Si Papa, Tetangga dan Pemandu |
Libur telah tiba...libur telah tiba...hatiku gembira!
Yap, bulan Desember mungkin merupakan bulan menggembirakan bagi sebagian pelajar dan pegawai di Indonesia. Pada bulan inilah waktunya liburan sekolah yang bebarengan dengan libur akhir tahun dan cuti bersama yang telah dijadwalkan pemerintah. Wih, nyaris semua tempat wisata pun penuh. Jalanan pun menjadi serba macet. Semua orang nampak berlomba-lomba untuk menghilangkan kepenatan dari rutinitas yang menjemukkan dengan berpergian ke luar kota. Mungkin ini yang dinamakan peak season bagi kalangan travelpreneur dan pengelola tempat wisata. To be honest, saya sendiri sebenarnya tidak begitu suka bepergian di waktu-waktu liburan seperti ini. Saya bukanlah tipe orang yang menyukai keramaian. Tapi yah kalau tiba-tiba dapat tawaran untuk bepergian dengan tambahan semuanya telah diatur, saya terima beres dan yang terpenting...perjalanan kali ini dibayarin alias GRATIS...tis...tis, ah makhluk bernyawa mana yang sanggup untuk menolak? Apalagi tujuan wisata kali ini adalah ke tempat yang menjadi salah satu idaman saya bahkan masuk ke bucket list. Psst, akhirnya nih saya berhasil mencicipin ber-cavetubing di Goa Pindul! Hooraayy! Tuhan memang baik, saya tak pernah menyangka salah satu poin dalam bucket list kembali tercoret dalam waktu yang cukup singkat. Alhamdulillah ya. *sujud syukur*
Kabar dan tawaran bagus tersebut saya terima dari Papa pada waktu kami tengah makan malam. Katanya si Papa diajakin salah seorang tetangga saya untuk liburan ke Goa Pindul. Hah? Serius? Saya langsung mengiyakan saja tanpa berpikir berulang kali. Sebenarnya, saya sudah merencanakan untuk pergi ke Goa Pindul dalam resolusi traveling 2013 tapi ketika ada tawaran menggiurkan semacam ini langsung saja disikat. Lebih cepat lebih baik. Tentu saja, yang gratisan juga lebih baik apalagi bagi traveler seperti saya yang buat jalan-jalan saja harus mati-matian menyisihkan sebagian uang saku dan hasil kerja kontrak paruh waktu. Rencananya semula sih si Papa hanya mengajak saya saja tapi di hari H nya, ternyata si Papa juga mengajak mama dan kakak-adik saya. Berlima ditambah 12 tetangga saya yang lain kamipun berangkat ke Goa Pindul pada 25 Desember 2012 yang lalu. Asik, the more the merrier. Inilah pertama kali saya jalan-jalan bersama 17 orang sekaligus! Rekor! Sayapun kemudian tinggal duduk manis di mobil ELF yang telah dicarter yang akan membawa kami ke Gunung Kidul. Perjalananpun dimulai.
Rute yang kami lewati adalah Salatiga- Boyolali- Cawas Klaten- Ngawen Gunung Kidul- Karangmojo-Bejiharjo. Perjalanan tersebut kami tempuh selama kurang lebih 3 jam dari Kota Salatiga. Begitu sampai di daerah Ngawen saya agak khawatir, gerimis tiba-tiba datang mengguyur. Duh, masa iya harus cave tubing di tengah hujan? Namun syukurlah, hujan hanya bersifat lokal. Begitu sampai di daerah Karangmojo hujan telah berhenti. Sayapun tenang dan kembali menikmati perjalanan sambil sesekali terlompat dari kursi karena mobil melewati beberapa gundukan di jalan. Yah, meskipun jalanan daerah Gunung Kidul telah beraspal dengan baik akan tetapi nampaknya masih sulit untuk menyembunyikan gundukan-gundukan sebagai akibat kontur tanah pegunungan kapur yang tidak rata. Naik mobil pun berasa seperti tengah naik kapal yang melawan ombak. Setelah beristirahat sejenak sembari menunggu jemputan dari seorang guide di SPBU Karangmojo, kamipun kembali meneruskan perjalanan ke Goa Pindul. FYI, bagi para traveler yang hendak ke Goa Pindul di sepanjang jalan Karangmojo menuju Desa Bejiharjo banyak terdapat ojek gratis sekaligus guide menuju Goa Pindul. Beneran gratis kok dan Insya Allah aman. Mereka adalah warga sekitar yang diberdayakan oleh pengelola Goa Pindul untuk menjadi penunjuk jalan bagi para pelancong yang baru pertama kali menginjakkan kaki di daerah Gunung Kidul. Bayaran yang mereka dapatkan ya dari pengelola Goa Pindul sebagai imbalan atas kerja keras mereka. Silahkan saja pilih di antara puluhan tukang ojek gratisan yang sekiranya sesuai dengan hati nurani kalian. Jangan khawatir heheheh. *kaya milih apaan ya*
Tempat Pembelian Tiket |
Obyek wisata Goa Pindul ternyata sama saja kondisinya dengan obyek wisata lain ketika puncak waktu liburan datang. Ramai oleh pengunjung meskipun saya yakin tidak seramai obyek-obyek wisata lainnya. Tiket seharga Rp 30.000 per orang pun dibayar (well, oleh Papa dan Tetangga saya sih hihih) dan dari 17 orang yang berangkat hanya 12 orang memberanikan diri untuk cave tubing. Mama dan adik saya plus tiga tetangga lain memilih untuk berjaga di tempat tunggu sekalian cuci mata di sekitarnya. Kami pun menunggu giliran kami dipanggil sembari minum wedang jahe dan hiburan musik dangdut gratisan yang disediakan oleh pengelola. Tak berapa lama, nama ketua rombongan kami pun dipanggil. Kami bergegas menuju tempat pemilihan jaket pelampung dan memilih ban yang akan kami naiki nantinya. Dua pemandu menemani penulusuran kami kali ini. Salah satunya bernama Pak Thahir, sedangkan satunya lupa. Kedua pemandu ini bertugas di depan dan belakang rombongan. Pemandu yang depan bertugas menjelaskan segala hal terkait Goa Pindul sedangkan yang belakang merupakan pemandu dengan tugas paling berat. Si Pemandu belakang bertugas mengatur rombongan agar tidak tercerai berai dan terkadang membantu mendokumentasikan gambar dari kamera yang dibawa oleh anggota rombongan. Hebatnya dari Wirawisata Goa Pindul, seluruh aspek pengelolaannya dilakukan sendiri loh oleh masyarakat Desa Bejiharjo. Jadi dari para pemandu, tukang parkir, hingga penyedia makanan ya berasal dari masyarakat lokal. Salut nih.
Goa Pindul sendiri merupakan goa kapur alami yang dibawahnya mengalir sungai bawah tanah. Aliran air sungai bawah tanah ini cukup tenang bahkan saat kami datang terlihat kondisinya banjir tapi aliran air masih tenang. Goa Pindul memiliki panjang sebesar 350 meter dan terbagi atas tiga zona yakni zona terang, remang-remang serta gelap abadi. Zona pertama yang kami temui setelah memasuki Goa Pindul adalah Zona Terang. Di zona ini cahaya dari luar masih bisa masuk ke dalam goa sehingga pemandangan bebatuan goa yang penuh lekukan alami bisa kita lihat dengan jelas. Semakin ke dalam cahaya yang masuk semakin terbatas, zona yang kami lewati selanjutnya adalah zona remang-remang. Di zona ini terdapat dua stalaktit besar yang seolah-olah menjadi pintu gerbang selamat datang bagi para pengunjung. Selain itu, di zona remang-remang juga terdapat stalaktit putri dimana konon bagi setiap wanita yang kejatuhan tetesan air dari stalaktit muda tersebut maka niscaya akan bertambah kecantikannya dan akan awet muda. Bagi para pria, juga terdapat stalakmit yang disebut dengan "Batu Perkasa" karena konon bagi pria yang berhasil memegang batu tersebut maka keperkasaannya akan bertambah. Heheh saya cuma bisa tertawa melihat Papa saya dan para tetangga berebutan memegang batu perkasa. Eh hati-hati, zona ini sekaligus merupakan rumah bagi para kelelawar buah jadi selalu waspada biar tidak kejatuhan kotoran para kelelawar tersebut. Zona terakhir yang kami lewati adalah zona gelap abadi. Sesuai namanya di zona ini gelap banget, agak ngeri-ngeri sedap ketika melewatinya. Beberapa kali kepala saya nyaris membentur stalakmit yang tidak begitu kelihatan. Saya juga agak parno kalo tiba-tiba ketemu ular. Syukurlah tidak terjadi hal-hal yang mengerikan. Di dalam zona ini terdapat beberapa pilar stalaktit yang kalau dipukul akan terdengar suara gamelan. Pemandu yang paling belakang pun mempraktekan dengan memukul salah satu pilar paling ujung dan terdengarlah suara mirip suara gong. Keren mirip banget sama yang ada di Goa Tabuhan, Pacitan!
Oh ya, dua pemandu kami ternyata selain kuat juga jago ngebanyol. Beberapa gurauan dilontarkan oleh Pak Thahir dan kawannya ketika kami menjelajahi goa itu. Kamipun bisa tertawa lepas mendengar lelucon mereka, lelucon paling epic menurut saya adalah ketika Pak Thohir menjelaskan tentang batu perkasa dan para bapak-bapak dalam rombongan kami langsung berebutan memegang. Eh dengan entengnya Pak Thohir meneruskan ceritanya, "batu perkasa memang konon akan membuat para pria bertambah keperkasaan dan kejantanannya bagi yang berhasil memegang ...tiga jam tanpa dilepas"-selorohnya tanpa dosa. Huahahahahah tawa pun terdengar dari mulut kami semua. Kena deh! :p
Awas kepalanya! |
Batu Perkasa *uhuk* |
Lubang di Dinding Atas Goa |
Kami yang Semrawut |
Si Papa dan Kakak |
Tak terasa perjalanan kami pun hampir usai, di depan sana telah terlihat pintu keluar Goa Pindul. Sebelum menyampai pintu keluar kita akan melihat lubang yang cukup besar di di dinding atas goa. Di titik inilah biasanya para pemandu memberikan kebebasan bagi para pengunjung untuk berenang maupun melompat dari atas tebing kecil. Namun karena pada waktu kami datang kesana bertepatan dengan waktu ramai pengunjung dan air sungai bawah tanah yang banjir, kamipun hanya diberikan kesempatan untuk berfoto sejenak disana. Ah, sedikit kecewa sih tapi saya puas banget! Kamipun berjalan sejenak menuju tempat jemputan dimana disana telah menanti mobil pick up yang akan membawa kembali menuju basecamp. Baiklah, mari saya mencoret ber-cavetubing di goa yang memiliki kedalaman air bervariasi dari 3 meter sampai 12 meter ini dari bucket list traveling saya. Bersyukur banget deh pokoknya apalagi saya tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun dalam perjalanan kali ini. Terima kasih Papa dan para tetangga, kalian telah membuat liburan kali ini begitu menyenangkan. Sampai jumpa Goa Pindul, semoga kita bisa bertemu kembali. Toh, saya masih penasaran sama Oyo River Tubingnya kok hihih. :D
Yeah! |
Enjoy your holiday and Happy New Year 2013 Stufliers!
Wah, benar - benar destinasi tak terlupakan. Masuk kedalam Goa secara rombongan dan kayak sambil main ular - ularan karena harus saling berpegangan tangan (semangat bergotong royong). Belum lagi menyusuri area persawahan sambil bawa ban yg gede terus pake acara kepleset - pleset demi bisa rafting disungai oyo (benar - benar wirawisata).
ReplyDeletehihih iya seru banget! terima kasih sudah sudi berkunjung. :)
Delete