Friday, February 8, 2013

Jalan-Jalan Semarangan: Mutar-Muter Demi Tay Kak Sie


Salah satu hal yang saya sukai dalam kegiatan traveling selama ini adalah mengagumi tata kota suatu daerah beserta bangunan-bangunan unik dan keren yang ada di daerah tersebut. Makanya, jangan heran kalau saya begitu bernafsu bila mendapat ajakan untuk menyambangi kawasan kota lama yang ada di suatu daerah ataupun mengunjungi landmark-landmark yang ada disana mulai dari tugu, candi, masjid, bangunan kuno, hingga jembatan saya pasti suka. Namun ada dua bangunan yang menjadi favorit saya kalau tengah berkunjung ke suatu daerah yakni gereja dan kelenteng. Why? It's simply karena biasanya kedua bangunan tersebut didesain dengan unik dan menarik. Mayoritas sih mengikuti pakem design bangunan bergaya Eropa atau Asia yang entah mengapa bisa sukses membuat saya berdecak kagum. Err, kekaguman itu mungkin ada kaitannya dengan faktor saya yang selama ini belum pernah sekalipun (catat, SEKALIPUN *trims*) berpetualang dan menginjakkan kaki ke negeri orang (apalagi ke Eropa...belum mampu gan!) sehingga cukup dengan melihat tiruan desainnya saja saya sudah merasa puas. Hiks. Nah baru-baru ini, saya dan salah satu teman jalan-jalan saya si Nurul (lagi-lagi? heheh) berkesempatan untuk melihat kelenteng tertua yang ada di Kota Semarang. Yep yep, kelenteng yang saya maksud adalah Kelenteng Tay Kak Sie. Eh tapi entah saya yang benar-benar buta arah atau bagaimana, perjalanan ini begitu menguras fisik dan mental (oke, agak lebay :p). Bayangkan kami harus mutar-muter kesana kemari karena tersesat dan tak tahu arah yang pasti. Grrrrrr.

Kelenteng Tay Kak Sie merupakan salah satu kelenteng yang terdapat di kawasan Pecinan Kota Semarang. Kalau ada yang belum ngeh, Pecinan di Kota Semarang itu terbagi ke dalam tiga gang (jalan kecil) yakni Gang Lombok, Gang Pinggir dan Gang Warung. Nah, ketiga gang ini bagi orang awam ataupun orang yang baru pertama kali ke Semarang agak sulit untuk ditemukan karena letaknya yang mblusuk-mblusuk (masuk-masuk ke dalam sedalam-dalamnya *plak*). Begitu pula saya dan Nurul yang sama sekali tidak tahu menahu  letak Pecinan khususnya Gang Lombok tempat Kelenteng Tay Kak Sie berada. Err, sebenarnya sih saya pernah lewat tapi waktu itu saya tidak sempat menghafalkan jalan karena tengah tertidur dengan imutnya (gak boleh protes ey!). Akhirnya berbekal nekat dan GPS yang ada di smartphone, kami berdua pun berangkat mencari Kelenteng Tay Kak Sie pada 10 Januari 2013 yang lalu. Percaya diri aja gitu bawaannya hingga setengah jam perjalanan kemudian kami tersadar bahwa sedari tadi sepertinya kami hanya mutar-muter di jalanan saja (kami berdua berangkat lewat daerah Sigar Bencah hingga tembus ke Kedungmundu dengan niat sebenarnya tembus di daerah Sompok atau apalah itu namanya). Kami baru sadar ketika sampai di perempatan besar kami bertemu dan melihat mall yang sangat familiar. Laah, itu kan Java Supermall? Siaaaaall. Kami berdua pun hanya bisa tertawa sembari mengutuki kebodohan yang terjadi.



Sayangnya, penderitaan kami masih berlanjut. Nurul pun saya pasrahi untuk memegang smartphone sambil membaca arah yang ditunjukkan GPS. Kami pun telah tiba di Jalan Kyai Agus Salim yang masih satu kompleks dengan Pasar Johar. Yeah, Pecinan Semarang sebenarnya dekat dengan Pasar Johar. Gampang kan? Gampang buat yang paham dengan kondisi jalanan Kota Semarang. Sedangkan kami? Nafas mulai kembang kempis dan mulai putus asa sama arah yang ditunjukkan oleh GPS. Si Nurul terus menyemangati saya sambil berkata bahwa kami berada di jalur yang benar. Saya pun agak tenang dan tetap mantap memacu motor yang kami tumpangi. Hingga akhirnya, satu perkataan Nurul di tengah keramaian jalanan pasar itu membuat saya terkejut. "Loh ngga, kok kita udah kelewatan?" DAARRR! APA?? Saya pun mencoba mengecek GPS dan benar saja posisi kami dari GPS itu sudah menunjukkan ujung dari Jalan Kyai Agus Salim sedangkan Gang Lombok yang kami tuju terletak di tengah-tengah Jalan Kyai Agus Salim entah dimana tepatnya. Lemaslah saya. Kami pun memutuskan putar balik tapi dari tadi kami tak melihat jalan kecil yang menghubungkan Jalan Kyai Agus Salim dengan Gang Lombok. Putar balik lagi eh kami tahu-tahu sudah sampai Daerah Kauman (kawasan Arab dan muslim di Semarang yang dekat dengan Pasar Johar)!  Grr, baru kali ini saya merasa hopeless sama GPS! Sekali lagi kami kembali ke jalan raya untuk kembali memasuki Jalan Kyai Agus Salim dari arah sebaliknya. Kamipun memutuskan untuk bertanya dengan orang-orang yang kami temui di sepanjang jalan itu. Percobaan pertama gagal. Seorang tukang becak yang kami tanya, malah balik bertanya apa itu Gang Lombok dan apa itu Pecinan? Duh, susah payah saya menjelaskan si bapak tukang becak tetap menatap saya dengan tatapan kebingungan. Putus asa, saya pun mengucapkan terima kasih dan meninggalkan si bapak yang masih melongo. Maaf ya pak, saya sibuk dan nyaris gila! Lanjut, kami pun bertanya kembali kepada seorang bapak penjual kacamata dan dijawab olehnya dengan Bahasa Jawa Krama! Argh, saya kan lemah banget sama bahasa krama! Untunglah sepatah dua patah kata si bapak diselingi dengan Bahasa Indonesia yang membuat saya dan Nurul sedikit mengerti. Kamipun berjalan pelan-pelan sembari menengok ke arah seberang jalan untuk menemukan jalan kecil yang dimaksud bapak penjual kacamata dan GPS. Ah itu dia! Ternyata saudara-saudara jalan kecil penghubung antara Jalan Kyai Agus Salim dan Gang Lombok nyaris tidak terlihat karena tertutupi oleh dua truk besar yang tengah parkir. Capeee deh!



Mirip? *kabur*

Pura-pura membaca *padahal ga paham*

Setelah 1,5 jam perjalanan (normalnya, hanya butuh waktu dari Semarang Atas mungkin sekitar 30 menit-45 menitan)  mencari akhirnya sampailah kami di Gang Lombok. Benar-benar perjalanan yang menyiksa batin dan membuat pantat menjadi sixpack (eh?). Kelenteng Tay Kak Sie sudah ada di depan mata kami. Kelenteng yang dibangun pada tahun 1746 ini pun menjadi kelenteng tertua yang ada di Kota Semarang. Tak banyak yang kami lakukan di depan kelenteng yang bernama lain Kuil Kesadaran Agung ini karena nampak beberapa orang yang tengah beribadat di dalamnya. Kami hanya bisa mengagumi keindahan kelenteng yang dihiasi oleh ornamen-ornamen khas oriental sambil sesekali membidikkan kamera ke sudut-sudutnya. Sebenarnya saya pengin melihat ke arah dalam, tapi takut mengganggu mereka yang tengan bersembahyang sehingga kami pun mengurungkan niat. Oh iya ngomong-ngomong soal peribadatan, pada awalnya Tay Kak Sie hanya diperuntukkan untuk memuja Yang Mulia Dewi Welas Asih atau Dewi Kwan Sie Im Po Sat (atau lebih dikenal dengan sebutan Dewi Kwan Im). Tapi kemudian dalam perkembangannya, kelenteng ini pun menjadi tempat pemujaan dewa-dewi lain hingga bahkan menjadi kelenteng terbesar soal pemujaan dewa-dewinya. Setidaknya ada 10 Dewa-Dewi Tao yang dipuja termasuk salah satunya adalah Sam Po Tay Jin (Sam Po Kong). Yes, itu adalah nama lain dari Laksamana Cheng Ho-seorang muslim-namun dianggap oleh masyarakat Tionghoa sebagai salah satu dewa. Bahkan di depan kelenteng ini terdapat patung besar Laksamana Cheng Ho dan juga replika kapal yang digunakannya dalam menjelajahi samudera.
Namun, yang paling membetot perhatian kedua mata saya justru kepada ornamen naga yang menghiasi atap kelenteng itu. Heheh entah kenapa saya memiliki kekaguman pribadi terhadap naga-naga dari China (err, bukan naga-naga 3D yang biasanya nongol di sinetron indo*siar yak mueheheh). Setelah puas mengagumi dan bernarsis ria (tentu saja!) kami berdua pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di food court yang terletak di samping Tay Kak Sie. Iya, ada kok. Selain itu, Gang Lombok sebenarnya juga terkenal akan lumpia dan mie pangsit-nya yang melegenda. Too bad, kami berdua tidak sempat mencicipi itu semua karena hari sudah semakin sore.


The Dragons!

Nurul dan Patung Cheng Ho

Saya dan Replika Kapal

By the way, imlek ternyata sudah tinggal beberapa hari lagi. Orang-orang Tionghoa di negara asal maupun di negara-negara lain seperti Indonesia terlihat nampak bersuka cita dalam menyambut salah satu perayaan terpenting bagi mereka. Kelenteng dan tempat peribadatan pun dibersihkan. Nah buat teman-teman yang merayakan Imlek saya ucapkan selamat Hari Raya Imlek! Gong Xi Fa Cai! Gong Xi, Gong Xi! I wish you all have lots of good fortune, prosperity and good health throughout this year. Amin.


Salam Kupu-Kupu ^^d

2 comments: