Pages

Friday, July 7, 2017

Berbunga-Bunga Di Bandungan



Bagi Warga Semarang, nama Bandungan mungkin laksana Puncak bagi Warga Jakarta ataupun Lembang bagi Warga Bandung. Ketiga daerah itu memiliki kesamaan yakni letaknya yang di wilayah pegunungan dan beriklim sejuk. Tak mengherankan apabila kemudian mereka sering dijadikan sebagai tempat untuk menenangkan diri maupun melepaskan kejenuhan dari segala rutinitas di kota.

Sebagai sebuah kecamatan di Kabupaten Semarang, Bandungan sendiri memang selama ini sudah dikenal sebagai daerah destinasi wisata. Ada banyak potensi wisata yang dimiliki kecamatan itu mulai dari wisata sejarah, wisata alam, hingga kulinernya yang siap memanjakan lidah. Saya sudah pernah menuliskan beberapa tulisan terkait Wisata Bandungan di postingan-postingan lain blog ini.

Namun, seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang salah satunya adalah media sosial ternyata berdampak pula pada perkembangan dunia pariwisata di Bandungan. Beberapa obyek wisata baru muncul dan langsung nge-hits di media sosial, instagram misalnya. 

Postingan kali ini akan menceritakan petualangan saya bersama kakak dan salah seorang temannya, dalam mengunjungi dua obyek wisata di Bandungan. Satu obyek sudah relatif lama, sementara obyek lainnya masih tergolong baru (kalau keterlambatan posting saya tidak dihitung, yah 😝). Petualangan yang sukses membuat saya menjadi berbunga-bunga dan sejenak meninggalkan kemaskulinitasan yang saya miliki. Err, memang punya?

***

Semua ide petualangan kali ini murni datang dari kakak saya dan Mbak Nova - teman semasa kuliahnya dulu yang terus bertahan hingga kini. Berapa lama berarti usia pertemanan kalian? 30 tahun? Buahahah. Berapapun itu semoga bisa langgeng selama-lamanya, ya.

Keinginan mereka dalam petualangan kami cukup sederhana: tempatnya dekat dengan Salatiga, dan instagramable. Saya sih hanya mengarahkan ke dua daerah, kalau tidak Bandungan, ya Kopeng. Selanjutnya mereka sendiri yang memutuskan hendak kemana. Tak lupa, saya sempat menyodorkan beberapa foto tempat wisata kekinian di dua daerah tersebut kepada mereka. Bandunganlah yang akhirnya terpilih.

3 Januari 2017, tepat jam 10 pagi, saya dan kakak - Mbak Vica - memulai perjalanan kami menuju ke obyek pertama hari itu. Mbak Nova akan berangkat menyusul kami dari rumahnya yang berada di daerah Ambarawa. Obyek wisata pertama yang kami kunjungi mudah sekali ditemukan dan hanya memakan waktu sekitar 45 menitan perjalanan dari Salatiga.

Ladang bunga krisan sejauh mata memandang.

Tibalah kami di kebun bunga krisan warna warni milik Setiya Aji Flower Farm. Tempat ini relatif baru, dan sanggup menyedot rasa penasaran para generasi millenial. Walau kami datang ketika matahari tengah panas-panasnya, tapi tempat itu tetap dipenuhi oleh pengunjung.

Saya dan kakak yang datang duluan daripada Mbak Nova, memutuskan untuk masuk ke area kebun bunga. Kebun bunga besar ini terbagi lagi ke kebun-kebun kecil lainnya, ada kebun pembibitan, kebun perawatan, kebun untuk pemekaran bunga krisan yang nantinya akan dijual, dan kebun yang khusus diperuntukkan bagi pengunjung yang hendak berfoto ria.

Begitu sampai di kebun yang diperuntukkan sebagai area foto, saya seketika kaget melihat kondisinya: panas, becek di beberapa tempat, dan bunganya masih banyak yang belum mekar. Beberapa tanaman bunga juga kondisinya tampak bengkok karena tak sengaja terdorong pengunjung atau bahkan sengaja ditarik pengunjung untuk menambah kesan manis dari foto yang diambilnya. Duh, kok miris ya.

Beberapa papan himbauan dan larangan sebenarnya telah dipasang oleh pengelola di beberapa tempat, tapi tetap saja minimnya pengawasan membuat beberapa pengunjung usil tetap berbuat nekat demi mendapatkan hasil foto terbaik.

Terlepas dari hal-hal yang bikin bete, memandang krisan
seperti ini bisa membuat hati tenang.

Mbak Nova baru tiba di Setiya Aji Flower Farm sekitar setengah jam atau 45 menit setelah kami tiba. Saya langsung mempersilahkan dia untuk merasakan perjuangan demi memperoleh foto di tengah kebun yang panas dan sesak pengunjung. Sementara, Mbak Vica yang sudah kelelahan dan kegerahan akhirnya menyuruh saya untuk menemani Mbak Nova berfoto.

