Setiap melewati Jalan Tol Bawen-Ungaran, saya selalu dibuat terkesima ketika melintasi Jembatan Penggaron. Alasannya adalah karena keindahan pemandangan yang ditawarkan di kanan kiri jembatan itu. Hutan pepohonan pinus tampak lebat berdiri tepat di sekeliling jembatan dan sejenak mengingatkan saya akan
setting beberapa film semacam
Twilight atau
Harry Potter. Apalagi saat saya melintas di pagi hari dan kabut tipis masih bergelayutan. Cantik! Berbekal rasa penasaran akan hutan pinus tadi, akhirnya saya bersama salah satu teman akrab dari SMA, Ancha, mencoba menelusuri hutan yang berada di sekeliling Jembatan Penggaron. Mari ikut sejenak perjalanan kami ke Wana Wisata Penggaron!
Saya yakin kebanyakan orang Indonesia akan mengernyitkan dahi kalau diajak berwisata ke hutan. Wisata hutan memang masih merupakan hal langka bagi kita semua. Saya pun demikian. Rasanya sepanjang saya berpetualang, wisata hutan merupakan kegiatan wisata yang paling jarang atau bahkan belum pernah saya lakukan. Memang sih, saya sering melewati hutan saat hendak menuju ke puncak gunung atau air terjun. Tapi, kalau sengaja memilih hutan sebagai destinasi wisata- err, ini mungkin yang pertama.
Perjalanan menuju Wana Wisata Penggaron saya tempuh selama kurang lebih satu jam dari Kota Salatiga. Kami awalnya sedikit ragu. Pasalnya, sepanjang jalan menuju ke Hutan Penggaron yang kami lewati hanyalah perkampungan padat penduduk atau kluster-kluster perumahan. Masa iya sih ada hutan di sekitaran sini? Untunglah, kami terus dimudahkan oleh papan penunjuk arah yang tersebar dimana-mana sehingga motor pun tetap kami pacu maju.
Ternyata benar, tak berapa lama kemudian kami mulai bisa melihat pohon-pohon besar dan tinggi menjulang di depan sana. Saya menoleh ke belakang dan melihat perbedaan yang sangat mencolok. Di depan saya melihat hutan, di belakang saya melihat deretan rumah penduduk berjejer sepanjang jalan. Sebuah jembatan besar menjadi pembatas dua area berbeda warna tadi.
Seorang petugas segera lari tergopoh-gopoh ketika melihat kami berhenti di depan pos masuk. Setelah membayar tiket, beliau mempersilahkan kami untuk segera menjelajah. Sebentar, bagaimana dengan motor kami? "Dibawa masuk saja mas, nanti bisa sampai ke lapangan golf", jawab si bapak petugas. Ah, I got it. Ternyata untuk berkeliling Wana Wisata Penggaron kita bisa memakai kendaraan. Tadinya, saya pikir kami berdua bakalan memarkirkan motor di area parkir baru kemudian melanjutkan perjalanan dengan kaki. Yihaa, lucky us!
Ancha pun segera memacu motor perlahan dan menuju ke dalam area hutan. Suasana tenang, sepi dan damai langsung menyergap. Membuat kami berdua bagaikan tengah memasuki hutan nan mistis. Hujan tampaknya telah mengguyur hutan ini kemarin malam, terlihat dari aroma basah baik dari dedaunan maupun tanah yang tercium di udara. Jalanan yang kami lewati juga basah dan ditumbuhi lumut, sehingga Ancha harus mengendalikan motor dengan begitu hati-hati
Kami berdua berulang kali berhenti di beberapa tempat untuk sekedar berfoto dan mengagumi lebatnya Hutan Penggaron. Mata ini rasanya bagaikan dicuci ketika melihat pepohonan dan bunga warna-warni di sekitar kami. Sesekali suara burung yang bahkan belum pernah saya dengar sebelumnya juga menghiasi keheningan hutan.
It's really a great place to refresh my mind. Pikir saya dalam hati.
|
Tunas Pinus. Mirip permen gulali ya. :D |
|
Two tiny yellow flowers. Ada yang tahu ini bunga apa?
