Pages

Friday, July 5, 2013

Wayang Oblok-Oblok: Ketika Wayang Berkolaborasi



Petang itu saya baru menyadari kalau ada notifikasi yang masuk ke akun twitter. Saya kemudian membuka smartphone dan membacanya. Dari Dian, teman jaman SMP dan SMA saya dulu. Saya lebih sering memanggilnya dengan sebutan Kura-Kura karena waktu SMP dulu ia anak yang cenderung lambat dalam segala hal, baik itu bergerak atau mencerna sesuatu. Entah bagaimana tingkahnya mengingatkan pada hewan peliharaan saya jaman dulu, seekor kura-kura hijau kecil yang serba lambat kalau mau bergerak. Yap, mirip sekali sama Dian. Lalu, apa yang membuat Dian tiba-tiba menghubungi saya? Intinya sih ia mengajak saya untuk pergi melihat pertunjukan wayang. Wah! Kenapa tidak?

Pertunjukan wayang kali itu berkaitan dengan salah satu acara tahunan di Kota Salatiga. Acara tersebut adalah "Salatiga Lawasan", acara yang digagas oleh Komunitas Kampoeng Salatiga dalam rangka mengajak masyarakat untuk mengenal Kota Salatiga khususnya melalui pengenalan budaya dan sejarah. Tahun 2013 adalah tahun ketiga bagi komunitas ini dalam mengadakan Salatiga Lawasan. Berbagai acara pun diadakan mulai dari pameran foto Salatiga tempo dulu, karnaval drumblek, bazar UKM hingga pertunjukan wayang.

Pameran Foto Salatiga Tempoe Doeloe

Setelah menjemput Dian di rumahnya, kami berdua bergegas menuju ke Gedung Pertemuan Daerah-tempat diadakannya pertunjukan. Pertunjukan wayang yang dijadwalkan pukul tujuh malam ternyata molor hampir 30 menit lamanya. Saya melihat berkeliling, ada panggung dengan deretan kursi di depannya. Err, kok ada yang aneh ya? Saya sama sekali tidak melihat adanya para pemain gamelan beserta alat musik mereka. Tak terlihat pula adanya perangkat-perangkat yang ada seperti di pertunjukan-pertunjukan wayang pada umumnya. Di sudut kiri depan panggung justru ada sekelompok pemain band akustik yang sedang melakukan pengecekan nada. Dian hanya tersenyum ketika saya menanyakan pertanyaan terkait keanehan di sekitaran panggung. Lihat saja nanti karena pertunjukan wayang ini berbeda dengan pertunjukan wayang pada umumnya.

Tak berapa lama, dua orang MC memanggil para penonton dan pengunjung untuk mendekat ke arah panggung karena pertunjukan wayang akan segera dimulai. Termasuk kami berdua, beberapa penonton lain pun memasuki area depan panggung dan menduduki kursi-kursi yang disediakan oleh panitia. Sayangnya, jumlah kursi masih jauh lebih banyak daripada jumlah penonton. Kami ketambahan personel, salah seorang penonton ternyata teman dari Dian sehingga kami menjadi bertiga dan bersama-sama memutuskan untuk duduk di kursi paling depan biar mirip serombongan pejabat heheh.

Pertunjukan diawali dengan masuknya seorang wanita berpakaian serba hitam-hitam yang menari sambil membawa lilin. Setelah itu masuklah seorang laki-laki yang dalam cerita berperan sebagai Harapan, seorang anak baru lulus SMA yang tengah mengalami kegalauan. Ia bimbang apakah akan memilih untuk melanjutkan sekolah atau mencari uang dengan bekerja. Konflik batin yang dialami Harapan inilah yang menjadi pusat cerita dan disajikan dalam berbagai adegan yang melibatkan wayang, pemain band dan aktor manusia. Berbagai konflik kecil lain juga dimainkan sehingga membuat sang tokoh utama semakin kebingungan. Selama kurang lebih satu setengah jam, pertunjukan tersebut cukup membuai saya dengan jalan ceritanya. Sesekali sindiran terhadap kondisi yang terjadi di Kota Salatiga ditambah lelucon dilontarkan oleh para pemainnya dan sukses membuat penonton terhenyak dan tergelak.

Pemeran Harapan

Ibunya Harapan

Adegan uhuk-uhuk :p

Ceritanya, itu TV dan News Anchor 

Adegan nyindir maraknya minimarket


Di akhir pertunjukan, para pemain pun naik ke atas panggung dan menjelaskan jalan cerita yang sebenarnya dari pertunjukan kali itu. Sesuai dengan nama dari tokoh utama, jalan ceritanya adalah terkait harapan dari seorang manusia. Selama kita memiliki harapan, maka segala permasalahan yang kita hadapi pasti akan terpecahkan. Harapanlah yang akan menuntun seseorang menjadi pribadi nan kuat dan tangguh dalam menghadapi seluruh problematika di sekitarnya. Segelintir harapan juga ditujukkan kepada para pemuda Salatiga untuk bisa menghentikan segala permasalahan di kota ini agar Salatiga bisa menjadi rumah yang lebih menyenangkan bagi para warganya. Wikan-seorang dalang muda yang bertugas dalam pertunjukan hari itu juga menjelaskan tentang pertunjukan wayang yang berbeda tersebut. Menurutnya, inilah yang dinamakan wayang oblok-oblok. Wayang oblok-oblok adalah pertunjukan wayang yang tidak hanya melibatkan wayang kulit saja melainkan juga melibatkan unsur-unsur kesenian lain dalam menunjang jalannya cerita. Yap, intinya adalah tentang kolaborasi wayang dengan kesenian lain. Hari itu yang berkolaborasi adalah para pemain teater di bawah bendera "Teater Getar". Teater yang diadakan oleh mahasiswa dan mahasiswi dari STAIN Salatiga. Nama oblok-oblok sendiri terinspirasi dari nama salah satu makanan yang terkenal dari Salatiga, sayur oblok-oblok, semacam sayur yang terdiri dari beraneka macam bahan seperti daun singkong, parutan kelapa, ikan teri kecil, potongan tempe dan sebagainya. Oalah, paham saya sekarang. Anyway, great idea and great job everyone. *tepuk tangan*


Yang tengah pakai baju kotak-kotak itu dalangnya,
hebat ya masih muda gitu

“You may say I'm a dreamer, but I'm not the only one. I hope someday you'll join us. And the world will live as one.” 
-John Lennon-


Salam Kupu-Kupu ^^d

No comments:

Post a Comment