Pages

Friday, May 9, 2014

Kesedihan Ganda Dari Pantai Morosari



Saya selalu merasa sedih setiap kali melihat obyek wisata yang tidak dikelola dengan baik oleh Pemerintah. Bakalan lebih sedih lagi kalau melihat obyek wisata yang dikelola dengan setengah hati. Di awal terlihat bagus, seiring berjalannya waktu terjadi semacam "pembiaran". Perasaan sedih ini pulalah yang saya alami ketika mengunjungi Pantai Morosari-sebuah pantai berlokasi di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Selain merasakan kesedihan karena melihat kondisi pengelolaan pantai, saya juga merasakan kesedihan dari nasib pantai itu sendiri. Pantai ini muncul sebagai hasil dari abrasi, dan kini ia seolah-olah terus mencoba berdamai dengan fenomena alam tak berkesudahan ini.

Dari informasi yang saya dapatkan dari berbagai website terkait kondisi infrastuktur menuju pantai ini, sebenarnya saya sudah mempersiapkan mental kalau siang itu saat menuju kesana akan berhadapan dengan jalan rusak. Namun tetap saja, saya merasa terkejut ketika melihat langsung kondisi jalan masuk menuju ke Pantai Morosari. Sedari awal jalan aspal yang berlubang dimana-mana sudah saya temui. Semakin ke dalam kondisinya semakin parah. Mobil yang saya tumpangi sampai terguncang-guncang hebat ketika melewati jalanan dengan diselingi oleh pemandangan tambak di kanan kiri jalan. Air yang dipakai oleh tambak-tambak itu merupakan air limpahan rob-kawan akrab dari abrasi.

Salah satu area tambak
Syukurlah, rob tidak sampai menutupi jalan masuk menuju pantai meski tidak menutup kemungkinan akan seperti itu di masa yang akan datang. Sesekali kami melewati kampung-kampung penduduk dengan rumah yang tampak sederhana dan rendah. Rendah karena lantai rumah-rumah itu selalu ditinggikan untuk mencegah genangan rob masuk ke dalam rumah. Di belakang rumah penduduk jelas terlihat genangan rob yang begitu luas sehingga membuat rumah penduduk tampak berada persis di atas rawa. Guncangan hebat akibat kondisi jalan terus saya alami sampai-sampai membuat teringat akan pengalaman buruk naik kapal yang tak bisa menepi karena diterjang ombak tinggi di Selat Bali dulu. Iya, sebegitu parahnya.

Setelah melewati jalan masuk dengan penderitaan tak berujung, akhirnya sampailah saya di pintu masuk Pantai Morosari. Seorang petugas membuka portal penutup dan menyerahkan tiket masuk seharga Rp 6.000,00 per orang. Area parkir yang luas dan teduh kontras sekali dengan jumlah kendaraan yang parkir siang itu. Padahal saat itu Hari Sabtu, hari yang sering digunakan masyarakat kita untuk berlibur. Selain mobil yang saya gunakan, hanya ada lima buah motor pengunjung yang saya temui. Beberapa pedagang sampai ada yang tertidur pulas di sekitar lapaknya, ada pula beberapa yang sibuk bercerita mungkin sekedar memberikan warna bagi kondisi pantai yang sepi ini.

Area parkir

Seorang warga yang menjual mie ayam di Pantai Morosari

Dahulu, Pantai Morosari adalah bagian dari sebuah desa yang makmur bernama Desa Bedono. Penurunan permukaan tanah dan pengikisan daratan yang berlangsung terus menerus akhirnya membuat dua kampung di desa ini menghilang. Pembangunan dan pengelolaan area pelabuhan yang serampangan di Kota Semarang dianggap oleh beberapa ahli menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat abrasi di dataran Demak. Hal ini masih diperparah pula oleh kenaikan permukaan air laut sebagai efek dari pemanasan global. Sisa dari dua kampung yang hilang ini kemudian menjadi Pantai Morosari dan Pulau Burung.

Peta abrasi di sekitar Pantai Morosari, source
Saya pun memutuskan untuk berkeliling di tengah teriknya panas matahari siang itu. Kebalikan dengan kondisi area parkirnya, kondisi Pantai Morosari malah tampak gersang dan kumuh. Kumuh karena sisa genangan air laut yang naik di beberapa sudut, serta sampah yang berserakan di beberapa tempat. Beberapa fasilitas permainan air juga tampak teronggok begitu saja dengan kondisi tak terawat. Tak ada lagi sisa pasir pantai di tempat ini, mungkin telah tenggelam ditelan oleh air laut. Tanaman-tanaman bakau berukuran cukup besar terlihat sekuat tenaga melindungi tempat ini dari gelombang Laut Jawa.

Restoran apung
Beberapa mainan air dibiarkan teronggok begitu saja


Pemandangan yang bisa kita lihat selain penampakan Laut Jawa adalah Pelabuhan Tanjung Mas jauh di ujung kiri serta Pulau Burung di sebelah kanan. Sayang, saya belum berjodoh untuk bisa menyambangi pulau hasil abrasi yang kini digunakan pemerintah daerah sebagai tempat konservasi bagi burung bangau laut. Kabarnya, masih ada dua kepala keluarga yang tetap memutuskan untuk tinggal di pulau itu karena keterbatasan ekonomi. Otomatis, perahu pun menjadi alat transportasi utama untuk pergi kemana-mana. Ah, apa rasanya jadi mereka. Hidup nyaris terisolasi, tanpa tetangga manusia, hanya ditemani kerimbunan tanaman bakau, curacauan burung bangau, dan hidup selalu di bawah ancaman keganasan gelombang laut. Mungkin lain kali saya akan berkunjung kesana.

Pelabuhan Tanjung Emas dari Pantai Morosari

Seorang nelayan muda dengan latar Pulau Burung di kejauhan

Kapal motor merah menunggu penumpang
Waktu yang tak lama di Pantai Morosari sudah cukup membuat saya merasakan gurat kesedihan dari pantai ini, dari penduduk yang menggantungkan hidup darinya, serta dari penduduk yang tinggal di sekitar area itu. Selain harus hidup di bawah bayang-bayang ancaman abrasi yang terus terjadi, mereka juga harus hidup di tengah kurangnya perhatian pemerintah terhadap mereka. Dalam kasus Pantai Morosari, saya merasa sedih karena pengelolaannya tampak setengah hati. Buat saya, pantai itu bagaikan terkena musibah atau kesedihan dua kali. Padahal kalau boleh menilai dengan skala 1-10, seandainya infrastuktur tidak rusak parah, seandainya fasilitas juga terawat dengan baik, saya akan memberikan nilai 7,5. Tidak buruk bukan? Ah, saya jadi teringat suatu peribahasa yang cocok menggambarkan kondisi Pantai Morosari saat ini-sudah jatuh, masih tertimpa tangga. Sayang memang.

Note:
1. How to get there:
a. Dari Semarang berjalanlah terus sampai masuk ke Kabupaten Demak. Kecamatan Sayung adalah kecamatan yang terletak di perbatasan antara Kota Semarang dengan Kabupaten Demak jadi tak begitu jauh. Jalan terus sekitar 4 Km-an dari gerbang selamat datang Kabupaten Demak dan kalian akan melihat jembatan besar dengan masjid berwarna hijau di sisi kiri jalan, jalan masuk Pantai Morosari tepat berada di sebelah masjid itu. Ada papan penunjuk arahnya kok. Selanjutnya ikuti jalan masuk tersebut kira-kira sejauh 1 Km, dan jalan lurus saja tampa belok-belok. Ingat, jalan masuk dalam kondisi rusak parah jadi cek dulu kendaraan anda sebelum berangkat.
b. Ada pos ojek tepat di ujung depan jalan masuk ke Pantai Morosari yang bisa digunakan untuk menuju kesana.

Salam Kupu-Kupu ^^d


2 comments: