Wednesday, September 7, 2011

Dorama Addict



"Dorama is a Japanese term describing a popular type of television series in Japan. While the term dorama has its roots in the English word “drama,” the meaning of “dorama” is uniquely Japanese. "
-dorama.com-

Beberapa waktu belakangan ini saya jadi malas sekali nonton televisi. Bagi saya acara televisi di Indonesia sungguh membosankan. Well, tidak semua sih tapi jenuh juga melihat acara yang senada tapi dengan format yang beda dan disiarkan hampir di seluruh stasiun televisi. Ya, saya malas sekali melihat budaya latah stasiun televisi di Indonesia. Belum lagi, porsi sinetron dan tayangan semacamnya yang proporsinya sangat berlebihan di dalam satu hari itu sungguh memuakkan. Bukannya saya tidak suka melihat tayangan drama, tapi tayangan drama buatan Indonesia dewasa ini menurut saya pribadi sih tidak ada yang bener. Tapi syukurlah, akhir-akhir ini saya bisa memperoleh hiburan dari internet...ya apalagi kalau bukan surfing dorama. Apalagi di masa-masa liburan kuliah seperti sekarang ini, internet (dorama khususnya) merupakan hiburan utama selain jalan-jalan dan berkumpul bersama teman maupun tetangga. Dalam satu hari saja saya bisa streaming maupun download beberapa episode dorama yang saya sukai dari berbagai situs penyedia dorama.
Bila diingat-ingat, sebenarnya saya dulu tidak begitu suka dengan yang namanya dorama. Tapi saya akui, pendapat saya berubah 180 derajat begitu mendapatkan pengaruh dari tetangga-tetangga saya. Benar, tetangga-tetangga saya lah yang pertama kali mempengaruhi saya untuk menonton dorama karena kata mereka dorama itu bagus-bagus. Saya ingat, salah seorang tetangga saya pertama kali menawarkan dorama "Gokusen season 3" dan ternyata benar bagus banget dorama itu kemudian saya pun download yang season 2 lanjut season 1 lanjut ke dorama-dorama yang lainnya. Berawal menonton aksi Yankumi-sensei secara tak sadar saya telah kecanduan nonton dorama sampai sekarang. Ditambah, kakak saya yang baru pulang dari negerinya Om Shah Rukh Khan ternyata juga doyan nonton dorama dan korean drama jadilah tingkat ke-addict-an saya makin bertambah. Hohohoh. ^^v





Attention Please


Ada beberapa alasan mengapa saya begitu menyukai menonton dorama. Alasan pertama, apalagi kalau bukan karena ceritanya menarik. Beneran, cerita di setiap dorama yang pernah saya tonton itu dahsyat-dahsyat. Mulai dari cerita guru SMA dari keluarga Yakuza yang begitu mencintai para anak didiknya, cerita gadis rocker yang bercita-cita jadi world's class cabin attendant, hingga ke cerita calon konduktor berbakat dunia yang ternyata punya ketakutan naik pesawat dan kapal laut. Ah seru abis! Genre dorama pun bermacam-macam ada yang horror, music, kedokteran, psikologi, comedy, sampai cerita detektif pun ada. Jadi tidak melulu cerita soal romance seperti kebanyakan sinetron-sinetron Indonesia sekarang ini. Sinetron Indonesia juga ceritanya pasti gampang ditebak dan membosankan. Pasti deh kalau tidak seputar cerita gadis yang tertukar, gadis miskin mendapatkan pangeran kaya, anak kandung yang disembunyikan dan blah blah blah yang lain. Pokoknya cerita yang notabenenya too good to be true di dunia nyata itulah kebanyakan isi cerita sinetron-sinetron kita. Mana isinya kebanyakan berpusat si tokoh antagonis yang menjahati si protagonis, Oh Tuhan...saya malas!


Liar Game


Alasan kedua, dorama itu jumlah episodenya sedikit. Mayoritas sih sekitar 9-12an episode. Itupun satu episode paling banter cuma 45 menitan kalaupun ada yang sampai satu jam biasanya merupakan episode final maupun episode special. La kalau sinetron Indonesia? Buset dah episode bisa sampai ratusan hingga ribuan, dari si tokoh masih bayi sampai dewasa, dari anak sampe ke cucu cicit canggah! Durasinya pun lama puolll. Mending durasi lama untuk cerita yang seru, la ini enggak sama sekali. Bahkan pernah saya terpaksa nonton salah satu episode sinetron Indonesia yang satu episode itu ceritanya si tokoh utama pulang ke kampung halaman dan ikutan lomba nyanyi pada saat 17-an! Bayangkan itu semua dalam satu episode! --'
Satu hal lagi yang membedakan, meskipun suatu dorama itu laku di pasaran, produsernya tidak pernah tuh ada niatan menambah-nambahkan episode. Palingan dibuatkan season selanjutnya itupun sudah berganti cerita bahkan beberapa tokoh baru dihadirkan. La kalau sinetron? Semakin laku semakin banyak pula episodenya. Ampun Produserrrrrrr. >.<
(Btw, pernah membayangkan ada yang upload sinetron Indonesia yang beratus-ratus episode ke internet? Idih...bikin malas banget mau streaming dan download).


