Soto kemiri porsi setengah |
Kamis kemarin saya berkesempatan mengunjungi Kota Pati-kota yang menjadi kampung halaman sang papa. Saya tidak sendirian, adik, kakak dan tentu saja papa ikut menemani menuju kesana. Tujuan utama kami adalah melakukan ziarah ke makam kakek nenek dari pihak papa serta menengok kondisi tante dan rumah keluarga papa disana. Sebelum berangkat, saya dan kakak mengutarakan permintaan spesial kepada papa. Jauh-jauh ke Kota Pati rasanya kok kurang afdol kalau tidak mencicipi makanan khas dari daerah itu. Kakak langsung menagih untuk mampir ke warung nasi gandul sedangkan saya mengajak untuk membeli soto kemiri. Dua makanan itu bisa dikatakan sebagai primadona kulinernya dari Pati. Nasi gandul sendiri sudah pernah saya bahas dalam postingan terdahulu (coba cari di label culinary yak), jadi kali ini akan menjadi waktu untuk membahas soto kemiri yang bikin kalap. Kenapa kalap?
Kota Pati memang surganya makanan enak, khususnya bagi para pencinta makanan manis dan gurih. Soto kemiri adalah salah satu contoh kuliner yang menyajikan rasa gurih bercampur manis sehingga bisa membuat siapa saja terlena akan kenikmatannya. Ada dua versi yang menyebutkan asal mula kenapa soto tersebut bisa dinamakan soto kemiri. Versi pertama adalah alasan geologis dimana soto ini pertama kali diperkenalkan dan berkembang di daerah Kemiri-salah satu desa yang ada di kota tersebut. Masyarakat Desa Kemiri yang waktu itu mayoritas berprofesi sebagai petani biasanya memakan soto ini saat beristirahat siang setelah bercocok tanam. Lambat laun, soto ini tidak hanya dikenal oleh penduduk desa saja melainkan juga tersebar ke desa-desa lain. Versi kedua adalah alasan komposisi yakni kemiri digunakan sebagai bahan baku pengganti dalam masakan berkuah ini. He? Pengganti dari apa? Pengganti dari daging ayam. What? Iya, jadi dulunya warga (yang mayoritas hidup di bawah garis kemisikinan) belum mampu membeli ayam sehingga terpaksa menggunakan kemiri. Seusai mampu membeli daging ayam, penggunaan kemiri tidak dihilangkan akan tetapi justru menjadi semacam pembeda antara soto kemiri dengan soto-soto lainnya.
Siang itu, kami berkesempatan mengunjungi salah satu warung yang ada di Jalan Kembang Joyo. Selain di tempat itu sebenarnya banyak penjaja soto kemiri seantero kota apalagi ketika sore menjelang. Oleh karena masih merasa kenyang, maka saya, kakak dan adik memutuskan untuk memesan setengah porsi sedangkan papa memesan satu porsi penuh. 1 porsi besar, dan 3 porsi setengah pun dipersiapkan oleh ibu penjual. Kata papa saya, ada yang unik dari penyajian soto kemiri. Kuah yang telah dituangkan di mangkok akan dituangkan kembali ke kuali lalu dituang lagi ke mangkok agar rasa kuahnya semakin gurih. Tak berapa lama, pesanan kami tiba di meja. Saya melihat sejenak dan membandingkan antara porsi satu dan porsi setengah. Entah ini cuma perasaan saja atau bagaimana akan tetapi porsi soto yang satu dengan setengah menurut saya sama-sama sedikit. Satu mangkok soto kemiri yang berisikan nasi, tauge dan suwiran ayam jauh lebih sedikit porsinya dibandingkan soto-soto lain yang pernah saya makan. Tak heran, teriakan "bu, nambah satu!" seringkali terdengar dari mulut para pengunjung baik pria, wanita maupun anak-anak sembari mengacungkan satu jari telunjuk ke atas.
Porsi yang kecil juga ditunjukkan oleh lauk-lauknya. Mayoritas lauk yang disajikan adalah potongan bagian ayam yang kecil-kecil. Well, walau bagi saya tidak kecil-kecil amat. Menurut cerita, ayam yang disajikan sebagai lauk diambil dari daging ayam dere alias ayam betina muda. Ayam tersebut direbus biasa dengan dibumbui kunyit sehingga bisa berwarna kuning pekat. Lagi-lagi karena kecil, para pengunjung bisa saja kalap untuk terus mencomot ayam yang disajikan di atas piring-piring sepanjang meja. Uniknya, biar tidak belepotan kemana-mana si ibu penjual menyediakan tempat sampah di bawah meja agar tulang-tulang yang tak termakan bisa langsung disingkirkan ke sana. Keren yak idenya.
Lalu, apakah kami semua kalap? Tentu saja. Papa saya nambah satu porsi lagi sedangkan saya ikutan nambah setengah porsi. Potongan lauk ayam pun kami comoti terus menerus. Tenang saja harganya relatif terjangkau kok. Bayangkan saja, dua porsi satuan soto kemiri, empat porsi soto setengah, dua potong ayam bagian dada, tiga potong ayam bagian kepala, satu potong ayam bagian paha dan tiga gelas jeruk hangat cuma menghabiskan dana kalau tidak salah sekitar 51 ribu saja saudara. Murah kan? Kota Pati memang surganya makanan enak, apalagi kalau bisa makan kalap begitu tanpa membuat dompet jebol. Hahah. :9
Salam Kupu-Kupu ^^d
Hmmm... Saya jadi semakin ingin berkunjung ke kota Pati, selain karena kulinernya yang menggiurkan sekali (saya adalah fans berat soto indonesia, red), juga karena................................................... wkwkwk #intermezo
ReplyDeletehahah, iya deh pasta gara-gara mas...*sinyal hilang* :p
Delete