Ni haoooo! Ni men hao ma? Semua siap digoyang? *dikoplok panda*
Hahah apa kabar kalian semua di bulan pertama tahun 2013 ini? Tetap luar biasa kan?
Postingan pertama dari saya di tahun ular air ini akan berkisar seputar hal yang selalu membuat orang mendatanginya ketika lapar menerpa dan akan mengubah bahagia ketika rasa puas melanda. Yap, tema postingan kali ini adalah kuliner dan yang akan saya bahas adalaaaaahhh....SERABI NGAMPIN! Selamat anda menang! *salaman, eh dikira kuis?*
Hayoo, adakah yang pernah mendengar nama Serabi Ngampin? Belum? Aduh, iya deh saya maklum kok. Serabi Ngampin memang tidak setenar namanya dibandingkan serabi-serabi yang berasal dari Surakarta atau Yogyakarta seperti Serabi Notosuman dan Serabi Kocor misalnya. Eh tapi, jangan salah. Serabi Ngampin juga sudah ada sejak lama dan tidak kalah rasanya dari serabi-serabi lain kok. Mari kita bahas lebih lanjut stufliers!
Kue serabi (di beberapa daerah dikenal pula dengan sebutan surabi atau kue ape) adalah sejenis pancake tradisional yang terbuat dari tepung beras, bukan tepung terigu seperti pancake pada umumnya. Serabi sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia dan tersebar di berbagai daerah seperti Surakarta, Bandung, Jakarta, Bogor, Yogyakarta dan Purwokerto. Tentunya semua memiliki keunikan sendiri-sendiri yang membuatnya berbeda satu dengan yang lainnya. Begitu pula Serabi Ngampin yang mana merupakan salah satu kuliner khas dari Kecamatan Ambarawa (Kabupaten Semarang). Kenapa dinamakan dengan Serabi Ngampin? Hal ini dikarenakan serabi ini hanya dijual di daerah Ngampin saja. Ngampin sendiri adalah nama salah satu desa di Kecamatan Ambarawa. Bagi yang hendak ke Magelang/Yogyakarta dan melewati Ambarawa pasti paham dimana letaknya sebab para penjual serabi ini berderet-deret berjualan di sepanjang Jalan Soegiyopranoto atau lebih dikenal dengan sebutan Jalan Raya Ambarawa-Semarang. Ada puluhan pedagang yang menjajakan pancake tradisional ini sehingga terkadang membuat para pembeli sedikit kebingungan menentukan pilihan heheh. :p
Keunikan dari Serabi Ngampin dibandingkan serabi-serabi lain menurut saya adalah dikarenakan ukurannya yang lebih "imut" serta kuahnya yang menggoda. Dibandingkan serabi-serabi yang pernah saya makan, serabi yang konon kabarnya mulai ada sejak tahun 1970-an ini memang lebih kecil. Ada tiga varian dari Serabi Ngampin yakni serabi dengan warna putih, hijau dan cokelat. Serabi yang berwarna putih merupakan serabi original alias serabi yang dibuat dari tepung beras tanpa ditambahi bahan lain. Serabi yang berwarna hijau, dicampur dengan daun pandan sedang serabi yang berwarna cokelat ditambah sedikit gula jawa. Serabi ini masih dibuat secara tradisional yakni dengan menggunakan tungku berbahan bakar arang atau kayu. Kuahnya, nah ini dia yang menurut saya membuat Serabi Ngampin bertambah istimewa dibuat dari santan yang dicampur dengan gula jawa plus...irisan nangka! Rasa kuahnya tidak begitu manis memang tapi aroma dari si irisan nangka sendiri sanggup membuat siapa saja menjadi semakin bernafsu menyantap para serabi. Ahhh! *usap air liur*
Serabi imut ini bikin nagih loh :D |
Serabi Ngampin selalu menjadi buah tangan favorit keluarga saya ketika sedang jalan-jalan di daerah Ambarawa atau waktu kebetulan lewat saat hendak pulang ke Salatiga. Nah kebetulan, akhir tahun kemarin keluarga saya berjalan-jalan di daerah Ambarawa. Ketika hendak pulang saya pun mengusulkan ke kedua orang tua untuk mampir sejenak ke Ngampin demi membeli sang serabi. Awalnya saya tidak begitu yakin karena takut kehabisan. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore di jam tangan yang saya bawa. Untunglah, ternyata masih banyak penjual serabi yang membuka lapak mereka di bilik-bilik kecil sepanjang jalan. Andai hari tidak terlalu sore mungkin saya dan keluarga akan menyantap serabi tersebut di tempat. Kalau makan di tempat, seingat saya dulu dengan harga Rp 2.500 per porsi sudah mendapatkan satu mangkok berisikan empat potong serabi plus kuah yang menyiraminya. Rasanya enak banget makan serabi hangat di pinggir jalan sembari menikmati lalu lalang kendaraan. Sedap!
Si Ibu Penjual yang baik hati (gara-gara bonusan :p) |
Saya pun menghampiri salah seorang penjual dengan metode acak karena salah satu penjual langganan keluarga sudah tutup. Dengan nada ramah si Ibu penjual yang berusia sekitar 40 tahunan menanyakan mau membeli serabi berapa. Sayapun menjawab sembari menyodorkan uang Rp 10.000,00 ke tangannya dengan tambahan informasi serabinya dibungkus saja. Penjual itupun dengan cekatan mengambil tiga wadah plastik mika dan memasukkan lima serabi ke tiap wadah. Setelah itu si Ibu mengambil kantung plastik kecil untuk diisi dengan kuah cokelat dari panci di dekatnya. Sembari menunggu, sayapun mengajak mengobrol dan ternyata saya adalah pelanggan terakhir bagi si Ibu hari itu karena serabi yang dijualnya hari itu telah habis. Si Ibu penjual selain ramah ternyata baik hati, masih ada beberapa potong serabi tersisa sebenarnya namun dia pun memberikan kepada saya dengan cuma-cuma. "Bonus ini mas...", katanya sambil tersenyum. Sayapun mengucapkan rasa terima kasih dan pulang dengan membawa tiga wadah serabi ditambah satu bungkus plastik kecil berisikan serabi bonus dari si Ibu Penjual. Hore! Tak sabar rasanya segera sampai di rumah untuk menyantap pancake tradisional nan imut dari Ambarawa ini. Hihih. :)
Once again, Happy New Year 2013 dan Salam Kupu-Kupu. ^^d
aaaaaaaaaaaaak..itu daerah aku gitu Ngga..kok nggak mampir rumah sekalian? hahaha
ReplyDeletetapi serabi dulu waktu aku masih kecil lebih enak daripada yang ini lho, ngga..mana ukurannya masih besar besar juga dibandinging yg sekarang...
ngga, biar banyak kenala sesama blogger kamu bisa ikutan blogger energy lhooo...itu kmu tgl buka page aku terus klik yang blogger energy di samping kanan....hidup dunia perbloggeran!:D
itu tadi yg komen aku nggaaa...hehehehe
ReplyDeleteLoh?
DeleteKok kamu bisa login punyanya Uma?
Wah aku malah baru tau rumahmu daerah Ngampin. Sebelah mananya meyk? tau gitu mampir rumahmu kan bisa dapat serabi gratisan yak. :p
blogger energy? oke ntar aku cek. :D