Dulu di sekitaran rumah saya banyak banget. |
Hutan Penggaron ini luasnya gila: dengan total area sekitar 1578 hektar dimana sebanyak 372,2 hektar digunakan sebagai hutan wisata. Di dalam lingkup hutan wisata terdapat jalan aspal yang bisa dipakai pengunjung untuk berkeliling, selebihnya harus benar-benar mengandalkan kaki.
|
Salah satu jalan membelah hutan |
Jalan aspal ini mengantarkan kami ke beberapa tempat di area hutan wisata. Pertama, kami tiba di arena permainan anak yang kondisinya begitu mengenaskan. Ayunan-ayunan tak berpapan duduk, jungkat-jungkit dengan kayu yang mulai rapuh, hingga bundaran panjat yang logamnya berkarat di sisi-sisinya terlihat disana.
"Hih Bul, berasa lagi di settingan film-film horor Amerika gak sih?". celoteh Ancha. Saya mengangguk tanpa ragu. Iya, ngeri yak.
|
An abandoned playground |
Tepat di sebelah arena permainan anak, terdapat jalan kecil yang naik ke atas. Dari papan pengumuman sih tertulis kalau jalan itu akan membawa kami ke Puncak Pemandangan. Mengingat jalannya yang menanjak curam dan licin, saya mempersilahkan Ancha untuk berjalan duluan dengan memakai motor ke atas. Sedangkan, saya sendiri lebih memilih berjalan kaki.
|
Ancha curang. Naik motor ke atas. :p |
Jalan seukuran dua motor ini mengajak kami masuk ke dalam hutan yang lebih rapat. Beh, saya langsung teringat kenapa orang bule sering menyebut
"walking into magical forest" saat tengah memasuki hutan. Aura ke puncak pemandangan juga terasa penuh kemagisan. Saya hanya bisa berdoa semoga kami tak bertemu penyihir jahat atau dinosaurus pemakan daging di ujung sana.
|
Kerimbunan hutan menuju puncak. Bahkan sinar
matahari saja susah masuk, |
Puncak pemandangan terbagi ke dalam dua bagian, bagian bawah membuat kami bisa melihat pohon-pohon pinus dengan lebih dekat. Entah berapa usia pohon-pohon itu karena batangnya saja sudah setinggi 10 meter-an. Dari bagian atas, saya bisa melihat area hutan yang lain termasuk sawah penduduk dan jalan tol Bawen-Semarang. Saya juga sempat melihat burung elang yang tengah terbang dari sana. Sayang, kamera ini tak sanggup untuk mengabadikan.
Hiks.
|
Gerombolan pohon pinus di puncak bagian bawah |
|
Pemandangan hutan dari Puncak Pemandangan |
Dari puncak pemandangan, kami memutuskan menuju ke lapangan golf sesuai arahan bapak petugas tiket. Lapangan golf ini sekaligus sebagai
last driving range atau batas menaiki kendaraan terakhir di wana wisata. Untuk menuju kesana, kami kembali harus mengikuti jalanan aspal di tengah hutan. Beberapa kali kami berpapasan dengan serombongan anak Pramuka yang tengah melakukan kegiatan alam. Ah, entah kenapa saya dulu begitu membenci Pramuka.
|
Ada sulur-sulur pepohonan yang menutupi jalan |
Begitu sampai di lapangan golf, saya langsung terperangah. Lapangannya tak seperti yang saya bayangkan dalam angan-angan. Di depan kami cuma ada lapangan hijau luas dengan tanaman ilalang yang memenuhi permukaannya. Tak ada
hole, apalagi
flag pole. Duh, mau main golf pun pasti tiap habis memukul langsung belingsatan mencari kemanakah bola menghilang di antara rimbunnya ilalang.
|
Padang golf? |
|
Terus ini tempat beristirahat para pegolf?
Entahlah. -_- |
Saya dan Ancha akhirnya memutuskan berjalan di sekeliling lapangan. Lagi-lagi saya menemukan kedamaian disana. Ilalang-ilalang yang tumbuh subur ini justru memberikan warna tersendiri bagi Hutan Penggaron. Apalagi, saat melihat mereka semua bergerak ke kanan dan kiri mengikuti arah angin. Ditambah, pemandangan yang tersaji di depan lapangan adalah bukit-bukit hijau super cantik. Katakan, maka keindahan alam mana yang saya dustakan? Andai saya seorang penyanyi, pasti saya bakal bikin video klip disini.
