Thursday, April 5, 2012

Cerita Bersama Tetangga Part VI: A Dangerous Trip To Telomoyo!

Gunung Telomoyo


Ni hao!
We're back with our adventure guys!
Ternyata dugaan saya selama ini sesuai yang tercantum di Cerita Bersama Tetangga Part V salah besar nih Stufliers. Pada awalnya kami yang berniat vakum sejenak untuk jalan-jalan bareng sembari menunggu Mbak Reza pulang ke kampung halaman ternyata tidak terjadi. Heheh, sepertinya hasrat kami untuk berpetualang memang tidak bisa dibendung hingga kemudian tercetuslah rencana jalan-jalan dadakan pada saat libur akhir pekan nan panjang pas perayaan Nyepi kemarin. 

Terus tujuan kali ini kemana?
Ke Gunung. Hah? Serius?
Iya kami jalan-jalan ke gunung loh. Tapi jangan dikira kami capek-capek jalan kaki naik gunung beneran macam para pecinta alam dan pendaki. Kami ke gunung yang untuk ke puncaknya bisa naik motor karena ada jalan aspal menuju kesana. Hah emang ada?
Ada, namanya Gunung Telomoyo. Gunung Telomoyo adalah Gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah dan merupakan gunung berapi tipe strato (kerucut) namun belum pernah tercatat meletus sepanjang sejarah (Hii, jangan sampai!). Gunung ini memiliki ketinggian yang enggak seberapa, ehm cuma sekitar 1.894 dpl saja kok (plak). Saya akui, saya yang paling berhasrat pengin ke Gunung Telomoyo. Entah mengapa saya yang memang lagi stress-stressnya sebagai mahasiswa tingkat akhir benar-benar butuh tempat yang damai, tenang, sepi dan bisa teriak-teriak melepaskan segala kegundahan (wkwkw korban FTV :p). Hingga akhirnya terbersitlah ide untuk mengajak tetangga-tetangga saya yakni Decky, Adit, dan Dody untuk pergi ke Gunung Telomoyo. Semua serba dadakan. Tanpa perhitungan. Hanya berharap semua rencana berjalan lancar tanpa suatu kendala apapun.

Jumat Pagi, 23 Maret 2012.
Saya, Decky, dan Dody sudah berkumpul di rumah saya jam 6 pagi sesuai kesepakatan dadakan via sms.
Masih kurang satu personel yakni si Adit. 5 menit ditunggu belum datang juga, 10 menit ditunggu belum datang juga. Di-sms maupun ditelepon hapenya tidak aktif. Gyaaa, saya mulai mikir yang macam-macam. Decky pun menghampiri rumah si Adit namun kembali dengan hasil yang nihil. Katanya rumah si Adit masih gelap dan tertutup rapat. Jegler!! Please...jangan bilang si Adit ikutan Amati Karya, Amati Geni, Amati Lelungan dan Amati Lelanguan. Tidaaakkk!!
Kamipun mulai hopeless, apalagi mengingat kebiasaan ngebonya si Adit yang tingkat Dewa Durjana. Saking lamanya ngebo sampai susah ngebedainnya dia tidur apa hibernasi di musim penghujan (ciss :p). 15 menit, 20 menit kami mulai memikirkan rencana pengganti apabila si Adit tidak nongol-nongol juga dan kami sepakat masih akan tetap menunggu Adit hingga jam 7 pagi.
Hingga kemudian, hape saya dan Decky bergetar dan menunjukkan ada sms, dari...si ADIT! Sudah diduga dia ketiduran saudara-saudari ! (asah samurai).
Setelah menunggu Adit yang mandi super kilat kami pun segera berangkat ke Gunung Telomoyo.

Rute yang ditempuh untuk mencapai Gunung Telomoyo ternyata sama seperti rute menuju Air Langit maupun Seloprojo (baca petualangan kami ke kedua Air Terjun tersebut disini) bedanya begitu sampai di dekat Kantor Desa Salaran (cmiiw) ada pertigaan kita belok ke kanan. Tenang saja ada penunjuk arahnya kok, tapi harus cermat karena penunjuk arahnya cuma seupil heheh. Setelah belok kanan, kami melewati perkampungan penduduk dan dimulailah rute mendaki ke Gunung Telomoyo dengan menggunakan motor. Sumpah di sepanjang jalan inilah tingkat kebetean saya memuncak, bagaimana tidak saya kira jalan aspal menuju ke Puncak Gunung Telomoyo itu mulus. Kenyataannya, jalannya RUSAK PARAH! PARAH SEKALI! Titik. Saya sampai sebal melihat jalan yang berlubang dengan dahsyatnya. Mana jalannya itu sempit (seukuran mobil saja), licin, masih menanjak pula. Sepanjang jalan saya harus berkonsentrasi ekstra melibas lubang-lubang tersebut sembari kencang-kencang berdoa. Saya benar-benar takut, apalagi waktu itu jalannya benar-benar sepi dan kanan kiri jalan hanyalah hutan dan sesekali tebing yang besar. Saya yang waktu itu memboncengkan si Dody sampai berniat balik lagi turun gunung karena melihat kondisi jalan yang rusak parah. Tapi, masa iya saya yang paling berhasrat ke Telomoyo akhirnya mundur cuma gara-gara kondisi jalan? Saya pun tetap nekat melanjutkan perjalanan dengan sangat pelan, itu saja saya masih sempat beberapa kali nyaris jatuh pada saat melewati lubang-lubang jalan nan heboh. Semakin down-lah saya, manakala saya merasa kok tidak segera sampai ke Puncak Gunung Telomoyo. Time went so slow in there! Dan itu adalah perjalanan ngebolang paling menakutkan seumur hidup saya!

