Saturday, April 24, 2010

Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Stop! Catatan ini bukanlah catatan mengenai film berjudul sama dengan judul catatan saya ini. Tapi, keinginan saya menuliskan opini saya mengenai negeri ini kembali tergugah setelah melihat judul film itu. Ya, pandangan saya mengenai hal-hal yang terjadi di negara kita tercinta, negara yang tak lebihnya hanyalah sebuah panggung sandiwara. Panggung sandiwara yang menampilkan cerita dari hal-hal yang disajikan oleh para pelakon, hal-hal yang lucu dan hanya terjadi di Indonesia. Hahahahah. Mari tertawa.



Saya tertawa dengan getir saat melihat para pejabat berlomba-lomba menjadi pesulap. Pesulap jahat yang memindahkan uang negara ke dalam rekening pribadi mereka dengan sekejap mata. Cukup mengucap mantra: “ Bim salabim abakadabra kong kali kong ke sana ke mari ciprat sana ciprat sini” dan woof!! akhirnya hilanglah sudah uang rakyat masuk dompet pribadi semua dan berubah menjadi mobil mewah, rumah mewah, apartemen mewah, dsb. David Copperfield, Rommy Rafael? Siapa ya? Masih kalah sepertinya dengan “skill sulap” pejabat kita. Oke, memang tidak semua pejabat seperti itu tapi kok yang kebanyakan di blow up seperti itu? Entahlah. Hahahah.

Saya tertawa dengan ironis melihat para politikus kita, para wakil rakyat yang mengaku kepentingan rakyat adalah segalanya, eh malah saling menjatuhkan satu sama lainnya. Bukankah akan lebih baik jika mereka saling bahu membahu, saling melengkapi, dan saling menyempurnakan dalam rangka berusaha menjadikan Indonesia sebagai negara adidaya dan menyejahterakan rakyat daripada saling menjatuhkan pendapat wakil rakyat golongan tertentu dengan wakil rakyat golongan lainnya? Bah, kapan selesainya suatu permasalahan jika setiap rapat deadlock karena isinya saling sanggah, saling cela hingga kata-kata bangsat, kata-kata rasis bisa muncul di Gedung Parlemen kita yang maha suci. Eh tidak suci lagi ding, soalnya sering jadi ring tinju para wakil rakyat, arena dangdutan, bahkan jadi tempat bikin film biru. Hahah.

Saya tertawa dengan tragis saat melihat para aparat penegak hukum kita malah saling merongrong satu dengan yang lainnya. Ya, Buaya v.s Cicak lah, Godzilla v.s Monster Meke-Meke lah. Astaga mengapa para power ranger malah saling serang padahal monsternya sudah menjadi raksasa, bagaimana bisa mengalahkan raksasa kalau para ranger tidak bersatu kemudian memanggil Megazord untuk mengalahkan raksasa itu? Halah! Belum lagi ketidakadilan para penegak hukum, maling ayam dihukum berat sedang para koruptor dihukum ringan dengan penjara yang dilengkapi fasilitas facial, manicure-pedicure, karaoke, spa, eh buset itu penjara apa hotel bintang lima? Hmm. Oh ya salah satu tindakan para penegak hukum kita juga “Antara Ada dan Tiada, mengubah yang ada menjadi tiada, yang tiada menjadi ada”. Ckckckck, mau menjadi apa bangsa ini Tuhan?

Saya tertawa dengan pahit melihat para public figure kita alias para artis yang sering menjadi trendsetter maupun panutan dari masyarakat kita malah menampilkan contoh negatif. Mulai dari menggunakan miras dan narkotika, kawin setelah puas lalu cerai, merebut suami/istri orang, petualang cinta yang menebarkan benih dimana-mana, dsb. Kasus terbaru adalah artis yang baru-baru ini mengakui anak hasil hubungan gelapnya dengan artis lain. Pengakuan yang tanpa dosa, tanpa sesal, dengan tampang sok malaikat. Cih agama mana yang memperbolehkan seks pranikah? Hii saya tidak bisa membayangkan jika rakyat kita khususnya anak muda meniru tindakan dia. Hii. Semoga rakyat kita jalan pikiran, dan tindakannya semakin dewasa. Amin.

Saya tertawa dengan sedih melihat para aktivis, rakyat, asosiasi, juga kaum saya kaum mahasiswa yang berkoar-koar berdemonstrasi besar-besaran. Mengungkapkan demo untuk menyampaikan aspirasi rakyat menuntut pemerintahan yang Tegas, Bersih, dan Jujur? Aduh, menurut saya coba lihat diri sendiri dulu, apa iya tegas itu berarti tegas untuk menghancurkan pagar-pagar gedung, tegas untuk bentrok dengan aparat pengaman? Lalu apa iya arti dari bersih termasuk bersih untuk tidak membakar bendera, ban, poster, foto, keranda di tengah jalan, bersih untuk tidak melempari gedung dengan tomat maupun telur busuk? Kemudian apa iya jujur yang kalian maksud adalah jujur yang seusai demonstrasi berlangsung koordinator demo berjalan mengendap-endap ke tempat yang sunyi untuk menerima dana segar dari penyuruh demo (pengalaman pribadi yang saya lihat) . Astaga belum termasuk kejadian yang baru-baru ini saya lihat di layar kaca, tentang demo ricuh mahasiswa. Universitas mana yang memperbolehkan mahasiswanya bertato di leher, bertindik di hidung dan telinga? Memang ada? Ini mahasiswa ataukah preman pasar yang dipakaikan jaket almamater universitas? Eits jangan salah, pekerjaan sebagai tukang demo marak di Indonesia sekarang. Hahah.

Kemudian end of story, saya kembali tertawa kali ini dengan terbahak-bahak karena menyadari kalau saya juga anda adalah bagian dari panggung sandiwara besar ini, sebagai apa? Sebagai penonton tentunya. Panggung sandiwara, dengan pelakon yang lengkap tanpa ada penonton yang setia melihat dan mendukung tidak akan berjalan bukan? Hmm. Lalu tanyakan pada diri anda apakah anda akan selalu duduk manis menjadi penonton yang melihat komedi yang lama-lama terasa garing dan tidak lucu sama sekali? Kalau saya sih tidak, mari bangkit teman-temanku, saudara-saudaraku, beranjaklah dari tempat duduk anda, maju ke depan panggung, usir pelakon-pelakon lama dan tampilkan cerita-cerita baru. Cerita baru yang mementaskan kesuksesan anda, keluarga anda, negara, dan bangsa ini. Itu baru cerita yang menarik.

Salam Kupu-kupu. ^^

No comments:

Post a Comment