Pages

Friday, August 28, 2015

Vitamin Mata Bernama Pantai Karang Jahe



Saya kembali bertandang ke Kabupaten Rembang. Suatu perintah untuk mengantar mama saya bekerja kesana menjadi penyebabnya. Namun, kali ini saya tak hanya berdua saja dengan mama. Mas Dwi - tetangga merangkap sopir langganan keluarga kami ikut mewarnai perjalanan kemarin. Sebagaimana tabiat saya: manakala mama bekerja, saya dan Mas Dwi memutuskan kabur ke tempat wisata yang ada di sekitaran. Pantai pasir putih bernama Karang Jahe pun menjadi tujuan kami siang itu.

Dalam perjalanan dari rumah menuju Kabupaten Rembang, saya sudah girang. Pasalnya, masih banyak destinasi wisata yang belum saya datangi ketika kunjungan pertama saya kesana. Saya sukses tersenyum-senyum sendiri sepanjang perjalanan karena membayangkan petualangan macam apa yang akan menanti saya. Kabupaten penghasil garam itu setidaknya masih menjadi salah satu kota favorit saya di Jawa Tengah.

Setelah menurunkan mama di tempat tugas dinasnya, kami berdua segera berangkat menuju ke Pantai Karang Jahe. Awalnya, saya kurang tahu apa nama pantai tersebut. Apa yang saya tahu hanyalah: papan penunjuk arah ke sebuah pantai yang terdapat di pinggir jalan dan terlihat saat saya dulu pergi mengantar mama ke Lasem. 

Berdasar ingatan itulah saya mengarahkan Mas Dwi untuk menelusuri sepanjang jalan raya yang menghubungkan pusat kota dengan Lasem. Papan penunjuk arah Pantai Karang Jahe sendiri bisa kami temukan setelah sekitar 15 menit berkendara dari pusat kota.  Inilah yang saya suka dari Rembang, letaknya yang persis di garis pantai membuat banyak obyek wisata disana bisa dikunjungi dengan begitu mudah.

Sebuah jalan kampung menunggu untuk dilewati agar bisa sampai ke pantai. Jalan kampung ini  juga membelah area pembuatan garam. Air laut tampak ditampung di kolam-kolam, dan dibiarkan mengering secara alami oleh panas matahari.

Kolam pembuatan garam

Garam yang telah dipanen oleh petani

Saya sempat berhenti sejenak di sekitar kolam pembuatan garam tadi. Saya berjalan menyusuri pinggir kolam dan melihat lebih dekat bagaimana garam dibuat.  Di beberapa sudut, terdapat kincir angin yang sepertinya dipakai sebagai alat untuk memasukkan air laut ke dalam kolam.

Ada semaam kurungan bambu raksasa yang bisa dijadikan
latar berfoto. Oh, terima kasih karung garam yang telah
menjadi tripod dadakan.

A moment of discovery. Saya selalu berusaha
untuk melihat hal-hal kecil sepanjang perjalanan.
Tulisan ini tergantung di dinding salah satu
gudang penyimpanan garam. Saya suka sekali
kata-katanya. Apakah saya percaya?
Anda?

Kincir angin untuk memompa air laut masuk
ke dalam kolam.

Gerbang loket pantai sendiri sudah bisa dilihat dari area pembuatan garam itu. Kami yang memakai mobil dikenai biaya masuk sebesar Rp 8.000,00. Menarik. Baru kali ini saya melihat tiket masuk suatu obyek wisata yang tak menghitung jumlah pengunjung di dalam kendaraan, melainkan hanya membebankan pada kendaraan apa yang dipakai.


Loket masuk Pantai Karang Jahe

Saya bergegas menuju pantai yang secara mengejutkan - ternyata berpasir putih, sepi dan bersih. Kalian pasti tahu bukan, kalau pantai pasir putih di garis pantai utara Pulau Jawa adalah bagai menemukan berlian di tambang emas. Hanya sedikit jumlahnya, dan sedikit pula yang berkondisi baik.


Pantai!!!

Saking terpesonanya, saya sampai tak mempedulikan panas menyengat dari matahari yang bak berada di atas kepala. Saya berkeliling pantai sendirian, sementara Mas Dwi yang tak tahan panas memilih untuk berteduh di bawah naungan pepohonan cemara laut.

Pantai ini lumayan luas, membentang dari ujung ke ujung. Pasir putihnya yang begitu halus membuat Pantai Karang Jahe terasa nyaman untuk melakukan berbagai aktivitas. Pengelola pantai sepertinya menyadari hal tersebut. Mereka pun menciptakan arena bermain voli pantai serta ATV disana. Kedua hal yang tak sempat saya coba karena keterbatasan waktu yang saya miliki.

Net voli pantai

Seorang pengunjung tampak tengah asyik mengendarai ATV
Ada pula sebuah dermaga sederhana yang terbuat dari kesatuan batang bambu. Sebuah kapal mesin kecil tampak menyandar ketika saya tiba. Kabarnya, kapal kecil itu bisa digunakan pengunjung yang hendak menyelam atau sekedar snorkeling di lepas pantai.

Kapal dan dermaga

Terima kasih batang penahan dermaga yang menjadi tripod
dadakan kedua selama perjalanan saya kemarin.

Saya benar-benar menikmati sejenak waktu yang saya miliki di tempat itu. Salah satu batang penopang dermaga saya jadikan semacam tripod bagi kamera pocket sehingga bisa puas mengabadikan diri. Saya juga sempat mengumpulkan berbagai macam cangkang kerang yang banyak terserak di sepanjang pantai.

Cangkang kerang yang saya kumpulkan.

Ini juga yang saya kumpulkan. Iya, saya memang kurang
kerjaan.


Buat saya, a good beach is kinda resemble with an apple, it gives you a lot of vitamins. Vitamin yang baik untuk seluruh bagian tubuh terutama mata. Siang itu, sebuah pantai di Kabupaten Rembang telah memberikan vitamin yang baik untuk mata saya. I'll definetely come back again someday.


I love Rembang dan terima kasih sudah mampir.

Salam Kupu-Kupu ^^d

No comments:

Post a Comment