Tuesday, April 9, 2013

Sejenak Melepas Penat Di Pasar Triwindu Solo



Saya penat. Literally. Apalagi, semenjak sudah tidak ada kegiatan berarti bagi saya sebagai mahasiswa selain menunggu wisuda pada akhir bulan ini...duh bener-bener bingung mau ngapain. Mau jalan-jalan yang jauh, eh duitnya tidak ngumpul-ngumpul. Mana mau minta uang saku ke orang tua agak tak enak hati karena juga sudah jarang ke Semarang lagi. Bzzz, memang jobless dan moneyless itu kombinasi yang menyakitkan! Syukurlah, salah seorang sahabat saya sedari SMA si Olin tiba-tiba mengajak saya untuk menghadiri job fair yang diadakan di UNS Solo. Olin yang sudah wisuda duluan bulan lalu mengatakan bahwa ini kesempatan bagus biar saya yang masih "hijau" ini setidaknya punya gambaran tentang job fair. Tambahnya lagi sih nanti kalau sesudah dari job fair  itu nanti kita bisa jalan-jalan berkeliling sebentar di Kota Solo. Ah! Saya pun mengiyakan saja tawaran darinya. Saya jadi punya alasan buat keluar dari rumah dan (tentunya) mendapatkan uang saku dari orang tua heheh. Oke, saya akan men-skip cerita tentang job fairnya. Bukan berarti ikutan job fair itu tidak menghasilkan apa-apa, banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa saya petik dari sana. Namun entah kenapa saya lebih tertarik menceritakan pengalaman jalan-jalan instan saya bersama Olin ke salah satu tempat yang menarik dikunjungi di Kota Solo. Apakah itu?


Jam sudah menunjukkan pukul setengah 3 sore waktu kami selesai makan sembari rehat setelah seharian tenaga terkuras dalam mengikuti job fair. Saya lalu menanyakan Olin, jadikah kita ke tempat itu? Setelah melihat jam yang bertengger di tangan kirinya, Olin pun menganggukkan kepalanya. "Tapi kita cuma bisa sebentar loh bul, gak papa?" tanya Olin karena takut kesorean untuk pulang ke Salatiga. Saya gantian menganggukan kepala, tak masalah disana cuma seperempat atau setengah jam. Bagi saya ini semacam momen untuk melepaskan penat dan kecapaian yang kami rasakan. Ah! Saya lupa mengatakan tempat apa yang akan kami kunjungi. Tempat itu adalah Pasar Barang Antik Triwindu. Letaknya sih tidak seberapa jauh dari rumah makan ala-ala Jawa di depan Loji Gandrung alias rumah dinas Walikota Solo-tempat percakapan kami sebelumnya terjadi. Kata orang-orang jaman dulu sih mungkin hanya sepelemparan batu, walau saya percaya yang melempar batu haruslah seseorang yang punya tenaga super bak superman, super junior (eh), atau mungkin super eyang subur. *plak*

Olin dan Topeng

Saya dan Kentongan
Olin mejeng :p

15 menit dengan menggunakan mobil akhirnya sampailah kami berdua di depan pasar yang sekarang dikenal pula dengan nama Pasar Windujenar ini. Pasar ini terletak di salah satu kawasan budaya yang terkenal di Kota Solo yakni Ngarsopuro tepatnya di Jalan Pangeran Diponegoro. Bagi para penggemar barang-barang antik, Pasar Triwindu sudah bagaikan surga bagi mereka dalam berburu dan mencari barang-barang unik, kuno dan memiliki nilai seni, historis maupun ekonomi yang tinggi. Gapura besar terbuat dari kayu menyambut saya dan Olin sebelum memasuki area dalam dari pasar yang konon sudah ada semenjak Indonesia belum merdeka ini. Di sebelah kanan gapura, terdapat kentongan besar (sejenis alat tradisional yang digunakan untuk memanggil orang) dan topeng kayu besar yang menambah kesan bahwa kami memasuki area penuh dengan nuansa nostalgik dan antik. Oleh karena tidak banyak waktu yang bisa kami habiskan, kami pun sepakat hanya berkeliling area depan pasar saja. Tepatnya mengelilingi pendapa besar di tengah-tengah area depan. Di sekeliling pendapa itu berderet toko-toko kecil yang memperdagangkan barang-barang antik beraneka rupa mulai dari barang pecah belah, lukisan, boneka kayu, uang koin, kerajinan logam dan lain sebagainya. Harganya pun beraneka rupa mulai dari puluh ribuan bahkan hingga puluh jutaan. Kabarnya, kita juga bisa mendapatkan barang-barang dari Keraton Kasunanan Surakarta. Entah dari mana asal mula barang-barang tersebut.

Uang Koin

Barang Pecah Belah dan Gambar Lucu

Boneka Kayu dan Wayang

Gajah- Gajahan

Eh, tapi barang-barang yang dijual masih bisa ditawar kok. Pandai-pandai menawar sajalah bahkan sistem barter masih berlaku di tempat ini. Maksudnya, kalau kita punya barang antik bisa ditukarkan dengan barang antik pula. Namun berhati-hatilah dalam memilih, tidak semua barang antik merupakan barang antik. Bisa saja sebenarnya barang tersebut merupakan kerajinan yang dibuat akhir-akhir ini namun diklaim oleh pedagangnya sebagai barang antik. Meskipun saya adalah jenis orang yang awam tentang dunia perantikkan tapi kemarin saya tergoda membeli gajah-gajahan yang terbuat dari kuningan. Lumayan buat nambah koleksi di rumah. Harganya sih cukup terjangkau yakni Rp 20.000,00/buah, itu sudah dapat potongan Rp 5.000,00 setelah ditawar oleh Olin. Sebelum pulang, saya dan Olin tertarik untuk foto-foto di trotoar sepanjang Jalan Pangeran Diponegoro. Itu pedestrian paling berbau Jawa yang pernah saya temui sepanjang saya jalan-jalan. Di pinggir-pinggir trotoar dihiasi oleh patung-patung serupa para pemain gamelan tengah duduk bersila sembari memainkan instrumen masing-masing. Jumlahnya pun puluhan! Apalagi pedestrian cantik itu dihiasi pepohonan rimbun dan kursi santai yang nyaman banget. Ah, i'm in love. Jalan-jalan memang terkadang tidak butuh waktu yang lama, terkadang tidak perlu pula direncanakan dengan matang. Sejenak melepaskan diri dari kepenatan dengan mengunjungi Pasar Triwindu Solo, sudah cukup memberikan kepuasan batin dan membangkitkan memori. Tidak hanya memori tentang barang-barang antik, tapi juga membangkitkan memori tentang jalan-jalan saya bersama Olin yang memang sudah jarang banget bisa terjadi. Old things always bring us memories, right?




Salam Kupu-Kupu ^^d

4 comments:

  1. Great post! But, by the way, for your information, jam tanganku di sebelah kiri Gibbs, always on my left, wkwkwkwk.. Yuk kapan-kapan eksplor lageeeehhhh :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, ketahuaaaann. Udah aku revisi kok itu, abisnya selama ini kebanyakan yang pakai jam di tangan kiri kan golongan mars lin. wkwkwkw. Hayyyyuuuuk. :*

      Delete
  2. golongan mars? maksudnyah bulls? trus kalo di kanan golongan venus gituh? maksudnya py sih?

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahah itu loh lin, man are from mars and woman are from venus. :D
      selama ini yang pake di kiri kan kebanyakan cowo-cowo lin. hohoh.

      Delete