mungkin.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqIgrHpn0_nIW0l7zU8ri7_NGQFSpNAoESGNDPkeqUWKyHAHsjG0cq2xKxPv4t5vycI4Z9lSo65-Xq2pDwZrc028l6NsZMhMEPDb2QuZ3UIVwmfryeJ2B7yrnLWDwOBeoPFSrYR4KYepQ/s1600/IMG_2704.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqIgrHpn0_nIW0l7zU8ri7_NGQFSpNAoESGNDPkeqUWKyHAHsjG0cq2xKxPv4t5vycI4Z9lSo65-Xq2pDwZrc028l6NsZMhMEPDb2QuZ3UIVwmfryeJ2B7yrnLWDwOBeoPFSrYR4KYepQ/s1600/IMG_2704.JPG" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Si mas pemandu kami</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Melihat peragaan si mas, <i>sandboarding</i> itu terlihat gampang sekali. Tapi begitu mencoba sendiri, beh susahnya bukan main. Yanta sih lolos sesi latihan begitu dua kali mencoba. Saya? Jatuh bangun bergelimpangan di atas pasir gumuk yang panas. Kondisi saya waktu itu benar-benar terlihat <i>pathetic.</i> Tak terhitung sudah saya mencoba berseluncur dan tetap gagal. Tak terhitung pula ucapan penggugah semangat yang dilontarkan oleh Yanta, si mas, dan ibu pemilik warung.<br />
<br />
Yanta yang memang bernyali besar kemudian mencoba berseluncur di turunan paling panjang dan curam. Tak mudah untuk bisa menuruni turunan itu, Yanta harus mengecap kegagalan sebanyak empat kali barulah kemudian sukses meluncur turun dengan mulus.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr6BEBaT8w9gPymXqSN21mNBoNENchjEYOyyNDXd4AY8Bu82P_ITAR2wPmmF-6WKAzUEdcncbrqkMOsFuj18BbxZt_pOcBhtUi2K-8UPEWAWs9ceSfEaKjsJBQOj4dsbZJhp8mbHjVhlY/s1600/DSCF7202-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr6BEBaT8w9gPymXqSN21mNBoNENchjEYOyyNDXd4AY8Bu82P_ITAR2wPmmF-6WKAzUEdcncbrqkMOsFuj18BbxZt_pOcBhtUi2K-8UPEWAWs9ceSfEaKjsJBQOj4dsbZJhp8mbHjVhlY/s320/DSCF7202-01.jpeg" width="213" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Yanta mencoba turunan panjang</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya hanya bisa memandang iri ketika melihat Yanta asik berselancar di atas gumuk. Kami saling bergantian memakai papan. Saat giliran saya tiba, saya tetap mencoba di turunan para pemula dan hasilnya masih sama: terjatuh dan terjatuh lagi. Hiks.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMFAm-fDezoI7e65-S20IzXJbcMfw8qq6laRmSPUZmLcrX1bTwqLahviIu5K7KBhVZWoMke9irLz4KDWqUojegOoXcQQ3zc2W4MmdIEFxgykfc_WOOubLbecwKtXP5c1bPQqlpk07xxI0/s1600/IMG_2720.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMFAm-fDezoI7e65-S20IzXJbcMfw8qq6laRmSPUZmLcrX1bTwqLahviIu5K7KBhVZWoMke9irLz4KDWqUojegOoXcQQ3zc2W4MmdIEFxgykfc_WOOubLbecwKtXP5c1bPQqlpk07xxI0/s320/IMG_2720.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Luas Gumuk Pasir Parangkusumo mencapai 2 kilometer persegi.<br />
Konon, akumulasi material vulkanis dari Gunung Merapi yang terbawa<br />
aliran sungai menuju ke lautlah yang menghasilkan gumuk pasir ini.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Tak kehabisan akal, saya pun bertanya sama si mas apakah bisa memakai papan selancar sambil duduk. Si mas terdiam sejenak - yang entah karena merasa iba atau bagaimana - akhirnya ia menganggukkan kepala. Si mas kemudian mengajak saya untuk menuju ke turunan panjang.<br />
<br />
Sesampainya di puncak turunan, si mas mengajarkan cara posisi duduk yang benar. Kaki saya harus ditekuk sejajar sedemikian rupa sehinga tak menutupi tangan yang harus menggengam erat pegangan di papan.<br />
<br />
<i>"Sudah siap?"</i>, tanya si mas. Saya menyatukan jari telunjuk dan ibu jari, memberikan tanda "ok" kepadanya. Dan tanpa basa basi, si mas lantas mendorong saya dari belakang. <i>Wusss!</i> Saya pun bergerak cepat menuruni gumuk pasir. Perasaan saya campur aduk antara senang dan ngeri. Sumpah, duduk saja bikin gemetaran apalagi berdiri. Bagaimanapun, saya tengah menuruni gumpalan pasir yang tetap saja terasa padat dan keras. Ini kalau jatuh dalam posisi salah, bisa fatal akibatnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXqeOrCz6_2Pye-asd1pv1kJG1CqwPWSKV0xRz6VjXawULTCbX70H7Y2PCWRqccaS8fkAjESCDBui8xmgKmR_YDrcQ5Gps6Ox4Wxp0RhlnmHxGKu6AVpUFF98w8qMXIeoMkuPBrlaAS5c/s1600/IMG_2721.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXqeOrCz6_2Pye-asd1pv1kJG1CqwPWSKV0xRz6VjXawULTCbX70H7Y2PCWRqccaS8fkAjESCDBui8xmgKmR_YDrcQ5Gps6Ox4Wxp0RhlnmHxGKu6AVpUFF98w8qMXIeoMkuPBrlaAS5c/s320/IMG_2721.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gumuk Pasir dan vegetasi liarnya. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Namun, tak ada perasaan lain yang memenuhi hati ini selepas berhasil menuruni turunan gumuk. Saya bahagia. Saya sampai tertawa lepas sembari tidur-tiduran di atas pasir. Saya ketagihan. Kalau tidak salah, saya naik turun sebanyak empat kali berturut-turut. Sebenarnya sih masih mau lagi, tapi badan saya menyerah.<span style="color: blue;"><b> Naik ke puncak gumuk pasir itu melelahkan, saudara.</b></span> Rintik-rintik hujan juga membuat kami mau tak mau harus menyudahi aktivitas <i>sandboarding </i>itu.<br />
<br />
<b>Rehat Sebentar Di Pantai Cemara Sewu</b><br />
<b><br /></b>
Begitu gerimis mulai reda, kami segera menuju ke destinasi selanjutnya. Awalnya, kami hendak menuju ke Pantai Parangkusumo. Tapi entah kami yang kurang fokus atau bagaimana, kami justru tidak bisa menemukan pantai itu. Apa yang kami temukan justru Pantai Depok, Pantai Cemara Sewu dan beberapa pantai kecil lainnya yang ada di area itu.<br />
<br />
Mengingat hari sudah semakin sore, kami pun memutuskan untuk mengganti tujuan kami dari Parangkusumo menjadi Cemara Sewu. Sesuai namanya, ada banyak pohon cemara laut yang dapat kita temukan sepanjang jalan menuju ke pantai. Pohonnya tinggi-tinggi sehingga memberikan kesan teduh.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ-HYJc1D_ofubxoEleggka5DVyW65l5zGKc8q6cFC4U0DtKgxp09aB1fg90qoftj_6XsQCpDEbReo9PB-EV0RYu32go36VoF-BkQwdxrGdHzopyiMlZhNHtCGY1qU3oGoLt99AB_FkEE/s1600/20160826_161335.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ-HYJc1D_ofubxoEleggka5DVyW65l5zGKc8q6cFC4U0DtKgxp09aB1fg90qoftj_6XsQCpDEbReo9PB-EV0RYu32go36VoF-BkQwdxrGdHzopyiMlZhNHtCGY1qU3oGoLt99AB_FkEE/s320/20160826_161335.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pohon cemara laut (<i>Casuarina equisetifolia</i>) yang seolah-<br />
olah membentuk lorong menuju pantai.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah memarkirkan motor di tempat penitipan, kami berjalan menuju pantai yang jaraknya tak jauh. Pantainya sendiri sih bagi saya biasa saja, bahkan cenderung kotor. Sisa-sisa kebengisan ombak pasang di malam hari tampak di sekeliling kami.<br />
<br />
Area pantainya lumayan luas. Tapi hempasan ombak yang semakin sore semakin tinggi membuat kami susah kemana-mana. Saya memperhatikan Yanta. Raut ketidaktertarikan dan kelelahan tergambar jelas di wajahnya. Saya maklum, ia baru saja turun gunung, lelah seharian bermain seluncur pasir, ditambah kebiasaan melihat pantai-pantai cantik di Sulawesi pasti berefek sekali pada standarnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7_OVQAn-Eit-QNBD61_vpXZWuckRBh152piaMRAa4pwym0b80hJdfIJ0B8L4Yok1O0lHSbMIersB9woOEGb1ijhTPdvNe_2yLqpgMMSGDNV6XZjdHuJHmq0RL9K9jV9J5veEE2Thyrs0/s1600/20160826_160542.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7_OVQAn-Eit-QNBD61_vpXZWuckRBh152piaMRAa4pwym0b80hJdfIJ0B8L4Yok1O0lHSbMIersB9woOEGb1ijhTPdvNe_2yLqpgMMSGDNV6XZjdHuJHmq0RL9K9jV9J5veEE2Thyrs0/s320/20160826_160542.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Matahari mulai siap-siap tertidur.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Kami benar-benar sebentar di pantai itu. Matahari yang mulai beranjak beristirahat, dan ingatan bahwa kami belum makan sedari pagi akhirnya membuat kami menyudahi petualangan.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Dear Yanta, </i>terima kasih sudah meluangkan waktu sibukmu untuk menemani berjalan-jalan kembali. Petualangan kemarin benar-benar membangkitkan kenangan di masa lalu manakala kita masih sering bertualang bersama. Saya anggap ini petualangan reuni: petualangan yang semoga bisa terjadi secara berkala di masa depan. Sukses studinya, bro!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz_rcMAgrUtx3v4BDCG-skzQjqcjECBHnl6hGAtRhUl7N_SSHKIFFxDAShTReHyEgkO-35cjbiLyvTWPdxPEl1MwqfrTeb8zkcuhMh_Q_-AHpEhh70OCahS4nXPzTqozpQM2ubSzl7Dxs/s1600/20160826_161118.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz_rcMAgrUtx3v4BDCG-skzQjqcjECBHnl6hGAtRhUl7N_SSHKIFFxDAShTReHyEgkO-35cjbiLyvTWPdxPEl1MwqfrTeb8zkcuhMh_Q_-AHpEhh70OCahS4nXPzTqozpQM2ubSzl7Dxs/s320/20160826_161118.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Terima kasih sudah berkunjung. Salam dari kami berdua.</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Maaf terlambat memposting dan salam kupu-kupu. ^^d<br />
<br /></div>
</div>
Stuflyhttp://www.blogger.com/profile/10399488229993763639noreply@blogger.com4