Saya bukanlah seorang perencana yang handal. Saya mengakuinya. Bukan berarti semua rencana saya gagal berantakan, tapi terkadang terjadi dengan sedikit "miss" disana sini. Ada sih yang benar-benar gagal namun saya selalu berusaha untuk mengakalinya manakala masih berada di batas kemampuan saya. Err. Saya sebenarnya tidak akan membahas tentang "perencanaan" dalam post saya ini, tapi akan ada korelasinya dengan itu. Saya merupakan tipe orang yang tidak ingin masa tua nanti kelak saya habiskan dengan rasa penyesalan dan kesia-siaan semata. Untuk itulah, saya semacam punya bucket list dalam hidup ini. Hah? Bucket list? Oh, singkatnya itu adalah semacam daftar-daftar yang ingin saya lakukan sebelum meninggal kelak. Terdengar sedikit ngeri ya? Tapi bagi saya, bucket list justru menjadi sejenis motivasi bagi diri untuk bertindak dalam rangka membuat list-list harapan menjadi terkabul suatu saat nanti. Saat traveling pun saya juga punya bucket list sendiri berisikan daftar-daftar tempat atau kegiatan yang ingin saya lakukan saat traveling. And yes, postingan kali ini akan menceritakan pengalaman saya dalam mencoret salah satu poin di bucket list traveling karena officially I made it! Salah satu poin tersebut adalah trekking ke Pulau Sempu demi melihat dengan mata kepala sendiri Segara Anakan yang tersohor itu. Cihuii!
Menuju Pulau Sempu bukanlah perkara yang mudah bagi kami, terutama bagi saya pribadi. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, saya mengendarai motor selama hampir 6 jam dalam satu hari dan itu tanpa digantikan oleh siapapun. Nah jadi kemarin, tanggal 17 November 2012 saya bersama kedua teman saya Uul dan Yanta beserta salah satu teman Yanta, si Doni-yang menjadi dewa penolong selama perjalanan nekat kami ke Jawa Timur akhirnya berangkat juga ke Pulau Sempu. Highlight dari perjalanan nekat kami ke Jawa Timur. Dengan berbekal motor yang dipinjami Doni, kamipun menempuh perjalanan sejauh hampir 120 Km dari rumah Doni di Kabupaten Blitar menuju ke Pulau Sempu. Saya memboncengkan Uul waktu itu, sedangkan Yanta bersama Doni. Ahh waktu berasa berjalan dengan sangat lambat dan sejauh mata memandang hanyalah jalan yang tak berujung (oke ini sedikit lebay). Belum lagi kondisi jalan sehabis melewati Turen merupakan jalan yang melewati perbukitan sehingga mata harus selalu waspada dan jalan lebih pelan karena jalanan yang dilewati lumayan sempit, berkelak-kelok serta naik turun dengan fantastisnya. 2,5 jam waktu yang dibutuhkan untuk menuju Pantai Sendang Biru yang merupakan titik terakhir sebelum menyeberang ke Pulau Sempu dari rumah si Doni di Blitar. Kami datang agak terlambat dari jadwal yang telah kami tentukan sebelumnya karena bangun kesiangan (yah, kecuali si Uul), rasa capek dari mendaki Gunung Kelud sehari sebelumnya sepertinya telah sukses meninabobokan kami lebih lama. Hahah.
Setelah membayar sebesar Rp 16.000,00 untuk dua orang ditambah parkir sebesar Rp 2.000,00 per motor sebagai syarat memasuki Pantai Sendang Biru, kamipun bergegas mencari Pos Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu. Jadi, setiap orang yang hendak menuju Pulau Sempu diwajibkan untuk meminta ijin dan melaporkan diri terlebih dahulu kepada petugas di Pos RKW Pulau Sempu. Dengan percaya dirinya, kami berempat pun segera masuk dan mengantri di dalam ruangan Pos RKW, beberapa rombongan dan wisatawan lain telah sukses mendapatkan ijin dari petugas. Tibalah giliran kami, Yanta pun maju menghadapi Bapak Petugas yang sekilas terlihat tegas dan galak. Beginilah percakapan yang terjadi di antara kami:
Bapak Petugas: "Kalian dari mana?"
Yanta : "Salatiga pak."
Bapak Petugas: "Salatiga mana? Jawa Tengah? (eh, emang ada Salatiga selain di Jawa
Tengah?)"
Yanta : "Iya pak, di Jawa Tengah."
Saya, Uul dan Doni pun ikut mendekati si Bapak. Pertanyaan selanjutnya adalah pertanyaan yang membuat kami merasa sangat awkward dan terdiam membisu.
Bapak Petugas: "Mau kemana? Pulau Sempu? Berapa orang?"
