Sunday, February 26, 2012

30 Hari Menjadi Seorang Pegawai Negeri Sipil



Di Universitas saya, salah satu syarat untuk mengajukan skripsi dan juga syarat untuk lulus adalah harus mengikuti dan mengambil mata kuliah "MAGANG" dengan bobot 0 sks. Meskipun 0 sks namun magang ini wajib diambil apabila kami para mahasiswa ingin segera hengkang dari kampus kami yang berwarna orange ngejreng itu. --'
Inti dari mata kuliah magang sebenarnya adalah semacam pelatihan bagi kami para mahasiswa untuk memperoleh pengalaman praktikal dari suatu pekerjaan dan sangat tergantung dari instansi apa yang kami pilih untuk melakukan praktek magang. Kami bebas memilih instansi apa yang ingin kami ajukan sebagai tempat magang dengan syarat seluruh proses perijinan ditanggung oleh diri kami masing-masing. Akhirnya selama liburan semester ini kami yang mengambil magang harus merelakan waktu liburan kami untuk praktek magang entah itu di partai politik, LSM, maupun instansi pemerintah. Kalau saya? berdasarkan segala pertimbangan akhirnya saya memilih untuk magang di salah satu instansi pemerintah di kampung halaman saya, Salatiga.

Dua minggu sebelum ujian akhir semester dimulai saya harus riwa-riwi untuk mengurus surat ijin magang soalnya you know lah, pengurusan ijin di Indonesia itu kan pasti lamanya pol-polan. Maka dari jauh-jauh hari saya mulai gabruk sana gabruk sini termasuk mendatangi instansi yang saya pilih. Wih, deg-degan banget bung! Mengantarkan surat ijin magang berasa mau mengantarkan satu sampel virus berbahaya ke instansi tersebut. Mana saya ditanya macam-macam, untunglah saya dibantu sama Ibu-ibu baik hati disana. Heheh. Kelar mengantarkan surat ijin, saya tinggal menunggu kabar setelah surat ijin magang saya di disposisi ke Kepala Dinas yang bersangkutan. Saya sempat jiper gara-gara sudah mendekati hari H magang tapi belum ada panggilan lebih lanjut. Lah jangan-jangan saya tidak diperbolehkan magang di instansi itu? Waaa saya hanya bisa berdoa sekencang-kencangnya soalnya saya tidak sanggup bikin surat ijin lagi ke Semarang. Alhamdulillah, H-3 barulah ada panggilan dan saya disuruh datang ke instansi tersebut hari itu juga. Waduh, langsung saya buru-buru mandi, pakai pakaian rapi dan wangi, pakai parfum, pokoknya harus memberikan kesan pertama yang membutakan deh hahahah. Dan lagi-lagi saya diwawancara oleh kepala bidang yang bidangnya ingin saya jadikan tempat magang, hingga finally deal saya diperbolehkan magang dan bisa langsung mulai per tanggal 16 Januari 2012 kemarin.

Hari pertama magang adalah hari paling saya benci dan menyebalkan. Hari pertama itulah saya diperkenalkan ke beberapa orang di ruangan tempat saya magang. Duh, melihat wajah-wajah para pegawai negeri yang sangat mengintimidasi saya jadi pucat pasi dan gemetaran. Saya sampai tidak bisa menyebutkan nama saya dengan keras saking groginya (yang kemudian akan menjadi petaka di kemudian hari...). Wah sumpah, saya berasa makhluk dari planet tak dikenal saat hari pertama itu. Saya ingat tugas pertama yang diberikan kepada saya adalah mengepak 3 dus besar buku panduan sesuai jenisnya yang nantinya buku itu akan disebar ke seluruh wilayah di Salatiga. Ya Allah, hari pertama aja udah dikasih tugas berat macam begini apalagi hari-hari selanjutnya? Seharian itu saya mengepak berbagai macam buku, dihitung per jenis buku, ditali sesuai jenis...dan saya seorang diri! Akibatnya selesai magang hari pertama itu saya langsung terkapar lemas dan pegal di rumah. Huhuh. Begitulah hingga 30 hari kerja lamanya saya harus bangun pagi, siap berangkat jam 7 tepat (bohong nih....saya sering banget nelat kok :p), di kantor seharian hingga tiba jatah pulang yakni jam 2 siang. Berbagai macam tugas diberikan kepada saya mulai dari mengetik, membuat pembukuan, menyusun SPJ dinas, mengangkat-angkat, memfotokopi, diajak survei ke lapangan, hingga pernah dijadikan pendamping rombongan ibu-ibu rumpi studi banding ke Jogjakarta!! Seiring berjalannya waktu saya mulai bisa membiasakan diri dengan para pegawai di ruangan tersebut dan juga membiasakan diri dengan ritme kerja seorang pegawai negeri. Ajaibnya nama saya bisa berubah-ubah sebanyak tiga kali selama disana karena efek hari pertama saya magang yang tidak bisa menyebutkan nama saya dengan jelas. Mulai lah saya dipanggil Mas Enggar, Mas Inggar, hingga ke Mas Rangga oleh orang-orang kantor. Untung saja saya tidak dipanggil Cinta (eh). *keluh*

Menjalani magang di instansi pemerintah membuat mata saya terbuka akan rutinitas kerja yang dialami oleh seorang pegawai negeri. Saya manggut-manggut melihat para pegawai negeri yang harus bangun pagi, mengikuti apel pagi (saya tidak pernah ikut :p), duduk di kantor mengerjakan pekerjaan yang ada, ngobrol ngalor ngidul jika ada kesempatan, kemudian pulang jam tiga sore. Begitu terus selama hari Senin hingga Kamis sedangkan Jumat pulang lebih awal yakni jam 11 siang. Datar banget ya? Saya juga baru tahu kalau waktu setelah jam istirahat adalah waktu suwung bagi para pegawai negeri karena pekerjaan biasanya sudah selesai dikerjakan. Jadilah bermacam-macam kegiatan dilakukan para pegawai sembari menunggu waktu pulang, ada yang sibuk belanja dari pedagang yang diperbolehkan berjualan di dalam instansi, ada yang telepon-teleponan dengan suami tercinta, ada yang ngerumpi dan ketawa cekikikan, macem-macem dah. Saya juga baru tahu, jadi pegawai negeri itu tidak seenak dibayangkan oleh masyarakat kita selama ini. Tugas mereka juga berat, apalagi setelah mendengar cerita ada bagian di setiap instansi pemerintah yang sangat dibenci dan sebisa mungkin dijauhi oleh para pegawai. Bagian inilah yang sering menjadi target para penegak hukum dan sering sekali para pegawai yang mungkin kurang cakap dan tidak tahu apa-apa malah dijadikan "tumbal" manakala terjadi suatu kasus penyelewengan. Bagian inilah yang membuat para pegawai negeri konon menjadi tega termasuk merelakan temannya sendiri demi melindungi diri sendiri dan bercerita sesuai kebenaran. Semua itu dibawah tekanan dan ancaman hebat dari berbagai pihak termasuk ancaman pembunuhan. Sampai-sampai salah satu pegawai senior disana sempat berteriak begini "kalau saya dipindahkan ke bagian itu, siap-siap saja besoknya akan ada koran dengan headline besar SEORANG PEGAWAI SENIOR DINAS XXX KOTA SALATIGA DITEMUKAN BUNUH DIRI DIDUGA TIDAK KUAT AKAN BEBAN PROFESINYA". Bayangkan itu dikatakan oleh seorang Ibu-Ibu dengan nada tinggi dan ekspresi serius. Saya cuma bisa menelan ludah. Takut. (︶﹏︶)

Selain itu saya juga baru tahu kalau budaya premanisme seperti yang lagi diberitakan akhir-akhir ini memang sudah menyebar ke seluruh aspek di Indonesia termasuk ya di instansi pemerintah. Siapa bilang pemerintah bebas aksi premanisme? Buktinya di instansi pemerintah tempat saya magang setiap bulan ada tuh orang-orang berlagak preman yang meminta uang seserahan ala kadarnya bagi mereka. Orang-orang ala preman ini di tempat saya magang disebut dengan gerandong ataupun wartawan bodrek. Gilanya lagi, mereka berani banget tuh menagih uang seserahan tersebut setiap bulan kepada masing-masing kepala bidang di instansi itu.  Mana mereka ini datangnya berkelompok dengan muka yang garang-garang dan perawakan yang besar. Mereka bahkan sampai hapal nama-nama, wajah-wajah dan posisi tempat duduk para kepala bidang! Gile bener! Para Kepala Bidang yang sudah hafal kelakuan para gerandong ini, pasti setiap jadwal si gerandong datang atau melihat para gerandong datang di kejauhan pasti segera bergegas lari dan ngumpet. Biasanya sih para pegawai lain yang sudah hafal wajah dan tabiat para gerandong segera lari secepat kilat menginformasikan kepada para atasan mereka perihal kedatangan para gerandong. Dan hooplaa!! Para Kepala Bidang bergegas bersembunyi dan lari menyelamatkan diri. Yang tidak sempat lari ya sudah harus merelakan memberikan upeti kepada mereka secara sukarela walau dalam hati mungkin tidak ikhlas (hahah).  Ngeri banget deh, saya saja sempat dipelototin salah satu dari mereka. Ampun paakkk!!

To be honest, jujur nih ya saya jujur, bagi saya magang itu TIDAK ENAK masih pake BANGET!
Ini murni pendapat saya pribadi yang didasarkan pada pengalaman magang saya selama 30 hari kerja. Entah mengapa, saya benci perasaan disepelekan dan dianggap remeh yang muncul pada saat magang. Sampai-sampai saya merasa tidak ada nilainya sama sekali. Apalagi paling sebal saat saya ditanyai pertanyaan " Loh, anak pemerintahan kok magang di tempat ini? Kenapa tidak di kecamatan atau di kantor dewan? Apa tidak salah tempat?" Zzz sumpah rasanya saya sampai pengen mereka menanyakan kembali kepada diri mereka sendiri mereka ini berprofesi sebagai apa? bukannya pegawai negeri sipil itu sebenarnya aparatur pemerintahan sendiri? apa kalian lupa? Sumpah ada yang salah dengan mindset mereka. Dikiranya pemerintahan itu identik dengan lurah, camat, anggota dewan, dan walikota padahal kalian PNS woyy... salah satu garda terdepan perjuangan pemerintah kita. -__-
Saya juga benci perasaan yang muncul manakala saya dianggurin begitu saja alias tidak diberi pekerjaan sama sekali. Astaghfirullah, rasanya tidak enak sama sekali. Entah emang saya yang merasa kalau saya disitu itu numpang sehingga kalau tidak diberi pekerjaan rasanya kok saya ini semacam unreliable person on earth!
Rasanya sia-sia banget saya hari itu magang kalau cuma dianggurin, buang-buang waktu dan tenaga, mendingkan liburan dibuat jalan-jalan kemana gitu kan ya? :p
Masih banyak lagi hal-hal tidak mengenakan yang membuat saya benci menjalani hidup sebagai Yes Man di tempat saya magang. Saya pikir saya sendiri yang mengalami hal yang demikian, tapi iseng-iseng saya  tanya kepada sesama teman yang menjalani magang. Kesan dan pengalamannya nyaris sama tuh dengan saya. 11-12 lah. Jadi kesimpulannya?

Akan tetapi, terlepas dari kebencian saya akan magang. Saya mengakui magang memberikan manfaat yang sangat besar kepada saya. Banyak pengalaman dan nilai-nilai hidup yang saya temukan disana misalnya saya tidak boleh terlalu cepat mengambil kesimpulan akan seseorang dengan hanya didasarkan sekilas waktu saya melihat dan berbaur dengan mereka. Well, kita tidak pernah tahu isi kepala orang lain kan ya?
Pandangan mata saya juga menjadi terbuka tentang pekerjaan PNS yang selama ini didewa-dewakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Hmm ada enak dan tidak enaknya. Saya juga mendapat beberapa ilmu baru misalnya ilmu mengorganisasikan orang, ilmu tentang pembukuan dan surat menyurat, serta berbagai ilmu lain yang saya rasa akan bermanfaat bagi saya di kemudian hari. Dan yang terpenting, saya merasa menemukan saudara dan keluarga baru disini. Meskipun beberapa orang yang sepertinya tidak menyukai saya, namun mayoritas dari mereka memperlakukan saya dengan sangat baik. Yah, begitulah pergaulan hidup tidak semua orang bakal menyukai keberadaan kita kan? Jadi nikmati saja segala sesuatunya. ^^d

Melalui tulisan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada mereka.
Terima kasih Bapak dan Ibu semua yang telah menerima saya magang di instansi kalian.
Terima kasih telah mengajarkan saya berbagai pelajaran berharga selama 30 hari merasakan menjadi seorang pegawai negeri sipil.
Waktu yang singkat bila dibandingkan dengan banyaknya pelajaran dan pengalaman yang bisa saya ambil.
Sekali lagi...terima kasih. ^^


Salam Kupu-Kupu

5 comments:

  1. astaga.. begitu mengharukan kisahmu mas :D
    hampir sama dengan saya.. jd bsa merasakan

    tapi hidup penuh perjuangan..
    mungkin ini awal dari sebuah kesuksesan :p

    ReplyDelete
  2. hahah. from the bottom of my heart ni dod ceritanya.

    betul! semoga kelak semuanya bisa berbuah manis. :)
    btw, tumben bijak doy? hahah.

    ReplyDelete
  3. itu pegawai negri mana dlu gan....
    coba kalo ke kantor ane gan....dijamin ga da yang sempet ngintimidasi...kerjaan ngaliirrr teruuss...:D

    ReplyDelete
  4. ane PNS gan...tapi ane ga pernah nganggurin client...walopun clientnya biasa nya orang kantor juga...karen di kantor ane berhubungan sama komputer doank kebanyakan..:D

    ReplyDelete
  5. @atas ane: iye gan kan, emang gak semua PNS kaya yang di tulisan ane. Nyokap ane juga PNS dan ane tau kerjaannya juga ngalir terus. Ane cuma nulis pengalaman ane magang di instansi pemerintah aja gan. makasih udah mampir ya agan-agan semua. :)

    ReplyDelete