Pages

Thursday, February 4, 2016

Terpuaskan Oleh Nasi Liwet Perempatan Kartasura



Begitu pesawat kami mendarat di Bandara Adi Soemarmo, satu pikiran yang langsung membayangi diri ini adalah: mencari makanan Indonesia! Saya benar-benar rindu akan masakan Indonesia. Satu minggu lebih berada di Arab Saudi membuat lidah saya terasa aneh. Efek dari kebanyakan makan makanan mereka yang cenderung berminyak, berlemak, bersantan dan sarat dengan bumbu. Saya butuh penyegaran sesegera mungkin.

Keluarga kami berpikir sejenak, kira-kira enaknya makan apa sementara waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Papa saya kemudian mengusulkan sego liwet atau nasi liwet. Huh?Bukankah itu makanan asli Solo? Apa kami harus pergi menuju ke Solo terlebih dahulu? Duh, keburu lapar!

Untunglah, Papa lantas menyuruh Mas Dwi - tetangga sekaligus sopir langganan keluarga kami - untuk pergi menuju ke arah Perempatan Kartasura. Katanya, disana juga banyak penjual nasi liwet dengan rasa yang tak kalah dengan para penjual nasi liwet asli Solo.

Jarak dari bandara menuju ke Perempatan Kartasura jauh lebih dekat dibandingkan jarak bandara menuju Solo. Setidaknya, hanya butuh waktu sekitar 15-20 menitan untuk sampai ke warung penjaja nasi liwet disana.

Warung-warung penjaja nasi liwet ini berdiri tepat di pinggir jalan raya penghubung Solo-Boyolali. Kalau dari arah Solo, kalian bisa menemukannya di kiri jalan mendekati arah Pasar Kartasura. Setidaknya, ada dua sampai tiga penjual yang terlihat di sekitar area itu. Mereka menempati emperan-emperan toko yang tutup ketika malam tiba.

Warung lesehan nasi liwet. Penjual-penjual disini sudah berjualan
sejak lama, bahkan sudah ada yang berganti generasi.

Kami memilih warung salah satu penjual yang terlihat paling komplit dibandingkan penjual lainnya. Warung itu menyediakan pula bebek goreng, suatu hal yang bisa dikatakan langka mengingat warung nasi liwet pada umumnya hanya menyediakan daging ayam saja.

Seorang wanita menyapa kami dan langsung membuatkan pesanan kami masing-masing. Pada dasarnya, nasi liwet adalah nasi yang ditanak memakai santan kelapa, air kaldu ayam, dan sejumlah bumbu seperti daun salam atau daun jeruk untuk memberikan aroma khas pada nasi.

Ibu penjual dengan cekatan membuatkan
pesanan kami.

Nasi yang sudah matang kemudian disajikan dengan jangan jipan atau sayur labu siam yang dimasak dengan kuah pedas, suwiran daging ayam, dan kumut - sejenis sajian dari santan kental yang dimasak dengan putih telur sehingga berubah padat.

Jangan jipan yang merah membara,

Berbagai lauk juga bisa ditambahkan untuk menambah kenikmatan memakan satu porsi nasi liwet. Warung yang kami datangi menyediakan: telur rebus, beraneka ragam potongan ayam yang sudah dimasak dengan bumbu opor, sate uritan (bakal calon telur ayam), tempe, serta kerupuk rambak. Selain itu, mereka juga menyediakan ayam goreng dan bebek goreng yang bisa dimakan dengan nasi biasa atau nasi liwet.

Aneka lauk yang bisa dipilih pembeli

Dibandingkan warung nasi liwet yang pernah kami datangi di Solo, porsi nasi liwet di tempat itu jauh lebih banyak. Saya sampai meminta kepada ibu penjual untuk mengurangi nasi menjadi setengah, dan tetap merasa banyak.

Ini setengah porsi loh. Catat, setengah porsi. Oh! Nasi liwet
memang harus disajikan di atas daun pisang semacam ini.
Dulu, bahkan cuma sebatas daun tanpa ada piring lagi alias
pincuk.

Soal rasa? Benar kata Papa, tak kalah sama nasi liwet asli Solo. Baru ambil sesuap rasanya langsung sanggup meruntuhkan segala keanehan yang menempel di lidah pasca kebanyakan masakan Arab. Perpaduan antara rasa gurih, manis dan pedas khas masakan Jawa memang tak tergantikan dan terbantahkan lagi. Itu kenikmatan yang benar-benar saya rindukan.

Dan bagian paling memuaskan dari nasi liwet Perempatan Kartasura ini adalah harganya yang terjangkau. Bayangkan, enam porsi nasi liwet, minuman dan aneka lauk pauk yang kami ambil, ditambah dua porsi nasi liwet yang dibungkus dan setengah porsi nasi liwet tambahan untuk Papa, eh cuma habis 100 ribuan!

Serius. Sejauh apapun kita pergi, masakan daerah sendiri memang tetap yang terbaik. Sudah enak, murah lagi. Pokoknya puassss!


Salam kupu-kupu dan mari menjadi pejalan yang bertanggungjawab. ^^d

No comments:

Post a Comment