Uul : "Iya pak mau ke Pulau Sempu, ya berempat ini saja pak"
Bapak Petugas: " Ada yang sudah pernah kesana?" *nada penuh selidik*
Salah satu diantara kami (saya lupa): "Belum pak!" *nada lempeng*
Bapak Petugas: "Lho? Kalau tidak ada yang pernah kesana kalau ntar disana terjadi apa-
apa bagaimana? Siapa yang bertanggung jawab??" *nada mulai meninggi
dan mengintimidasi*
JEGLARRRR!! Mampuslah kami! Masa iya, sudah jauh-jauh dari Salatiga tidak diperkenankan masuk. Huhuh. Kamipun cuma diam seribu bahasa dan saling pandang dengan tatapan memelas.
Bapak Petugas: "Jadi begini, Pulau Sempu itu merupakan Kawasan Cagar Alam yang luas
dan cukup berbahaya, kalau tidak ada dari kalian yang pernah kesana....
bla bla bla..." *nada masih tinggi*
Saya : "Err, maaf pak kalau kita biar barengan sama rombongan yang tadi sudah
dapat ijin boleh tidak ya? ngikut aja pak dari belakang." *deg-degan*
Bapak Petugas: "Kalian sudah ngomong sama mereka? Sana ngomong dulu sama mereka
nanti balik kesini lagi."
Saya dan Yanta pun langsung ngacir keluar mengejar rombongan di depan kami. Rombongan itu terdiri dari 8 orang, mahasiswa dan mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Setelah meminta tolong dengan muka memelas, mereka pun mengijinkan kami untuk bergabung dengan mereka. Kebetulannya mereka juga cuma one day trip doang alias tidak pakai acara menginap di Segara Anakan. Asik. Sang ketua rombongan pun mengikuti saya dan Yanta untuk kembali mengurus perijinan ke Bapak Petugas Pos RKW tadi. Dan akhirnya saudara-saudari Surat Bukti Lapor Pulau Sempu sudah berhasil kami amankan sehabis membayar ijin masuk sebesar Rp 20.000,00. Yihaaaaa!!!
Rombongan anak ITS itupun mengajak kami untuk naik satu kapal. Waduh, saya sempat parno takut kapalnya tidak cukup. Tapi ternyata, kapalnya muat-muat aja tuh untuk kami yang berduabelas. Segera setelah membayar Rp 100.000,00 untuk ongkos sewa, kapal kamipun melaju membelah lautan menuju ke Pulau Sempu. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke Pulau Sempu dari Pantai Sendang Biru, paling sekitar 10-15 menitan kami sudah menjejakan kaki di kawasan cagar alam tersebut. Aaah seneng banget rasanya. Tapi eh tapi, petualangan yang sebenarnya baru akan dimulai. Segara Anakan (Segoro Anakan) telah menanti kami semua di dalam sana. Tantangan dimulai, kami harus berjalan menembus hutan tropis nan lebat untuk mencari sang laguna tersembunyi itu. Beruntunglah kami, meskipun sepertinya hari sebelumnya turun hujan tapi tidak membuat tanah yang kami injak menjadi becek. Agak licin sih, tapi akar-akar pepohonan yang malang melintang sepanjang jalan justru menjadi semacam bantuan bagi kami. Perlahan-lahan kamipun terus masuk ke dalam hutan, sesekali kami berpapasan dengan pengunjung lain yang hendak pulang dan tak jarang ucapan penyemangat bagi kami terlontar dari mulut mereka. Yosh semangat! Selama perjalanan kemarin, kami juga disapa beberapa satwa penghuni Pulau Sempu seperti monyet ekor panjang, beraneka macam burung cantik bahkan saya bertemu dengan biawak! Untunglah kami tidak bertemu dengan macan dahan (Neofelis nebulosa) atau macan tutul (Panthera pardus) yang konon kabarnya juga mendiami pulau tersebut. Hiii!
Kaki kamipun terus melangkah, beberapa batang pohon besar yang melintang di jalan terkadang cukup menyusahkan. Tapi kami tak patah arang. Sesekali kami berhenti sejenak untuk menghela napas sekaligus menghilangkan dahaga. Setelah kurang lebih 1,5 jam trekking akhirnya kami melihatnya! Kami melihat sang laguna tersembunyi itu. Kamipun bergegas menuju ke Segara Anakan yang ternyata penuh oleh pengunjung. Ada yang mendirikan tenda di pinggir laguna, adapula yang terlihat tengah bermainan air. Akhirnya, kami bisa melihat Segara Anakan dengan mata kepala kami sendiri. Memang luar biasa indah, airnya berwarna biru kehijauan ditambah pasir yang berwarna putih berlatar belakang hutan hijau terlihat sejauh mata memandang. Air Segara Anakan berasal langsung dari Samudera Hindia yang masuk melalui lubang di tebing karang yang di pinggir laguna. Kejadian inipun berlangsung terus menerus hingga menciptakan ombak-ombak kecil nan tenang di Segara Anakan. Aaaaa damai banget deh meski dalam kondisi ramai pengunjung sekalipun. Kita juga bisa melihat Samudera Hindia yang membentang luas dari atas tebing karang yang terletak di pojok depan Segara Anakan. Teman saya Uul bahkan beruntung bisa melihat lumba-lumba yang melompat di Samudera Hindia dari atas tebing karang tersebut. Saran saya, berhati-hatilah kalau memutuskan ke tebing karang itu. Karang-karangnya tajam dan dapat menggores serta melukai kaki kalau kurang waspada. Sayangnya, Pulau Sempu kini mulai ternoda. Beberapa sampah terlihat mulai mengotori pinggir Segara Anakan bahkan di sepanjang hutan yang kami lewati. Duh sayang banget pokoknya.
Nah buat yang berencana hendak mengunjungi Pulau Sempu dan trekking demi mencari Segara Anakan berikut ini saya berikan semacam do's and don'ts. Semoga berguna! :)
Do's :
1. Rencanakan dengan matang kalian akan pergi ke Pulau Sempu dengan menggunakan apa, baik kendaraan pribadi maupun umum bisa menuju ke Pantai Sendang Biru dengan mudah kok. Walau yah kalau memutuskan pakai kendaraan umum akan diribetkan dengan oper yang berkali-kali dan harus sabar menunggu penumpang penuh. Perhatikan pula kalian berencana datang ke Pulau Sempu dalam musim apa, paling oke memang berjalan di musim panas dimana jalur trek tidak becek dan kering. Berbeda kalau kalian berjalan di musim penghujan yang jalur trek terkadang becek dan licin sehingga memperlambat sampai ke Segara Anakan. Kalau menyukai tantangan, bisa tuh coba jalan di musim penghujan seperti kami. Hihihih. *dilempar galon air mineral*
2. Jikalau kalian memutuskan untuk berkemah dan menginap di Pulau Sempu, bawa perlengkapan berkemah kalian sendiri dan cek dulu kelaikannya sebelum berangkat. Ada sih persewaan alat camping gitu di dekat Pos RKW, tapi lebih enak kalau bawa punya sendiri kan? :D
3. Bawa pakaian yang senyaman mungkin dan bisa membuat kalian bebas bergerak. Usahakan jangan pakai yang berbahan jeans, sungguh pengalaman kemarin saya gak nyaman banget. Berasa kurang bebas bergerak dan bikin cepat panas walaupun memang tebal. Kalau bisa, pakai bawahan yang panjang saja agar bisa meminimalisasi terjadinya luka akibat gesekan kulit dengan akar ataupun batang pohon yang malang melintang. Bawa pula alas kaki yang nyaman, tidak bikin gerah, tidak licin dan yang terpenting bisa melindungi kaki kalian. Sandal gunung sangat membantu loh.
4. Bawalah bekal makanan, minuman dan obat-obatan kalian sendiri. Pulau Sempu adalah pulau tak berpenghuni (Uhm, selain para binatang) dan tak akan ada pedagang yang berjualan disana apalagi 7-eleven, alfamart, maupun indomart. Buang jauh-jauh fantasi kalian hahah. Untuk obat-obatan minimal bawalah salep atau koyo penurun rasa pegal-pegal, obat merah dan juga plester penutup luka.
5. Usahakan pergi berombongan atau berkelompok, selain lebih aman juga biar bisa menekan biaya sewa perahu, perijinan dan sebagainya. Kalau cuma sendiri atau berdua sok kenal saja sama rombongan lain atau kalau tidak mau repot ya menyewa pemandu. Banyak nelayan yang mau jadi pemandu kok.
6. Setelah sampai Pantai Sendang Biru, segera daftar dan laporkan diri kalian di Pos Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu. Isi form suratnya dan bayarlah retribusi masuk yang hitung-hitung sebagai amal untuk perlindungan lingkungan di pulau yang terletak di ujung Malang tersebut.
7. Bersikap ramah dengan alam maupun dengan sesama manusia yang ditemui selama berada di Pulau tersebut.
8. Bawa handphone atau gadget kalian, sinyal kartu perdana saya lancar-lancar aja tuh selama berada di tempat pengedropan penumpang dan di Segara Anakan juga lancar jaya. Sinyal handphone nyaris tidak ada pada saat saya tengah berada di dalam hutan saja. Bawa handphone penting banget buat menelepon nelayan untuk menjemput kita sekaligus buat nyirik-nyirikin teman loh. Hahahah. *ditabok ramai-ramai*
9. Pengalaman kami banget selama trekking kemarin adalah kapal yang datang (sangat) terlambat untuk menjemput kami. Sepertinya nelayan disana ber-mindset salah yakni sekalian menjemput sekalian antar pengunjung baru, jadi kalau belum dapat pengunjung ya entar-entaran jemput kita. Konyol? Banget! Oleh karena itu, catat dengan benar nomer handphone si nelayan terus kalau perlu semua orang dalam rombongan juga simpan itu nomer. Nanti ketika trekking akan ada batang pohon besar yang kalau kita mau melewatinya harus berjalan merunduk, nah kabari si nelayan di titik itu. Bilang saja 10 menit lagi sampai dan mohon segera menjemput. Dengan begitu semoga tidak terlalu lama menunggu jemputan. And yes, kenapa saya menyarankan semua anggota rombongan punya nomer handphone si nelayan? jaga-jaga kalau trik tadi tidak berhasil dan si nelayan tetap nakal maka bombardirlah handphonenya dengan telepon dan sms. Sometimes , you need to do bad when you're facing bad people too. Hahah. :D
Don'ts:
1. Berjalan keluar dari jalur trekking yang telah ditetapkan. Berbahaya banget. Asli, kecuali kalau anda memang sudah hafal di luar kepala rute-rute di Pulau Sempu. It's a big no no, terjebak di pulau yang sama sekali tidak ada manusia penghuninya dan banyak binatang yang bahkan kalian tidak tahu seberapa tingkat keagresifannya berkeliaran. Argh!
2. Bertindak sembrono. Bertindak sembrono misalnya kalian nekat melipir keluar jalur sebentar tanpa memberitahu anggota rombongan yang lain demi bernarsis ria atau buang air kecil. Bilang saja kepada teman-teman kalian dan suruh mereka menunggu. Again, it's not okay kalau kalian tertinggal dan tak tahu jalaaan pulaaangg huwooo. *Butiran Debu mode on*
3. Menjadi parasit bagi anggota rombongan yang lain. Percayalah, ini sangat gak banget! Rawan menciptakan konflik berdarah di suatu pulau tak berpenghuni pula. Hohoh. Bersikaplah bijaksana dan percayalah pada diri dengan harapan dan keyakinan. *tips absurd berbekal lirik lagu, hayo ada yang tahu?* :p
4. Mengabaikan limit yang kalian miliki. Baiklah kita mengakui setiap orang memiliki batasan diri masing-masing dalam segala hal termasuk dalam menghadapi alam. Jadi, jangan malu minta berhenti sebentar untuk istirahat kepada teman-teman kalian kalau anda merasa tidak kuat dan terlalu capek. Apalagi melihat kondisi medan yang berbeda-beda tergantung musimnya dimana terkadang berjalan menuju Segara Anakan saja bisa memakan waktu 3-4 jam lebih! Percayalah, teman-teman kalian akan mengerti dan pasti akan sigap membantu kalian.
5. Mendekati tebing karang berlubang tempat keluar masuknya air dari Samudera Hindia. Please, kalau masih sayang sama nyawa kalian jangan lakukan itu. Bapak Petugas dari Pos RKW bahkan berkali-kali mengingatkan kami akan hal tersebut karena banyak sekali pengunjung yang telah menjadi korban karena terpesona dengan keindahannya. Kita tidak akan pernah tahu seberapa besar ombak yang menghantam dinding balik tebing karang itu plus tebing karang itu tajamnya minta ampun. Berhati-hati pula lah kalau kita menuju ke tebing karang besar di pojok depan Segara Anakan, tentu kita tidak mau tercebur langsung ke Samudera Hindia yang dalam dan luas kan? Untuk menambah kesan bahayanya, si Bapak Petugas pun menunjukkan foto-foto para korban dari tebing karang berlubang. Argh, saya selalu merinding kembali setiap mengingatnya. :(
6. At last but not least, merusak alam dan mengotori Pulau Sempu. Sekali lagi jangan. Saya kemarin saja sudah lumayan sedih melihat mulai banyaknya sampah yang ditinggalkan para pengunjung tak bertanggung jawab dan tak tahu tata krama. Ayolah, jaga obyek wisata dan lingkungan kita bersama. Bawa saja lagi sampah yang kita hasilkan lalu bersabarlah sampai di Pantai Sendang Biru. Disana akan banyak tempat sampah kok.
Sekali lagi, salah satu list dalam bucket list saya pun terhapus. Sang laguna tersembunyi di ujung Malang telah berhasil kami temukan dalam perjalanan nekat kami di Blitar-Kediri-Malang. Perjalanan ke Pulau Sempu sekaligus menjadi penutup jalan-jalan luar biasa kami di Jawa Timur. Butuh pengorbanan memang untuk menuju ke Pulau Sempu. Namun percayalah semua pengorbanan kita baik tenaga, waktu, maupun uang kalian akan terbayar lunas dengan keindahan yang akan kita dapatkan ketika berada disana. Everything paid off in a beutiful way. :)
Dasi bwayo dan Salam Kupu-Kupu ^^d
P.S. Sekali lagi, saya hendak mengucapkan terima kasih kepada Doni yang telah sudi menampung kami dan juga kepada kakak-kakak (sok muda nih saya *plak*) rombongan ITS yang telah menyelamatkan sekaligus membantu kami. Maafkan otak saya yang tidak mampu mengingat kembali nama-nama kalian. Huhuh. >,<
Pantai Sendang Biru dan Kapal-Kapal Nelayan |
Kapal dan Pulau Sempu di Latar Belakang |
Setelah membayar sebesar Rp 16.000,00 untuk dua orang ditambah parkir sebesar Rp 2.000,00 per motor sebagai syarat memasuki Pantai Sendang Biru, kamipun bergegas mencari Pos Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu. Jadi, setiap orang yang hendak menuju Pulau Sempu diwajibkan untuk meminta ijin dan melaporkan diri terlebih dahulu kepada petugas di Pos RKW Pulau Sempu. Dengan percaya dirinya, kami berempat pun segera masuk dan mengantri di dalam ruangan Pos RKW, beberapa rombongan dan wisatawan lain telah sukses mendapatkan ijin dari petugas. Tibalah giliran kami, Yanta pun maju menghadapi Bapak Petugas yang sekilas terlihat tegas dan galak. Beginilah percakapan yang terjadi di antara kami:
Bapak Petugas: "Kalian dari mana?"
Yanta : "Salatiga pak."
Bapak Petugas: "Salatiga mana? Jawa Tengah? (eh, emang ada Salatiga selain di Jawa
Tengah?)"
Yanta : "Iya pak, di Jawa Tengah."
Saya, Uul dan Doni pun ikut mendekati si Bapak. Pertanyaan selanjutnya adalah pertanyaan yang membuat kami merasa sangat awkward dan terdiam membisu.
Bapak Petugas: "Mau kemana? Pulau Sempu? Berapa orang?"
Uul : "Iya pak mau ke Pulau Sempu, ya berempat ini saja pak"
Bapak Petugas: " Ada yang sudah pernah kesana?" *nada penuh selidik*
Salah satu diantara kami (saya lupa): "Belum pak!" *nada lempeng*
Bapak Petugas: "Lho? Kalau tidak ada yang pernah kesana kalau ntar disana terjadi apa-
apa bagaimana? Siapa yang bertanggung jawab??" *nada mulai meninggi
dan mengintimidasi*
JEGLARRRR!! Mampuslah kami! Masa iya, sudah jauh-jauh dari Salatiga tidak diperkenankan masuk. Huhuh. Kamipun cuma diam seribu bahasa dan saling pandang dengan tatapan memelas.
Bapak Petugas: "Jadi begini, Pulau Sempu itu merupakan Kawasan Cagar Alam yang luas
dan cukup berbahaya, kalau tidak ada dari kalian yang pernah kesana....
bla bla bla..." *nada masih tinggi*
Saya : "Err, maaf pak kalau kita biar barengan sama rombongan yang tadi sudah
dapat ijin boleh tidak ya? ngikut aja pak dari belakang." *deg-degan*
Bapak Petugas: "Kalian sudah ngomong sama mereka? Sana ngomong dulu sama mereka
nanti balik kesini lagi."
Saya dan Yanta pun langsung ngacir keluar mengejar rombongan di depan kami. Rombongan itu terdiri dari 8 orang, mahasiswa dan mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Setelah meminta tolong dengan muka memelas, mereka pun mengijinkan kami untuk bergabung dengan mereka. Kebetulannya mereka juga cuma one day trip doang alias tidak pakai acara menginap di Segara Anakan. Asik. Sang ketua rombongan pun mengikuti saya dan Yanta untuk kembali mengurus perijinan ke Bapak Petugas Pos RKW tadi. Dan akhirnya saudara-saudari Surat Bukti Lapor Pulau Sempu sudah berhasil kami amankan sehabis membayar ijin masuk sebesar Rp 20.000,00. Yihaaaaa!!!
Surat Bukti Lapor |
Rombongan anak ITS itupun mengajak kami untuk naik satu kapal. Waduh, saya sempat parno takut kapalnya tidak cukup. Tapi ternyata, kapalnya muat-muat aja tuh untuk kami yang berduabelas. Segera setelah membayar Rp 100.000,00 untuk ongkos sewa, kapal kamipun melaju membelah lautan menuju ke Pulau Sempu. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke Pulau Sempu dari Pantai Sendang Biru, paling sekitar 10-15 menitan kami sudah menjejakan kaki di kawasan cagar alam tersebut. Aaah seneng banget rasanya. Tapi eh tapi, petualangan yang sebenarnya baru akan dimulai. Segara Anakan (Segoro Anakan) telah menanti kami semua di dalam sana. Tantangan dimulai, kami harus berjalan menembus hutan tropis nan lebat untuk mencari sang laguna tersembunyi itu. Beruntunglah kami, meskipun sepertinya hari sebelumnya turun hujan tapi tidak membuat tanah yang kami injak menjadi becek. Agak licin sih, tapi akar-akar pepohonan yang malang melintang sepanjang jalan justru menjadi semacam bantuan bagi kami. Perlahan-lahan kamipun terus masuk ke dalam hutan, sesekali kami berpapasan dengan pengunjung lain yang hendak pulang dan tak jarang ucapan penyemangat bagi kami terlontar dari mulut mereka. Yosh semangat! Selama perjalanan kemarin, kami juga disapa beberapa satwa penghuni Pulau Sempu seperti monyet ekor panjang, beraneka macam burung cantik bahkan saya bertemu dengan biawak! Untunglah kami tidak bertemu dengan macan dahan (Neofelis nebulosa) atau macan tutul (Panthera pardus) yang konon kabarnya juga mendiami pulau tersebut. Hiii!
Salah satu batang pohon yang harus saya lompati. Perhatian, yang lebih besar banyak! |
Hore Segara Anakan mulai kelihatan! |
Kaki kamipun terus melangkah, beberapa batang pohon besar yang melintang di jalan terkadang cukup menyusahkan. Tapi kami tak patah arang. Sesekali kami berhenti sejenak untuk menghela napas sekaligus menghilangkan dahaga. Setelah kurang lebih 1,5 jam trekking akhirnya kami melihatnya! Kami melihat sang laguna tersembunyi itu. Kamipun bergegas menuju ke Segara Anakan yang ternyata penuh oleh pengunjung. Ada yang mendirikan tenda di pinggir laguna, adapula yang terlihat tengah bermainan air. Akhirnya, kami bisa melihat Segara Anakan dengan mata kepala kami sendiri. Memang luar biasa indah, airnya berwarna biru kehijauan ditambah pasir yang berwarna putih berlatar belakang hutan hijau terlihat sejauh mata memandang. Air Segara Anakan berasal langsung dari Samudera Hindia yang masuk melalui lubang di tebing karang yang di pinggir laguna. Kejadian inipun berlangsung terus menerus hingga menciptakan ombak-ombak kecil nan tenang di Segara Anakan. Aaaaa damai banget deh meski dalam kondisi ramai pengunjung sekalipun. Kita juga bisa melihat Samudera Hindia yang membentang luas dari atas tebing karang yang terletak di pojok depan Segara Anakan. Teman saya Uul bahkan beruntung bisa melihat lumba-lumba yang melompat di Samudera Hindia dari atas tebing karang tersebut. Saran saya, berhati-hatilah kalau memutuskan ke tebing karang itu. Karang-karangnya tajam dan dapat menggores serta melukai kaki kalau kurang waspada. Sayangnya, Pulau Sempu kini mulai ternoda. Beberapa sampah terlihat mulai mengotori pinggir Segara Anakan bahkan di sepanjang hutan yang kami lewati. Duh sayang banget pokoknya.
Karang Berlubang Tempat Masuknya Air |
Segara Anakan dari Atas Tebing. Cantik! |
Pemandangan Samudera dari Tebing Karang |
Searah Jarum Jam: Uul, Saya, Yanta, dan Doni |
Nah buat yang berencana hendak mengunjungi Pulau Sempu dan trekking demi mencari Segara Anakan berikut ini saya berikan semacam do's and don'ts. Semoga berguna! :)
Do's :
1. Rencanakan dengan matang kalian akan pergi ke Pulau Sempu dengan menggunakan apa, baik kendaraan pribadi maupun umum bisa menuju ke Pantai Sendang Biru dengan mudah kok. Walau yah kalau memutuskan pakai kendaraan umum akan diribetkan dengan oper yang berkali-kali dan harus sabar menunggu penumpang penuh. Perhatikan pula kalian berencana datang ke Pulau Sempu dalam musim apa, paling oke memang berjalan di musim panas dimana jalur trek tidak becek dan kering. Berbeda kalau kalian berjalan di musim penghujan yang jalur trek terkadang becek dan licin sehingga memperlambat sampai ke Segara Anakan. Kalau menyukai tantangan, bisa tuh coba jalan di musim penghujan seperti kami. Hihihih. *dilempar galon air mineral*
2. Jikalau kalian memutuskan untuk berkemah dan menginap di Pulau Sempu, bawa perlengkapan berkemah kalian sendiri dan cek dulu kelaikannya sebelum berangkat. Ada sih persewaan alat camping gitu di dekat Pos RKW, tapi lebih enak kalau bawa punya sendiri kan? :D
3. Bawa pakaian yang senyaman mungkin dan bisa membuat kalian bebas bergerak. Usahakan jangan pakai yang berbahan jeans, sungguh pengalaman kemarin saya gak nyaman banget. Berasa kurang bebas bergerak dan bikin cepat panas walaupun memang tebal. Kalau bisa, pakai bawahan yang panjang saja agar bisa meminimalisasi terjadinya luka akibat gesekan kulit dengan akar ataupun batang pohon yang malang melintang. Bawa pula alas kaki yang nyaman, tidak bikin gerah, tidak licin dan yang terpenting bisa melindungi kaki kalian. Sandal gunung sangat membantu loh.
4. Bawalah bekal makanan, minuman dan obat-obatan kalian sendiri. Pulau Sempu adalah pulau tak berpenghuni (Uhm, selain para binatang) dan tak akan ada pedagang yang berjualan disana apalagi 7-eleven, alfamart, maupun indomart. Buang jauh-jauh fantasi kalian hahah. Untuk obat-obatan minimal bawalah salep atau koyo penurun rasa pegal-pegal, obat merah dan juga plester penutup luka.
5. Usahakan pergi berombongan atau berkelompok, selain lebih aman juga biar bisa menekan biaya sewa perahu, perijinan dan sebagainya. Kalau cuma sendiri atau berdua sok kenal saja sama rombongan lain atau kalau tidak mau repot ya menyewa pemandu. Banyak nelayan yang mau jadi pemandu kok.
6. Setelah sampai Pantai Sendang Biru, segera daftar dan laporkan diri kalian di Pos Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu. Isi form suratnya dan bayarlah retribusi masuk yang hitung-hitung sebagai amal untuk perlindungan lingkungan di pulau yang terletak di ujung Malang tersebut.
7. Bersikap ramah dengan alam maupun dengan sesama manusia yang ditemui selama berada di Pulau tersebut.
8. Bawa handphone atau gadget kalian, sinyal kartu perdana saya lancar-lancar aja tuh selama berada di tempat pengedropan penumpang dan di Segara Anakan juga lancar jaya. Sinyal handphone nyaris tidak ada pada saat saya tengah berada di dalam hutan saja. Bawa handphone penting banget buat menelepon nelayan untuk menjemput kita sekaligus buat nyirik-nyirikin teman loh. Hahahah. *ditabok ramai-ramai*
9. Pengalaman kami banget selama trekking kemarin adalah kapal yang datang (sangat) terlambat untuk menjemput kami. Sepertinya nelayan disana ber-mindset salah yakni sekalian menjemput sekalian antar pengunjung baru, jadi kalau belum dapat pengunjung ya entar-entaran jemput kita. Konyol? Banget! Oleh karena itu, catat dengan benar nomer handphone si nelayan terus kalau perlu semua orang dalam rombongan juga simpan itu nomer. Nanti ketika trekking akan ada batang pohon besar yang kalau kita mau melewatinya harus berjalan merunduk, nah kabari si nelayan di titik itu. Bilang saja 10 menit lagi sampai dan mohon segera menjemput. Dengan begitu semoga tidak terlalu lama menunggu jemputan. And yes, kenapa saya menyarankan semua anggota rombongan punya nomer handphone si nelayan? jaga-jaga kalau trik tadi tidak berhasil dan si nelayan tetap nakal maka bombardirlah handphonenya dengan telepon dan sms. Sometimes , you need to do bad when you're facing bad people too. Hahah. :D
[Candid] Dua Manusia Kelelahan Trekking dan Menunggu Kapal yang Tak Kunjung Tiba |
Don'ts:
1. Berjalan keluar dari jalur trekking yang telah ditetapkan. Berbahaya banget. Asli, kecuali kalau anda memang sudah hafal di luar kepala rute-rute di Pulau Sempu. It's a big no no, terjebak di pulau yang sama sekali tidak ada manusia penghuninya dan banyak binatang yang bahkan kalian tidak tahu seberapa tingkat keagresifannya berkeliaran. Argh!
2. Bertindak sembrono. Bertindak sembrono misalnya kalian nekat melipir keluar jalur sebentar tanpa memberitahu anggota rombongan yang lain demi bernarsis ria atau buang air kecil. Bilang saja kepada teman-teman kalian dan suruh mereka menunggu. Again, it's not okay kalau kalian tertinggal dan tak tahu jalaaan pulaaangg huwooo. *Butiran Debu mode on*
3. Menjadi parasit bagi anggota rombongan yang lain. Percayalah, ini sangat gak banget! Rawan menciptakan konflik berdarah di suatu pulau tak berpenghuni pula. Hohoh. Bersikaplah bijaksana dan percayalah pada diri dengan harapan dan keyakinan. *tips absurd berbekal lirik lagu, hayo ada yang tahu?* :p
4. Mengabaikan limit yang kalian miliki. Baiklah kita mengakui setiap orang memiliki batasan diri masing-masing dalam segala hal termasuk dalam menghadapi alam. Jadi, jangan malu minta berhenti sebentar untuk istirahat kepada teman-teman kalian kalau anda merasa tidak kuat dan terlalu capek. Apalagi melihat kondisi medan yang berbeda-beda tergantung musimnya dimana terkadang berjalan menuju Segara Anakan saja bisa memakan waktu 3-4 jam lebih! Percayalah, teman-teman kalian akan mengerti dan pasti akan sigap membantu kalian.
5. Mendekati tebing karang berlubang tempat keluar masuknya air dari Samudera Hindia. Please, kalau masih sayang sama nyawa kalian jangan lakukan itu. Bapak Petugas dari Pos RKW bahkan berkali-kali mengingatkan kami akan hal tersebut karena banyak sekali pengunjung yang telah menjadi korban karena terpesona dengan keindahannya. Kita tidak akan pernah tahu seberapa besar ombak yang menghantam dinding balik tebing karang itu plus tebing karang itu tajamnya minta ampun. Berhati-hati pula lah kalau kita menuju ke tebing karang besar di pojok depan Segara Anakan, tentu kita tidak mau tercebur langsung ke Samudera Hindia yang dalam dan luas kan? Untuk menambah kesan bahayanya, si Bapak Petugas pun menunjukkan foto-foto para korban dari tebing karang berlubang. Argh, saya selalu merinding kembali setiap mengingatnya. :(
6. At last but not least, merusak alam dan mengotori Pulau Sempu. Sekali lagi jangan. Saya kemarin saja sudah lumayan sedih melihat mulai banyaknya sampah yang ditinggalkan para pengunjung tak bertanggung jawab dan tak tahu tata krama. Ayolah, jaga obyek wisata dan lingkungan kita bersama. Bawa saja lagi sampah yang kita hasilkan lalu bersabarlah sampai di Pantai Sendang Biru. Disana akan banyak tempat sampah kok.
Sekali lagi, salah satu list dalam bucket list saya pun terhapus. Sang laguna tersembunyi di ujung Malang telah berhasil kami temukan dalam perjalanan nekat kami di Blitar-Kediri-Malang. Perjalanan ke Pulau Sempu sekaligus menjadi penutup jalan-jalan luar biasa kami di Jawa Timur. Butuh pengorbanan memang untuk menuju ke Pulau Sempu. Namun percayalah semua pengorbanan kita baik tenaga, waktu, maupun uang kalian akan terbayar lunas dengan keindahan yang akan kita dapatkan ketika berada disana. Everything paid off in a beutiful way. :)
Bersama Para Penolong Kami. Yay! |
Dasi bwayo dan Salam Kupu-Kupu ^^d
P.S. Sekali lagi, saya hendak mengucapkan terima kasih kepada Doni yang telah sudi menampung kami dan juga kepada kakak-kakak (sok muda nih saya *plak*) rombongan ITS yang telah menyelamatkan sekaligus membantu kami. Maafkan otak saya yang tidak mampu mengingat kembali nama-nama kalian. Huhuh. >,<
gue belum jadi2 kesanaaaaa, kerrreen :(
ReplyDeleteBuruan kesana kakak, keburu kotor. *kompor* :D
Deletesecepatnyaaaahh :D
Deleteaaaaaaaaaaaaaaaak, keren banget kamu Ngga!!!!!:D #ngiler
ReplyDeleteheh? keren darimananya?
Deletesemua orang bisa jalan-jalan kok mey, termasuk kamu.
kesana aja mey. dijamin nagih hahahah. :)
Pemandangannya sungguh eksotis ingin rasanya berkunjung ke malang -_-
ReplyDeletemangga ke Malang aja bro. packing segera, trus berangkat. :D
Deleteke malang nya udah, tapi pulau sempu nya belum..heheheh
ReplyDeleteOh ya? Kemana aja selama di Malang? :o
Deletetemen saya udah pernah ada yang kesana, fotonya bikin ngiler....tapi sayang saya tinggal di Jawa Barat, jauh euyy...hiksss...
ReplyDeletesalam kenal ya, saya juga seneng traveling, seneng bisa ketemu temen yang punya hobi sama :)
Jawa Barat masih lumayan deket kok itungannya heheh.
Deleteiya salam kenal juga kakak, pengen dong diajakin ke Pantai Sayang Heulang :) *minta dijitak*
Oh my God!!!!! You haven't told me yet that you'd made it already!!!! Gosh! Gibbs, what an amazing "nekat" traveler you are.!!! Great buuuuull, aq kok malah terharu baca postingmu yg ini.. Sumpah, keren, finally bisa kesana dikau Gibbs, ouch >.<
ReplyDeleteHueheheh, kita jarang bercakap-cakap lama sih sekarang. Kenapa terharu deh? Pasti karena aku nampak memelas yak? -_-
Delete