Yukie Nakama as Yankumi in Gokusen



Alasan ketiga,
para pemain di dorama itu sendiri. Saya tidak akan membicarakan kecantikan dan ketampanan para pemainnya walaupun saya akui mayoritas sih good looking dan menjadi suatu nilai tambah dalam dorama itu. Tapi yang patut diacungi jempol adalah totalitas mereka dalam memerankan suatu tokoh. Mereka bakalan belajar sungguh-sungguh dari para ahlinya sebelum memainkan suatu peranan, contohnya si Tamaki Hiroshi yang belajar selama dua bulan tentang ilmu memimpin orkestra kepada Konduktor terkenal Jepang (bahkan dunia) Iimori Norichika sebelum bermain dalam Nodame Cantabile. Begitu pula dengan Aya Ueto yang harus belajar manner dan attitude para pramugari sebelum bermain di Attention Please. Saking takjubnya saya sampai speechless tiap melihat akting aktor/aktris di dorama-dorama yang berbeda. Dari begini jadi begitu kok bisa-bisanya di setiap peran yang dimainkan, feelnya pasti megang banget. Kok bisaaaa???? Apa emang aktor/aktris Jepang itu multi-talented semua ya. Heheh.
Kebalikannya, sinetron Indonesia para pemainnya seperti tidak ada greget. Apalagi kalau ada adegan si tokoh menari atau menyanyi. Ih sampai bikin malu, ngelihat si tokoh asal cuap ketahuan banget pakai suara orang lain. Mana pernah saking kebangetannya, si tokoh utama yang notabenenya cewek tulen begitu menyanyi di suatu kafe suaranya jadi suara vokalis band terkenal yang cowok banget! Naudzubillah. Tapi saya akui, para pemain yang totalitasnya benar-benar patut diacungi jempol di sinetron-sinetron kita adalah para pemain yang kebagian dapat peran antagonis atau peran figuran macam pembantu maupun supir. Natural abis.



Alasan keempat, banyak pelajaran yang bisa saya petik ketika menonton dorama. Mulai dari kata-kata bijak, kata-kata pembangkit semangat, pengetahuan-pengetahuan tentang psikologi, kedokteran, musik, dll pun bisa saya dapatkan. Gokusen dorama yang dibintangi Yukie Nakama yang berperan sebagai Yankumi merupakan salah satu dorama yang sarat akan kata-kata bijak dan pembelajaran. Begitu melihat Liar Game saya jadi paham beberapa trik psikologi, melihat Attention Please saya jadi paham beberapa istilah di dunia cabin attendant dan penerbangan, melihat Nobuta wo Produce saya jadi paham pentingnya sahabat bagi diri kita. Ah semuanya oke banget! Lalu bagaimana dengan sinetron Indonesia? No comment. -________-''


Gesselschaft der Musikfreunde


Alasan terakhir, setting dan penonjolan nilai-nilai kebudayaan di dorama-dorama itu T.O.P! Mungkin ini pendapat saya pribadi, tapi melihat setting-setting tempat yang dipakai di dorama itu keren-keren dan membuat saya mupeng untuk mengunjungi tempat itu. Mereka pun benar-benar all out dalam menggunakan setting tempat, untuk opening Nodame Cantabile saja syuting harus dilakukan di Gesselschaft der Musikfreunde's concert hall Vienna, Austria. Bahkan orkestranya pun orkestra sungguhan dan Tamaki Hiroshi pun harus memimpin orkestra sungguhan! Syuting Attention Please edisi spesial pun benar-benar dilakukan di Hawaii dan Australia. Selain di luar negeri, pemilihan lokasi syuting tiap dorama yang dilakukan di Jepang pun somehow cool abis. Kok bisa gitu ada syuting yang dilakukan di tengah distrik super padat Shibuya, coba kalau di Indonesia yang ada syutingnya dibatalkan karena dikerumuni masyarakat yang pengin ngelihat dan para aktor/aktris kabur karena takut dicakar para penggemar. Hahahah.
Penonjolan nilai-nilai kebudayaan Jepang di dorama pun oke punya. Mulai dari festival-festival, tata krama ketika berpapasan dengan orang lain, adegan mandi di onsen, hingga makanan-makanan khas Jepang benar-benar bikin saya mlongo saking takjubnya dan bikin penasaran pengin ke Jepang langsung! Mungkin para produser dorama dalam memproduksi dorama sekalian memikirkan untuk promosi negara Jepang kali ya. Hahahahah.


When Mizuki and Nakatsu Ate Okonomiyaki Together


At last, selera setiap orang memang berbeda-beda. Bisa saja pendapat saya berbeda dengan pendapat orang lain. Dan sungguh tidak ada niatan sama sekali dari saya untuk menjelek-jelekkan sinetron buatan negara kita Indonesia. Cuma saja yang saya bingungkan dan semoga menjadi penyemangat bagi para produser sinetron di Indonesia, jika Jepang saja bisa kenapa Indonesia tidak? Bagi saya pribadi, selama seluruh tayangan televisi di Indonesia (termasuk sinetron) tidak ada yang menarik dan mendidik lebih baik saya tetap seperti ini. Tetap menjadi seorang dorama addict. ^^v

Hidup Dorama dan Salam Kupu-Kupu. ^^d

2 comments: