Lafadz takbir terus menerus mengucur dari mulut kecil mereka. Awalnya terdengar lirih dan tidak kompak sehingga para orang tua yang mengekor di barisan belakang turut serta menyumbangkan suara. Temaram cahaya puluhan obor yang dibawa dalam barisan itu membawa warna bagi pekatnya malam itu-malam sebelum hari suci bagi seluruh umat Islam yang telah berhasil memenangkan peperangan melawan rasa lapar, hawa nafsu, dan godaan-godaan lain selama sebulan penuh. Semua orang tampak bergembira dan bersemangat. Saya yang berada di barisan paling belakang bersama beberapa kawan hanya bisa tertawa melihatnya. Terkadang candaan dan tawa terdengar dari bibir kami dalam rangka menyemarakkan barisan dan malam yang terus bergerak mengelilingi kampung. Kampung kecil tercinta kami semua.
Itulah sekelumit cerita tentang suasana lebaran di Kampung Jetis Rekesan-suatu kampung di dekat pusat Kota Salatiga yang terbagi menjadi dua bagian. Saya menempati salah satu bagian yang terdiri dari tiga RT yakni RT 05, 06 dan 07 dengan jumlah warga yang relatif lebih sedikit dibandingkan bagian kampung lainnya. Maklum saja, tanah di bagian kampung kami kebanyakan telah digunakan sebagai tempat usaha dan juga lembaga pendidikan.
Takbiran keliling adalah salah satu cara kami merayakan Idul Fitri. Itupun bisa dibilang masih baru. Terhitung ini baru kali kedua dilaksanakannya takbir keliling. Acara itu digagas pertama kali oleh kedua orang tua saya yang merasa prihatin dengan kondisi lebaran di kampung kami. Sebelumnya memang lebaran kami sepi-sepi saja, bahkan gema takbir tidak terdengar di satu-satunya mushola yang ada pada bagian kampung ini. Kedua orang tua saya takut, anak-anak kecil di kampung kami tidak memiliki kenangan manis akan lebaran. Takut kalau lebaran di tahun-tahun selanjutnya akan dianggap tak ubahnya hari-hari biasa dalam satu tahun.
Niat mengadakan takbiran itu kemudian disampaikan kepada beberapa orang tua yang lain dan ditanggapi positif oleh mereka. Bahu-membahu para orang tua pun mempersiapkan segala pernik pendukung acara takbiran, ada yang mempersiapkan makanan, ada pula yang mempersiapkan obor dan sound system yang akan digunakan. Para remaja? Ah, kami hanya diperbantukan pada saat takbiran berlangsung dan bagian membeli serta menyalakan kembang api ataupun petasan untuk lebih memeriahkan acara. Tenang saja, kami beli yang aman-aman saja kok. Heheh.
|
Obor siap bakar |
|
Takbiran keliling |
|
Kami narsis di pinggir jalan |
|
Ada yang pakai kentongan |
|
Obor yang sudah menyala |
Seusai lelah berkeliling kampung, rombongan takbiran pun beristirahat sembari menghilangkan dahaga dan rasa lapar. Tak berapa lama, petasan maupun kembang api dinyalakan dan langsung mengundang perhatian para anak kecil dengan letupan warna dan suaranya. Sesekali teriakan ringan orang tua terdengar memanggil anaknya ketika dirasa sang anak berada terlalu dekat dengan petasan yang siap meletup. Riuh tawa kemudian terdengar di berbagai penjuru, dari anak-anak yang riang bermain petasan, pula dari para orang tua yang sibuk bercengkerama satu dengan lainnya. Acara takbiran berakhir mendekati tengah malam karena esok kami semua akan melaksanakan sholat kemenangan.
Saya merasa bersyukur. Bersyukur karena saya tinggal dan besar di tengah kampung yang meskipun lumayan sepi tapi seru dan kompak. Bersyukur karena kampung saya tak lagi sepi ketika lebaran tiba. Semoga acara takbiran kelililing ini akan terus berlanjut dari tahun ke tahun dan bisa menjadi tradisi manis dalam menyambut hari lebaran. Akhir kata, taqaballahu minna wa minkum, minal aidzin wal fai'dzin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriyah bagi kalian semua yang merayakan. Semoga lebaran tahun ini menyenangkan dan penuh berkah ya. :)
|
Kata mereka, "selamat lebaran kakak!" |
Salam Kupu-Kupu ^^d
No comments:
Post a Comment