Saat tengah menemani Mbak Nova, kami sempat menguping serombongan pengunjung yang menggunakan jasa pemanduan. Kata bapak pemandu, ada tiga kebun yang dimiliki oleh Setiya Aji Flower Farm dan seluruhnya bisa dikunjungi oleh pengunjung.

Tanpa menunggu lama, kami bertiga bergegas menuju ke kebun bunga lain dengan harapan akan lebih sepi pengunjung. Kebun yang kami datangi pertama kali ternyata adalah kebun tiga. Sedangkan, untuk menuju kebun satu dan kebun dua kami harus berjalan lagi sekitar 300 meteran dari kebun tiga.

Jalan menuju kebun yang lain

Dan benar saja, kebun satu dan dua kondisinya jauh lebih beradab dan sepi dibandingkan kebun tiga. Selain lebih sepi pengunjung, kedua kebun ini tidak begitu panas, tidak becek dan yang terpenting: jumlah bunga krisan yang mekar jauh lebih banyak! Kalau tahu kondisi semacam ini dari awal, kami pasti lebih memilih kemari.

Pose absurd kami begitu tahu kebun yang kami datangi
lebih sepi pengunjung. 😅

Teringat hari yang mulai bergerak semakin siang, kami lantas menuju obyek kedua kami hari itu yaitu Susan Spa & Resort. Selain dikenal sebagai tempat memanjakan diri, Susan Spa & Resort juga dikenal oleh banyak kalangan akibat chapel cantiknya yang bernama La Kana.

Perlu kewaspadaan tinggi untuk menuju kemari karena letak resornya yang berada di ketinggian. Kalau bisa, jangan datang terlalu sore karena jalanan bakal diselimuti oleh kabut tebal yang cukup mengganggu jarak pandang dan pemandangan.

Seorang petugas wanita mendatangi kami bertiga begitu melangkah masuk ke lobi utama resor tersebut. Setelah tahu tujuan kami hendak sightseeing, ia pun menyodorkan tiket masuk yang nanti bisa dipakai kembali untuk membeli makanan atau minuman di restoran yang dimiliki resor ini.

Kami bertiga kemudian diarahkan untuk menuju lantai bawah, melewati restoran dan area kebugaran, melintasi halaman, hingga kemudian nanti akan sampai ke La Kana. Kami sempat berhenti di halaman resor yang luas, hijau dan tenang. Saking nyamannya, kami bahkan sampai bergulingan di atas rumput-rumputnya.

Anu, mata saya emang lemah sama cahaya matahari.
Kalau berlebihan, seketika langsung susah buat melek.

Tepat di sebelah halaman dan agak menjorok ke bawah, terdapatlah Kapel La Kana itu. Bangunan tersebut tampak anggun dengan warnanya yang putih, dan kompilasi kaca yang menghiasi ceruk-ceruk dindingnya. Belum lagi, latar belakang pegunungan dan pemandangan kota tersaji tepat di belakang kapel. I personally think that this chapel is perfect for a private wedding party. Sungguh.

What a beauty!

Pemandangan dari belakang kapel.

Hai! 🙌

Rasa lapar yang melanda diri membuat kami bertiga langsung bergegas kembali ke area restoran. Surprisingly, kalau soal harga makanan dan minuman yang ditawarkan, Susan Spa & Resort tak mematok harga yang terlalu mahal. Beberapa makanan berat bahkan ditawarkan di bawah harga tiket masuknya, sehingga kami tidak perlu nombok terlalu banyak. Walau kalau soal rasa, memang pas-pasan sih. Untungnya kami bertiga sedang kelaparan berat, jadi makanan yang kami pesan habis tak bersisa.

***

Hari itu saya sungguh merasa berbunga-bunga. Dua tempat yang saya kunjungi bersama kakak dan temannya benar-benar membuat saya menjadi berhati jingga - dari melihat keindahan bunga krisan warna warni, hingga mendatangi kapel yang begitu romantis. Jadi buat kalian para petualang wanita yang tengah mencari tempat wisata cantik di sekitaran Semarang dan Salatiga, saya merekomendasikan untuk datang ke Bandungan. 😆

Terima kasih sudah berkunjung!


How Much to Enter:
1. Setiya Aji Flower Farm: Rp 7.500,00 per orang.
2. Susan Spa & Resort: Rp 25.000,00 per orang.

Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d

3 comments:

  1. mas request, review obyek wisata di kebumen dong

    ReplyDelete
    Replies
    1. shaap. ditunggu ya, mbak. aku juga lagi merencanakan untuk pergi kesana. :)

      Delete