Gunung Sindoro dan Sumbing di Kejauhan
Dengan penuh penantian, kesabaran, dan perjuangan akhirnya sampailah kami di Puncak! Buset dari bawah ke atas saja membutuhkan waktu hampir satu setengah jam-an stufliers! Akan tetapi, pemandangan dari Puncak Gunung Telomoyo itu superb sekali! Dari Puncak kita bisa melihat berbagai gunung di kejauhan mulai dari Gunung Andong, Merbabu, hingga Gunung Sindoro dan Sumbing. Pemandangan Danau Rawa Pening dan berbagai kota di kejauhan, berbagai desa dengan jalanannya yang meliuk-liuk dan sawah yang menghijau pun terlihat dari puncak. Ya Allah indahnya. Awan-awan pun serasa menyambut kami dan berlalu hilir mudik di sekitaran kami. Aaaaa saya berasa sedang di negeri atas awan! Oh iya, di Puncak Gunung Telomoyo terdapat stasiun repeater radio Provinsi Jawa Tengah dan ada semacam kantor jaga Telkom di puncak Gunung Telomoyo. Jadi, kalau Stufliers lagi melawati jalan Semarang-Salatiga dan melihat suatu gunung dengan menara di atasnya maka itu adalah Gunung Telomoyo yang dimaksud. Suer, berada di puncak dengan melihat segala pemandangan indah yang tersaji benar-benar membuat kami betah dan melupakan perjalanan naik yang mengerikan. Selain melihat-lihat pemandangan, berfoto ria, kami juga membuat pesawat-pesawatan kertas kemudian menerbangkannya dari puncak. Aaaaa asyik banget!

Menara Repeater

Gunung Andong

Main Pesawat-Pesawatan   
Namun tak terasa, waktu terus bergulir. Kamipun memutuskan untuk turun dan perjalanan super menyiksa dimulai kembali meski lebih menyiksa waktu naik daripada waktu turun. Di perjalanan turun inilah kami juga sempat rehat di air terjun kecil yang terdapat di salah satu spot di Gunung Telomoyo. Airnya brrr...dingin banget seperti suhu udara pada saat di Puncak Gunung. >.< 
Sebelum keluar dari kawasan Gunung Telomoyo saya kaget karena tiba-tiba dicegat seorang Bapak-Bapak dengan muka garang. Lah ada apa ini? Saya ingat dia cuma bilang "kartunya mana mas, kartunya mana?". Heh? Kartu ape? Kartu Tanda Penduduk? Kartu Remi? Apa Kartu Uno? (O.O')
Saya bingung, tapi ternyata si Bapak menagih kartu (karcis mungkin ya...) masuk ke Kawasan Gunung Telomoyo. Oalah, ternyata kami datang kepagian saat loket masuk belum dibuka, jadi kami baru ditagih pada saat kami keluar. Ye, ngomong kek pak daritadi kan tidak perlu memasang muka garang. Tapi kan bukan salah kami juga kalau waktu datang, loket masuknya belum buka. Terus gimana dong? Akhirnya, kami yang berempat cuma dikenai biaya Rp 5.000,00 entah deh bagaimana hitungannya. Harapannya sih, semoga uang tersebut bisa membantu perbaikan jalan ke Puncak. Amin. Hahahah. :p

Terlepas dari perjalanan super dangerous ke Puncak Gunung Telomoyo dan rasa pegal luar biasa yang saya dapatkan setelah itu, tapi saya akui pemandangan alam yang kita dapatkan disana benar-benar mempesona. Mungkin ini kali ya yang disebut dengan dibutuhkan pengorbanan ekstra untuk mendapatkan hasil yang ekstra. Semua terbayar. Cuma, kalau dalam waktu dekat ini saya diajak naik ke Gunung Telomoyo lagi. Saya cuma bisa jawab, "enggak deh...nunggu jalannya mulus kayak di tol dulu kali ya..." Heheh. Terima kasih tetangga! Sampai Jumpa Gunung Telomoyo!

Bonus Pict :p
Happy Long Weekend dan Salam Kupu-Kupu. v^^v

5 comments:

  1. harusnya pas di puncak bilang, "Skripsiiiii....."

    ReplyDelete
  2. Huahahah sayang e gak ada gema ne to dod kan lebih epic nek teriak "skripsiii...siii...siii....siii". :D

    ReplyDelete
  3. Err no thank you deh.
    Nunggu udah ada highway kesana yak fie. :D

    ReplyDelete