Monday, January 28, 2013

Jalan-Jalan Semarangan: Mengintip Dua Obyek Wisata di Semarang Atas

Pagoda Avalokitesvara

Tercatat sudah 3 tahun lebih saya menimba ilmu di Kota Semarang. Kota besar yang menjadi Ibukota Provinsi Jawa Tengah ini nyaris pernah bagaikan rumah utama dikarenakan dalam satu minggu lebih banyak waktu yang saya habiskan disana daripada di kampung halaman, Salatiga. Tapi itu dulu, saat saya masih aktif menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di kota tersebut. Nah kalau sekarang, berhubung saya mahasiswa tingkat akhir yang sudah tidak ada tanggungan kuliah lagi kecuali skrip-shit skripsi maka jadi jarang sekali waktu yang saya habiskan di kota itu. Otomatis, saya jadi semi pengangguran. Kalau pas ada giliran bimbingan ke dosen pembimbing ya saya ke Semarang kalau tidak ya cuma leyeh-leyeh aja di rumah. Terkadang sih ke Semarang juga kalau memang lagi jenuh sama kondisi rumah yang sepi dan cocok bikin malas-malasan. Eh tapi, kalau ke Semarang cuma buat numpang tidur di kos juga kayanya aneh banget kan? Untunglah ada salah satu teman dekat saya si Nurul yang mengusulkan agar waktu ke Semarang dipakai juga buat jalan-jalan "Semarangan" alias jalan-jalan keliling Kota Semarang. Waktu itu sih ceritanya si Nurul kebetulan lagi senggang sekaligus tengah penat seusai magang. Ah! Kenapa tidak? Pikir saya waktu itu. Toh kalau boleh jujur meskipun sudah 3 tahun lebih tinggal disana, masih banyak tempat wisata yang belum saya kunjungi di Semarang. Bahkan saya baru pernah mengunjungi Gedong Lawang Sewu dan Pantai Marina saja. Kamipun googling dan cari info kesana kemari, dan ternyata saudara-saudari...Semarang punya banyak tempat yang asyik buat dijelajahi. Mau bukti?

Kota Semarang adalah salah satu kota perdagangan penting di Indonesia bahkan sejak jaman dahulu kala. Hal ini dikarenakan wilayah Semarang yang awal mulanya berada di daerah pesisir memiliki pelabuhan yang sering digunakan kapal-kapal dagang untuk bersandar dan berlabuh. Salah satu kapal yang pernah bersandar disana adalah kapal besar milik Laksamana Cheng Ho , salah seorang pelaut terkenal yang berasal dari Cina Daratan pada 1405 M. Dalam perkembangannya, Kota Semarang pun terus berbenah dan berubah menjadi kota besar di negara kita tercinta. Uniknya, meskipun di Kota Semarang dikenal pembagian administratif resmi kewilayahan sesuai arah mata angin (seperti Semarang Utara, Selatan, Barat dan Timur) akan tetapi di kota ini dikenal pula pembagian administratif tidak resmi dengan melihat bentuk kontur wilayah. Wilayah Semarang yang letaknya lebih tinggi dinamakan Semarang Atas sedangkan wilayah yang letaknya lebih rendah dan dekat dengan lautan dinamakan Semarang Bawah. Sepengetahuan saya, dari sekian kota besar yang ada di Indonesia baru Semarang lah yang terkenal dengan pembagian atas-bawah. Nah, saya dan Nurul merupakan penduduk sementara di Semarang Atas karena letak kampus kami di wilayah atas (info penting! :p).

MURI


12 Desember 2012 malam, saya pun mengabari Nurul via sms bahwa besok pagi saya akan ke Semarang. Si Nurul pun cepat tanggap dan langsung menagih saya hutang buat jalan-jalan Semarangan. Ingatan Nurul memang sangat remember-able kalau sudah masalah jalan-jalan. Hahah. Sayangnya, cuaca tidak begitu bersahabat keesokan harinya. Dari pagi saja, semburat awan kelabu telah menghiasi langit hari itu. Saya pun tetap nekat pergi ke Semarang meski baru setengah jalan hujan telah menyambut dengan derasnya. Setelah berganti pakaian yang basah karena hujan-hujanan, sayapun menghampiri Nurul di kosnya. Hujan sudah reda ketika saya sampai di Semarang meski awan mendung tetap setia menghiasi langit. Setelah ngobrol sebentar, kamipun sepakat untuk tetap jalan-jalan meski tujuan kami batasi di sekitaran Semarang Atas saja karena masalah cuaca dan waktu yang sudah siang. Aik, salah satu teman dekat si Nurul dan saya pun ikut bergabung dengan kami. Kamipun memacu motor menuju dua tempat wisata asyik di Semarang Atas.

Deretan patung ayam simbol PT. Jamu Jago

Obyek pertama kami adalah Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) yang terletak satu kompleks dengan PT. Jamu Jago. Siapa sih yang tidak mengenal nama MURI? Museum yang didirikan oleh Jaya Suprana bersama PT. Jamu Jago (Jaya Suprana dirutnya waktu itu) ini resmi berdiri semenjak 27 Januari 1990. MURI diresmikan langsung oleh Soperdjo Roestam yang waktu itu masih menjabat sebagai Menko Kesra Republik Indonesia. Sesuai namanya, museum ini mencatatkan rekor-rekor superlatif (a.k.a. ter-/paling misal terbesar, terbanyak, tercepat, dsb) yang ada di Indonesia. Kabar gembira bagi para traveler penggemar hal-hal gratisan karena tidak dipungut biaya sepeserpun untuk masuk ke dalam museum, hal yang kita perlukan  hanyalah meminta ijin terlebih dahulu kepada para satpam yang berjaga di depan pintu gerbang masuk PT. Jamu Jago. Awalnya, saya sempat meragu untuk mengunjungi MURI oleh karena menurut info yang ada di internet museum ini hanya buka sampai jam 2 siang sedangkan kami mulai berangkat saja sekitar jam setengah 3 siang. Si Nurul dan Aik tetap kekeuh untuk mencoba kesana dulu, oke baiklah tapi dengan catatan saya mempersilahkan mereka berdua untuk menghadapi para satpam (tips! kalau kalian bertemu dengan petugas keamanan atau petugas protokoler lainnya dalam acara apapun dan dimanapun, silahkan menggunakan pihak yang berbeda jenis kelamin dengan si petugas untuk melakukan negosiasi. Insya  Allah hasilnya akan lebih menguntungkan kalian hihih). Sayapun menunggu di luar sedangkan Nurul dan Aik masuk ke dalam terlebih dahulu, dan voila kamipun diperbolehkan masuk oleh Bapak Satpam yang tengah berjaga. Ternyata oh ternyata, kini waktu beroperasi MURI diperpanjang hingga jam 4 sore! Cihuy!

Jaya Suprana

Kami bertiga berlatar belakang lukisan Dirut Jamu Jago

Foto sama Pak Ciputra (lukisannya doang tapi :p)

Museum Rekor-Dunia Indonesia bertempat di lantai kedua salah satu gedung yang ada di kompleks PT. Jamu Jago. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan museum-museum lain yang ada di Indonesia. Tahu apa? Yap! Sepi pengunjung! Pada siang itu, hanya kami bertigalah yang berada di dalam museum itu selain beberapa petugas. Agak miris banget dibandingkan ruangan museum yang cukup luas dengan tata ruang yang rapi dan padat oleh benda-benda yang dipamerkan. Tapi kami sih senang-senang saja, rasanya jadi lebih bebas dan puas untuk melihat-lihat isi di dalam museum dan tentunya lebih puas juga untuk bernarsis ria hahahah. Mayoritas rekor-rekor yang dipamerkan hanya berupa dokumentasi foto yang disertai dengan informasi terkait rekoris (pemecah rekor) dan deskripsi singkat rekor yang dicatatkan. Adapula rekor yang dipamerkan berwujud benda yang menjadi pencatat rekor itu sendiri misalnya textbook terbesar di Indonesia, kumpulan rumus matematika terpanjang di selembar kain, atau miniatur Candi Borobudur yang terbuat dari perak (glek, culik yuk! *plak*). Selain memamerkan rekor-rekor, MURI juga menyajikan segala hal yang berkaitan dengan jamu dan PT. Jamu Jago. Kita bisa melihat sejarah berdirinya PT. Jamu Jago sembari melihat-lihat jenis tanaman obat yang digunakan, alat-alat yang dipakai dalam membuat jamu dari jaman baheula hingga masa kini lengkap dengan diorama-dioramanya. Hebat ya? Ayo ke Museum dong!

Beraksi ^^

Miniatur Candi Borobudur dari perak nih

Mainan alat pembuat jamu tradisional :D


Obyek wisata selanjutnya yang kami kunjungi adalah Vihara Buddhagaya Watugong. Vihara ini terletak persis di pinggir Jalan Perintis Kemerdekaan yang merupakan jalan utama Semarang-Solo. Tidak dipungut biaya resmi untuk masuk ke dalam vihara yang diresmikan pada tahun 2006 yang lalu ini, kita hanya dipersilahkan untuk mengisi kotak amal yang ada di depan pintu masuk seikhlasnya. Cuaca masih mendung saat kami berada disana, tapi itu tidak mengurangi rasa kegirangan saya karena akhirnya bisa masuk dan melihat Vihara Watugong dari dalam. Setelah biasanya hanya bisa mengagumi dari jalan ketika hendak pulang ke Salatiga (tragis yak?). Si Nurul dan Aik sih tidak begitu antusias saat kesini sebab mereka sudah pernah masuk ke vihara ini sebelumnya, jadi mereka lebih ke menemani saya saja sebenarnya hihih. Begitu memasuki bagian depan, kami langsung disambut oleh Patung Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih) yang berada di tengah lantai berbentuk bunga teratai. Di dekatnya ada pula patung Sang Budha yang tengah duduk di bawah pohon Bodi. Namun, highlight dari vihara ini adalah Pagoda Avalokitesvara yang menurut catatan dari MURI adalah pagoda tertinggi di Indonesia. Pagoda ini tercatat memiliki tinggi sebesar 45 meter yang terbagi ke dalam 7 tingkat sesuai dengan ajaran agama Budha yang menyebutkan ada tujuh tingkatan kesucian dalam proses meditasi yang harus dipenuhi satu persatu. Pada tingkat kedua sampai keenam terdapat patung Dewi Kwan Im yang menghadap empat arah mata angin dan pada tingkat ketujuh terdapat Patung Amitaba yang merupakan guru besar bagi manusia dan dewa. Oh iya, kabarnya Vihara Watugong akan dilengkapi dengan Patung Budha raksasa yang kini tengah dikerjakan. Makin epic dah nanti pasti.

Sang Dewi Welas Asih

Sang Budha dan Pohon Bodhi

Cheers!

Sayangnya, kami hanya sebentar saja di obyek kedua. Hujan tiba-tiba datang kembali menyambut kami. Untunglah tak sampai setengah jam hujan pun mereda, namun hujan itu sudah sukses membuat kami untuk mengakhiri perjalanan kami sore itu. Perjalanan menikmati tempat-tempat wisata di kota rantau dalam rangka menggapai tingkat pendidikan kami. Perjalanan yang mungkin merupakan kenangan terakhir sebelum kami lulus dan keluar dari kota tersebut. Teruntuk Aik dan Nurul, terima kasih sudah menemani saya jalan-jalan keliling Semarang. Semarang Atas sudah, kapan giliran Semarang Bawah nih? Heheh.


Visit Central Java 2013 dan Salam Kupu-Kupu ^^d

2 comments:

  1. aaaaaaaaaaak, travelling blog banget ni blog kamu, Ngga! hehehe..aku pingin ke spot yang kedua aja sampe skrang belum kesampaian, baru di Sam Poo Kong itu..hehehe. udah lama nggak ngongol ni Ngga. dan karena Nurul, eeeeh, nongol lagi alhamdulillah. hehehehehe

    mampir ke blogku Nggaaaaa:D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahah nggak kok mey, aku tetap jadi personal blogger aja. Traveling itu cuma salah satu cara dalam melihat dunia. :)
      Ini udah cerita lama loh anyway, cuma lagi ada fokus lain aja mey jadi belum sempet nulis hihih.

      sip aku pasti mampir. terima kasih sudah mampir.:)

      Delete