Muahahah. *dikeplak pakai
mic emas-nya Syahrini*
|
Ancha in action |
|
Ada rumah kayu kuno juga disana |
Pengalaman pertama berwisata ke hutan sukses menyadarkan saya. Ternyata wisata hutan tidak seburuk yang saya bayangkan sebelumnya. Sejujurnya, saya malah begitu menikmati petualangan menjelajahi hutan ini. Selain bisa menyegarkan pikiran dan hati dengan melihat yang serba hijau, saya juga bisa menyehatkan otak. Bagaimana tidak? Setiap menjelajah ke suatu bagian hutan, otak saya langsung membayangkan adegan-adegan dari berbagai jenis
genre film. Saya bebas berimajinasi! Apalagi kalau beruntung bisa melihat beraneka macam tanaman atau mendengar suara-suara binatang liar.
Truly Fantastic!
|
I'm hearing the sound of jungle |
Omong-omong, rencananya di Wana Wisata Penggaron bakalan dibangun Taman Safari pada tahun 2016 nanti. Kalau beneran terealisasi, maka warga Jawa Tengah tidak perlu lagi jauh-jauh pergi ke Prigen, Cisarua atau Bali demi melihat para binatang. Penggaron bakal punya sendiri!
Cihuy! :D
How To Get There and Tips:
1. Jika anda berangkat dari Kota Salatiga, Kota Solo atau Jogja yang kalian butuhkan hanyalah pergi ke arah Kota Semarang tanpa melalui jalan tol. Jalan masuk menuju Wana Wisata Penggaron berada di sekitar papan selamat datang Kota Semarang. Paling mudah, pilihlah jalan masuk yang berada tepat di depan Warung
Spesial Sambal dan ikuti papan penunjuk arah "Wana Wisata Penggaron" yang tersebar dimana-mana.
2. Harga tiket masuk per orang adalah sebesar Rp 5.000,00, ditambah biaya kendaraan yakni motor Rp 1.000,00 dan mobil sebesar Rp 2.000,00. Tiket masuknya bagus loh, mirip tiket pertunjukan musik. :D
3. Tersedia jasa ojek di jalan masuk yang berada di depan Warung Spesial Sambal, namun saya lebih merekomendasikan naik kendaraan sendiri khususnya sepeda motor. Kalau kuat, bisa saja jalan kaki tapi tentu membutuhkan alokasi waktu yang tak sedikit. Luas loh. :')
4. Jika datang saat musim penghujan seperti kami maka persiapkan jas hujan, bekal air minum, dan sepatu/sandal anti selip. Cek juga kondisi ban motor/mobil beserta remnya. Jalanan benar-benar licin!
5. Tersedia
camping ground di lokasi bagi yang hendak berkemah. Tentu, ada biaya sendiri dan tiket masuk yang dikenakan juga berbeda.
6.
Lastly, jangan mengambil apapun selain gambar, jangan membunuh apapun selain waktu, dan jangan meninggalkan apapun selain jejak kaki. Ingatlah, ini adalah hutan yang merupakan rumah bagi banyak organisme lain selain kita.
Respect the nature, please!
|
See? |
Sometimes, what you need is go off the beaten path. Just go visit unpopular places, or go to the opposite directions where others have headed. Leave your trail, leave your story. Don't just follow. Be pioneer, be different.
Salam Kupu-Kupu ^^d
Hai, aku nyasar ke blog-mu karna lagi browsing tentang penggaron, rencananya sore ini mau ke sana, sekadar main doang, tapi setelah dipikir-pikir lagi, enakan camping ya, jadi lebih puas keliling sama nikmatin suasananya. Camping ground-nya gimana sih?
ReplyDeleteHallo Mbak Dara. Maaf baru balas. Iyaaa, enakan camping mbak. Setahuku ada dua area camping ground di Penggaron. Salah satunya ada di dekat pintu masuk sama di dekat lapangan golf. Bentuknya kaya lapangan hijau gitu sih, mbak. Tapi mending datang ramai-ramai sama teman. Yang di dekat lapangan golf, lumayan jauh jaraknya dari pintu masuk. :D
Deletesemacam horor juga kalau malem ini mah, perkasa tahan lama
ReplyDelete