Pages

Saturday, July 22, 2017

Berenang Sore Hari Di Umbul Cokro



Suatu pagi di Bulan April, gawai pintar saya disibukkan dengan notifikasi pesan yang muncul silih berganti dari Mbak Lily dan Mbak Vica. Kedua kakak saya. Mereka mengabarkan bahwa hari itu hendak berwisata ke Umbul Cokro dan meminta saya untuk menyusul mereka berdua. Ah, kebetulan! Saya memang berencana pulang ke Salatiga dan Kecamatan Tulung - nama kecamatan yang menjadi lokasi dari Umbul Cokro - selalu saya lewati dalam perjalanan pulang ke Salatiga. Saya pun mengiyakan ajakan mereka berdua sembari mengabarkan kalau akan segera menyusul setelah kuliah saya selesai.

Jam satu siang kuliah saya berakhir. Saya pun bergegas kembali ke rumah indekos dan mengepak barang-barang yang hendak dibawa pulang. Tak sampai 30 menit, saya telah memacu motor menuju ke arah Kabupaten Klaten.

Namun, kita memang tak pernah tahu hal apa yang akan menanti kita di jalanan. Saya terjebak macet sebanyak tiga kali akibat perbaikan jalan dan terdapat kecelakaan. Aduh. Sesekali saya merasakan gawai saya bergetar tanda telepon masuk. Saya tahu: kalau bukan dari Mbak Lily, pasti dari Mbak Vica. Mereka berdua memang telah sampai di rumah Mbak Ida - teman satu tim voli dari Mbak Lily (iya, mereka adalah atlet voli) yang tinggal berdekatan dengan Umbul Cokro - sedari siang tadi.

Saya terlambat. Perjalanan Jogja - Kecamatan Tulung yang biasanya saya tempuh sekitar 45 menit, jadi molor menjadi satu setengah jam. Hal ini diperparah dengan saya yang sempat tersesat lumayan jauh ketika hendak menuju rumah Mbak Ida akibat mengikuti arahan google maps. Ada mungkin setengah jam saya berputar-putar, sebelum menyerah dan minta dijemput.

Kesialan bertubi-tubi ini membuat saya baru sampai di rumah Mbak Ida ketika waktu sudah menunjukkan jam empat sore lebih. Kakak saya langsung menggerutu dan mengatakan saya terlalu lama. Saya pun meminta maaf dan menjelaskan alasan keterlambatan dan ketersesatan kepada mereka semua.

"Ya sudah ayo segera berangkat. Nanti keburu magrib!" - seloroh Mbak Ida mencoba mengingatkan kembali tujuan utama kami kesana. Mbak Ida memang terbaik! Mengetahui saya lupa membawa pakaian renang, ia pun meminjamkan kaos dan celana pendek milik suaminya.

Kami ketambahan personel, Audino - anak Mbak Ida paling bontot memutuskan untuk ikut menemani bermain air. Jarak antara Rumah Mbak Ida dengan Umbul Cokro sendiri tidak terlampau jauh, hanya memakan waktu sekitar 15 menitan melewati jalanan khas pedesaan.

Satu keuntungan pergi wisata bersama orang lokal adalah kami tidak dipungut biaya masuk sepeser pun oleh penjaga karcis. Sang penjaga justru menyampaikan rasa keheranan mereka ketika melihat Mbak Ida baru datang ketika matahari mulai terbenam.

Terlebih dahulu, kami semua harus melintasi sebuah jembatan gantung yang cukup panjang sebelum bisa memasuki area kolam renang dan mata air. Jembatan gantung yang dilengkapi kabel pengaman berwarna biru muda itu membentang di atas sebuah sungai besar.

Mbak Vica dan Mbak Lily di jembatan gantung

Saya dan Mbak Lily ketika Mbak Vica masih
sibuk berswafoto.

"Kalau datang lebih awal, kita bisa mencoba naik arung jeram di sungai itu",  kata Mbak Ida menjelaskan kepada kami yang disambut lirikan maut oleh kedua kakak saya ke arah diri ini. Ah, maafkan saya. 😢

Saat melihat sebuah pintu gapura yang tertutup rapat dengan "Air Minum Surakarta 1551" tertulis di atasnya, saya lantas menanyakan perihal tersebut kepada Mbak Ida. Katanya, dahulu wilayah ini memang bagian dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Umbul Cokro inilah yang menjadi salah satu sumber air minum terbesar bagi warga Surakarta pada saat itu. Nama Umbul Cokro pun masih tergolong nama baru. Dahulu, ia lebih dikenal dengan nama "Umbul Inggas" sebab sumber mata air utamanya mengalir dari dekat akar Pohon Inggas.

Pintu gapura air minum.

Suasana teduh dan dingin langsung menyapa kami ketika memasuki area kolam pemandian. Sebenarnya, para pengunjung memiliki dua pilihan untuk berenang saat berada di Umbul Cokro: kolam renang atau kolam sungai - akan tetapi kedatangan kami sore kemarin bersamaan dengan jadwal pembersihan kolam renang.

Enaknya datang sore hari, tidak banyak pengunjung yang berenang disana. Namun, datang sore atau malam hari juga memiliki konsekuensi: air semakin dingin, dan area toilet dan kamar bilas telah dikunci rapat-rapat. Mbak Ida pun menyuruh saya untuk berganti pakaian di balik sebuah pohon besar.

Seorang wanita tua yang berdagang makanan ringan menawarkan untuk menjagakan barang bawaan dan menyewakan ban pelampung kepada kami dalam Bahasa Jawa Krama-nya yang kental. Ia tak mematok harga yang pasti, mau diberi berapapun akan ia terima dengan senang hati katanya.

Pada akhirnya, hanya saya dan Mbak Lily yang memutuskan untuk berenang. Mbak Vica, Mbak Ida dan Audino batal berenang akibat takut kedinginan. Yap, airnya memang serasa sedingin es ketika pertama kali memasukkan badan ke kolam sungainya.

Saya dan Mbak Lily mainan memakai ban pelampung.

Kolam sungainya sendiri lumayan dalam, mungkin ada sekitar 1,3-1,5 meteran. Kalau tak menginjak batu-batuan licin yang terpendam di dasar kolam sungainya, hanya bagian leher ke atas saya saja yang nampak di permukaan.

Walaupun airnya sedingin es, tapi sungguh berenang di Umbul Cokro ini juaraakk! Airnya jernih, tanpa kaporit yang membuat mata pedas dan rambut kaku, serta begitu damai karena dikelilingi pepohonan besar. Kolam sungainya juga sedikit berarus sehingga kalau mau, kita bisa saja mengapung dari ujung ke ujung. Satu lagi bonusnya: ada ikan-ikan kecil yang menemani kita berenang di kolam sungai. Oh, natural abis!

Seger banget, aselik!

Kami berlima sehabis berenang.

Berenang sore hari kemarin ditutup dengan mencicipi sate keong dari seorang penjual bermotor yang lewat di desa tempat tinggal Mbak Ida. Harganya murah, satu tusuk hanya dilabeli sebesar Rp 500,00. Sate itu disajikan tanpa memakai lontong atau nasi sebagai pendamping, jadi hanya sate super kenyal dengan rasa manis pedasnya. Enaak.

Sate keong-nya. Kalian tahu keong kan?

Ah,  mari main ke Umbul Cokro lagi saat hari masih pagi ya kakak-kakak sekalian. 😆

Terima kasih sudah menjamu kami, Mbak Ida.
Terima kasih juga kalian sudah mau berkunjung.

Maaf terlambat posting dan Salam Kupu-Kupu. ^^d


1 comment: