Tim II KKN-PPM Desa Serangan Minus Galih dan Meli |
Salah seorang sahabat saya pernah berkata, "jangan pernah mengeluh sebelum kamu menjalaninya".
Well, sekarang sepertinya saya paham dengan apa yang dia maksud. Tepatnya setelah mengalami sendiri peristiwa yang membuat saya menyadari arti pesan itu. Sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Semarang, KKN (Kuliah Kerja Nyata) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa bila ingin segera hengkang dari kampus tercinta. Saya yang notabenenya merupakan mahasiswa yang hendak memasuki semester 7 (tua amirr >.<) akhirnya terpaksalah mengikuti Kuliah Kerja Nyata pada akhir semester 6 kemarin. Jujur, semua serba terpaksa. Bayangkan saja, KKN kali ini bertepatan dengan bulan puasa yang berarti saya harus merelakan semua makanan enak menu buka puasa di rumah dan kehilangan momen-momen ramadhan bersama keluarga dan para tetangga di kampung. Malas banget gak sih? Apalagi entah bagaimana caranya kemudian saya terpilih secara random menjadi kordinator desa (Kordes) alias ketua tim yang diturunkan di suatu desa. Tiap malam ada saja undangan rapat, harus pula menabah-nabahkan diri menjarkomi anggota-anggota tim saya satu-satu, memimpin rapat tim, membuat Laporan Rencana Kegiatan (LRK), beserta segala tetek bengek yang lain. Ahh, pokoknya riweuh banget. Belum lagi melihat kondisi desa tempat tim kami ditempatkan. Argh semuanya bikin malas. MALAS TOTAL.
Tapi akhirnya saya mengakui saya harus menelan semua keluhan dan rasa malas saya.
Tidak tanggung-tanggung semua itu terjadi dalam satu hari saja setelah penempatan tim kami di Desa Serangan, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Beberapa hal telah benar-benar membuka mata saya bahwa inilah Kuliah Kerja Nyata yang sebenarnya, suatu hal yang ternyata enak dan mengasyikan.
Hal pertama yang membuat saya tersadar adalah teman-teman saya satu tim. Pada awalnya sih saya melihat mereka dengan agak-agak ngeri, bagaimana tidak tampang mereka banyak yang garang serta adapula orang yang bikin ribet. Kenyataannya? Mereka semua orang yang asyik man! Bahkan mereka termasuk ke dalam deretan orang-orang terbaik yang pernah saya temui sepanjang masa kehidupan saya. Mereka bisa menerima saya apa adanya, dan bisa saling mengerti kondisi dan karakteristik teman-teman lain yang notabene berbeda latar belakangnya. Mereka orang yang sangat santai, namun tetap bertanggungjawab. Mereka orang-orang yang bisa menghargai perbedaan serta kreatif di dalam segala hal. Mereka pula orang-orang yang asyik diajak bercanda, serta berbagi suka maupun duka. Sumpah saya beruntung banget bisa bertemu dan berbagi bersama mereka. Malah meskipun yang menjadi Kordes disini adalah diri saya, tapi dengan adanya mereka, saya seolah-olah tidak bekerja apa-apa. Justru saya yang merasa dibantu dan dilindungi oleh mereka. Oh beruntungnya saya. *sujud syukur*
Hal pertama yang membuat saya tersadar adalah teman-teman saya satu tim. Pada awalnya sih saya melihat mereka dengan agak-agak ngeri, bagaimana tidak tampang mereka banyak yang garang serta adapula orang yang bikin ribet. Kenyataannya? Mereka semua orang yang asyik man! Bahkan mereka termasuk ke dalam deretan orang-orang terbaik yang pernah saya temui sepanjang masa kehidupan saya. Mereka bisa menerima saya apa adanya, dan bisa saling mengerti kondisi dan karakteristik teman-teman lain yang notabene berbeda latar belakangnya. Mereka orang yang sangat santai, namun tetap bertanggungjawab. Mereka orang-orang yang bisa menghargai perbedaan serta kreatif di dalam segala hal. Mereka pula orang-orang yang asyik diajak bercanda, serta berbagi suka maupun duka. Sumpah saya beruntung banget bisa bertemu dan berbagi bersama mereka. Malah meskipun yang menjadi Kordes disini adalah diri saya, tapi dengan adanya mereka, saya seolah-olah tidak bekerja apa-apa. Justru saya yang merasa dibantu dan dilindungi oleh mereka. Oh beruntungnya saya. *sujud syukur*
Kami Waktu Expo |
Hal kedua yang membuat saya tersadar adalah suasana desa tempat kami mengabdikan diri. Desa yang semula saya kira tidak asyik sama sekali eh ternyata lumayan juga kok. Saya justru bersyukur ditempatkan di Desa Serangan. Pertama, karena mobil bisa masuk ke dalam desa. Kedua, karena di desa sudah tersedia air bersih dan listrik yang mencukupi. Banyak teman-teman tim lain yang mengeluh karena kedua hal tersebut. Namun di Desa Serangan, alhamdulillahnya semua tersedia. Mobil pun bisa masuk ke dalam desa sehingga memudahkan untuk angkut-angkut barang. Selama KKN kami tinggal di rumah salah satu warga yang masih merupakan saudara jauh dari Pak Lurah, Bu Hanifah namanya. Bu Hanifah ini orang yang sangat sabar. Kami yang selalu ramai di dalam rumah dan suka membuat berantakan isi rumah tetap ditanggapi Bu Hanifah dengan senyuman. Para tetangga dan juga seluruh warga Desa Serangan juga ramah terhadap kami terutama anak-anak kecil disana yang selalu setia memanggil nama kami satu-satu tiap kami lewat di depan mereka. Berasa artis deh heheh.
Foto Bareng bersama Bu Hanifah dan Oka |
Hal terakhir yang membuat saya sadar dan merupakan hal paling berat saya tinggalkan adalah suasana saat KKN itu sendiri. KKN bagi saya pribadi sebenarnya bagaikan tengah berwisata ke suatu desa bersama teman-teman satu tim. Setiap hari yang ada ya cuma having fun bersama teman-teman satu tim. Program KKN jalan, senang-senang juga jalan. Saya jadi teringat semua memori tentang masa-masa KKN kemarin. Teringat setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu sore memberikan bimbingan belajar kepada anak-anak Desa Serangan yang selalu saja penuh semangat di tengah keterbatasan mereka. Teringat setiap sore menjelang buka puasa menyambangi Bonang Mart satu-satunya supermarket seantero kecamatan demi mencari teh dingin atau susu botolan. Ataupula jalan-jalan ke kecamatan sebelah yakni Kecamatan Wedung demi mencari es degan atau es buah untuk berbuka puasa. Teringat Bu Hanifah yang selalu membuatkan menu buka puasa dengan heboh dan membangunkan kami manakala waktu sahur tiba. Teringat suasana riuh manakala kami semua sedang bermain berbagai macam kartu mulai dari UNO, remi, hingga domino. Teringat jalan-jalan kami ke Kota atau ke Pantai Bandengan yang seru banget. Itu semua dan beberapa kenangan lain seolah-olah masih enggan untuk pergi dari otak ini. Dan itu membuat saya merindukan masa-masa KKN di Desa Serangan. Huhuh.
Corang-Moreng Setelah Main Kartu |
Waktu Ngajar |
Penyesalan selalu datang terlambat. Bagi saya, 30 hari itu waktu yang sangat singkat. Jujur, hingga detik ini saya masih belum rela KKN telah berakhir. Entah kenapa, setelah KKN berakhir saya merasa ada yang hilang di dalam diri saya. Contoh kecilnya, setiap saya bangun atau hendak tidur saya sering merasa kesepian. Biasanya di tempat KKN pasti ada orang yang tidur di sebelah saya, tapi kini di sebelah kanan kiri saya hanya ada guling yang jelas-jelas tidak bisa berbicara ataupun bergerak (Hii, ngeri juga ding kalau guling saya bisa bicara dan gerak-gerak sendiri. >.<). Intinya, saya merasakan kehilangan ketika KKN telah berakhir. Teruntuk Galih, Ratih, Dian, Mas Febry, Meli, Puji, Putri, Dito, dan Radita. Terima kasih telah menemani dan berbagi bersama saya selama satu bulan kemarin. Terima kasih atas segala kenangan indah yang telah kalian berikan. Kenangan yang akan terus saya simpan di dalam hati ini. Sekali lagi terima kasih dan semoga kita bisa berjumpa lagi di lain kesempatan. Saya pasti akan merindukan kalian beserta segala senyum dan tingkah polah kalian. Teruntuk teman-temanku yang belum merasakan Kuliah Kerja Nyata, percayalah KKN tidak seburuk yang kalian bayangkan. KKN is NOT that bad, yet KKN is fun. Trust me!
Full Team in Bandengan Beach |
Salam Kupu-Kupu
P.S. Saya mau jujur nih, saya sudah dua kali menangis selepas usai masa KKN. Alasannya? Saya kangen berat sama teman-teman satu tim. Saya sering berandai-andai kepulangan saya cuma sementara terus kembali lagi ke Desa bersama teman-teman satu tim. Sayang, hal itu tak bisa terulang kembali. Huhuh. Btw, saya cengeng ya? Biarin weekk. Kalau kata Mas Febry sih, masalah buat lo? *dengan nada sok cool dan mata penuh tatapan listrik* Ahahah. ^^d
keren deh Ngga..aku juga pingin bisa mendapatkan pengalaman KKn, sayang seumur umur aku tidak akan pernah mendapatkannya:(
ReplyDeletekeep writing, good job!!!
Heheh iya mey makasih. :)
ReplyDeleteasik kok mey KKN itu, beneran deh.