Tempat Pelelangan Ikan (TPI) selama ini identik dengan kesan kumuh, becek, dan bau amis semerbak di berbagai penjuru. Namun, selama libur mudik tahun ini saya justru menemukan tempat pelelangan ikan yang memiliki pantai luar biasa keren di kampung halaman mama, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Kabupaten Pacitan sendiri selain dikenal dengan Kota 1001 Goa sebenarnya memiliki pesona pantai yang tak kalah memukau dibandingkan pesona goanya. Ada banyak pantai yang tersebar di sepanjang garis daratan Pacitan dan kebanyakan masih belum begitu banyak dikunjungi orang.
Nama Pantai Wawaran masih terasa asing bagi saya dan saudara. Niat awal sebenarnya kami hendak mengunjungi Pantai Soge namun karena rasa penasaran dan diburu waktu akhirnya kami memutuskan untuk berbelok dan memasuki jalan masuk kecil menuju Pantai Wawaran. Dari pusat kota, kami berkendara dengan motor melewati Jalur Lintas Selatan, jalur penghubung Pacitan dan Kabupaten Ponorogo. Jalur Lintas Selatan ini kondisinya masih mulus dihiasi oleh pemandangan tebing-tebing gunung di kanan kiri jalan. Serupa dengan hampir semua jalan yang ada di Pacitan, jalur ini juga berkelok-kelok dengan tanjakan-tanjakan curam.
Motor yang saya tumpangi bahkan sempat tidak kuat untuk menanjak. Gara-garanya saya yang pertama kali lewat situ kaget karena melihat beberapa motor dan mobil yang berjalan pelan di pinggir jalan. Saya bingung, ada apakah gerangan? Beberapa detik kemudian, saya menemukan jawabannya. Ternyata mobil dan motor itu tidak kuat menanjak di tanjakan yang sepintas memang tidak terlihat curam. Motor yang terlanjur saya gas pelan akhirnya turut menjadi korban tanjakan itu. Saya yang memboncengkan adik sampai menyuruh dia untuk turun terlebih dahulu agar kuat melewati tanjakan.
Sepuluh menit berkendara dari tanjakan menipu tadi akhirnya kami melihat papan penunjuk arah Pantai Wawaran. Ada jalan masuk kecil di kanan jalan dimana masih masuk ke dalam wilayah Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebonagung. Jalan masuknya hanya muat untuk satu mobil dan membawa kami melintasi kampung-kampung warga yang diselingi dengan sawah dan kebun.
Tak sampai sepuluh menit kami sudah berada di ujung jalan yang berupa turunan tajam dan disambut dengan pantai keren di depan sana. Saat itu, saya belum paham kalau Pantai Wawaran menjadi satu dengan tempat pelelangan ikan. Barulah saat menuruni turunan tadi dan sampai di area parkir saya baru ngeh kalau ternyata pantai ini sekaligus berfungsi sebagai tempat pelelangan ikan dan titik keberangkatan nelayan untuk melaut. Ada banyak sekali perahu kecil nelayan yang tengah bersandar di pantai. Beberapa orang nelayan juga tampak sibuk bercakap-cakap dengan rekannya.
Beberapa dari banyaknya perahu yang bersandar |
Suasana salah satu sudut tempat pelelangan ikan |
Kami segera memarkirkan motor di dekat tempat pelelangan ikan yang nampak sepi, hanya ada beberapa boks tertata di salah satu sudut ruangan terbuka itu. Tak mau berlama-lama, kami segera menuju ke pantai dan melompati perahu-perahu kecil nelayan untuk bisa kesana. Saya langsung melongo begitu melihat pantainya. Keren banget! Pantai ini memiliki empat gradasi warna laut dari putih, hijau tosca, biru muda, hingga biru tua. Pasir pantainya pun berwarna putih bersih dan tampak nyaman buat sekedar bergoleran. Pengunjung? Ah, selain kami berempat dan para nelayan, cuma ada beberapa pengunjung yang jumlahnya bisa dihitung pakai jari.
Hore pantai! |
Kenapa saya menyebut pantai ini dengan keren daripada cantik? Err, itu karena ombaknya. Ombak di Pantai Wawaran bisa dibilang lumayan kencang dan besar. Kami bisa melihat ombak besar bergulung-gulung datang menghantam tebing di pinggir pantai sebelum kemudian pecahan ombaknya menuju ke pantai. Pecahan ombaknya saja kadang-kadang bisa menghampiri kami yang berdiri agak jauh dari bibir pantai. Kami yang kaget langsung mencoba melarikan diri tapi terlambat dan bress...basahlah sudah celana kami. Adik saya sampai ogah mendekat ke pantai gara-gara melihat daya jangkau pecahan ombak pantai tersebut.
Saya bersama sepupu dan adik (detik-detik sebelum diterjang ombak) |
Saya merasa beruntung karena kemarin bisa melihat beberapa nelayan beraksi secara langsung di depan mata. Tidak mudah bagi para nelayan Wawaran untuk bisa melaut karena harus melawan ombak besar yang datang silih berganti. Mereka harus menunggu momen yang tepat untuk sekedar bisa melepaskan perahu ke arah pantai, momen dimana pecahan ombak datang dengan agak tenang. Masing-masing nelayan sampai membekali diri mereka dengan life jacket sebagai pertahanan terakhir kalau ombak menghempaskan atau membalikkan perahu mereka. Satu perahu diisi oleh dua orang nelayan dan di awal keberangkatan mereka harus berbagi tugas, satu berdiri untuk mendayung cepat sedangkan satunya lagi duduk sambil menyalakan mesin perahu dan menjaga keseimbangan. Semua itu dilakukan mereka agar bisa segera lepas dari pantai. Luar biasa. Saya semacam melihat adegan film action saat menyaksikan para nelayan itu beraksi.
Bersiap melaut |
Yang depan mendayung mati-matian |
Kami memutuskan untuk berkeliling pantai, dari tengah pantai kami bisa menyaksikan kalau tempat ini dikelilingi dua tebing memanjang di kedua sisinya. Ada karang kecil yang bisa dipanjat untuk sekedar menyaksikan lautan lepas di depan kami. Beberapa beton pemecah gelombang tampak teronggok di salah satu sudut pantai seolah-olah mereka telah dikalahkan oleh kedahsyatan ombak Laut Selatan. Sebenarnya kami ingin berlama-lama di Pantai Wawaran tapi kami harus segera pulang karena ada acara lain.
Jadi keinget Tanah Lot |
Beton pemecah gelombang |
Dalam perjalanan mengambil motor, kami melewati tempat pelelangan ikan kembali dan kini di lantai ruangan itu teronggok seekor ikan yang sangat familiar di mata. Ikan pari besar, entah jenis apa, sudah tampak mati disana. Kasihan sih sebenarnya, namun kami bisa apa? Bagi masyarakat Pacitan sendiri, ikan pari memang salah satu daging ikan favorit untuk diolah sebagai makanan sehari-hari. Coba saja datang ke pasar atau tempat pelelangan ikan maka kita bisa dengan mudah menemukan daging ikan beraneka macam termasuk pari, bahkan hiu sekalipun.
Ikan pari malang :( |
Ah, akhirnya kesampaian juga mengunjungi pantai lain di Pacitan. Seandainya kami punya waktu lebih banyak, tentu saja saya kepingin sekali menjelajah pantai-pantai lain sepanjang Jalur Lintas Selatan itu. Nah, it's okay. Saya coba menenangkan diri dan mengambil hikmahnya. Ini berarti akan selalu ada alasan untuk saya kembali ke kampung halaman mama, bukan?
Cheers! |
Salam Kupu-Kupu ^^d
mirip green bay di Taman nasional Meru Betiri... aku jg blm ksana sih, liat di dunia maya saja
ReplyDeletekapan-kapan kita kesana ya kak.
Deletebtw, tadi katanya di Jember. Meru Betiri mah di Banyuwangi.
Pantainya keren Friends!
ReplyDeletemampir kesini juga dong buat liat pantai yang lain :-)
Wonderful Beaches - Visit Belitung Island
argh jadi mupeng kak -_-
Delete