Berawal dari rencana pengurusan paspor di Kantor Imigrasi Kota Semarang yang gagal gara-gara sistem satu negara tengah tak berfungsi, maka saya dan salah seorang sahabat, Mbak Ulik - akhirnya memutuskan untuk menghabiskan waktu kami di Kebun Binatang Mangkang. Yah daripada perjuangan kami ke Semarang terbuang percuma, lebih baik dialihkan ke kegiatan lainnya, bukan?
Suasana kebun binatang bernama lain Taman Margasatwa Semarang ini masih sangat sepi saat kami berdua tiba disana. Beberapa petugas tampak tengah bercakap-cakap dan membersihkan area sekitar loket masuk. Pula halnya, beberapa pedagang yang juga tengah tampak bersiap mengatur dagangan mereka di lapak masing-masing. Saat itu waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi. Baiklah, sepertinya kami adalah pengunjung pertama dari kebun binatang.
Selepas membayar tiket masuk yang sangat murah yakni sebesar Rp 5.000,00 per orang, seorang petugas segera mempersilahkan kami masuk ke area dalam kebun binatang. Ada museum kecil yang berada tepat di belakang loket masuk. Pendingin ruangan museum itu saja bahkan belum dinyalakan saat kami masuk sehingga ruangan terasa sedikit pengap. Tak banyak yang bisa dilihat disana selain beberapa awetan binatang. Awetan-awetan ini tertata rapi di panggung-panggung kecil tanpa dilindung penutup kaca. Ah, pasti mereka bakalan kedinginan saat pendingin ruangan dinyalakan nanti.
Selepas membayar tiket masuk yang sangat murah yakni sebesar Rp 5.000,00 per orang, seorang petugas segera mempersilahkan kami masuk ke area dalam kebun binatang. Ada museum kecil yang berada tepat di belakang loket masuk. Pendingin ruangan museum itu saja bahkan belum dinyalakan saat kami masuk sehingga ruangan terasa sedikit pengap. Tak banyak yang bisa dilihat disana selain beberapa awetan binatang. Awetan-awetan ini tertata rapi di panggung-panggung kecil tanpa dilindung penutup kaca. Ah, pasti mereka bakalan kedinginan saat pendingin ruangan dinyalakan nanti.
Beberapa awetan di museum satwa |
"Bul, ini pertama kali aku pergi ke kebun binatang loh.", ucap Mbak Ulik mengagetkan saya.
"Hah? Serius? Selama hampir 23 tahun ini?", jawab saya setengah tak percaya.
"Iya bul. serius!".
Glek. Mendadak rasa kasihan bercampur dengan rasa terhormat karena telah menjadi orang yang pertama kali mengajak sahabat saya berkunjung ke kebun binatang terasa memenuhi dada ini.
Saya lalu mengajak Mbak Ulik untuk segera berkeliling ke zona kebun binatang. Badalah, suasana di zona kebun binatang benar-benar sepi sehingga membuat kami sedikit kebingungan. Ini jangan-jangan binatangnya masih pada tidur kali, ya?
Pertama kali, kami memasuki area ular. Baru mau melongok ke balik pintunya, kaki kami berdua langsung mengerem secara mendadak. Tunggu, tunggu. Kok saya tidak melihat ada kandang sama sekali? Ini ularnya tidak dibiarkan bebas melata begitu saja bukan? Saya langsung merinding.
See? Ndak ada kaca sama sekali kan? |
"Masuk aja mas, mbak. Tidak apa-apa kok", seorang petugas yang terlihat jauh muda usianya dari saya tiba-tiba berkata dari belakang kami. Saya dan Mbak Ulik masih tetap terdiam membatu di depan pintu.
"Ayo kesini masuk. Saya temani", ucap petugas itu tadi. Tak lama, dia menunjukkan jari telunjuknya ke beberapa arah.
"Itu ularnya ada satu di atas kayu, dan satu lagi di atas pohon."
"Itu ularnya ada satu di atas kayu, dan satu lagi di atas pohon."
BLAR! Saya langsung berniat berbalik arah dari area ular ini. Bagaimana tidak, saya bisa melihat dua ular piton besar-yang kata si mas petugas memiliki panjang antara dua setengah meter sampai tiga meter-tengah diam di batang pohon. Dan batang pohon itu tepat di atas kami! Hiyy!
Belum cukup keterkejutan kami, tiba-tiba mas petugas tadi meminta maaf,
"Maaf ya mas, mbak. Bisa mundur sebentar. Maaf lho ya", tukasnya sambil mengambil sebuah tongkat panjang dan mengarahkannya ke semak-semak.
"Jangan disitu mas, mundur kesana lagi", tambahnya lagi setengah berteriak.
Entah kenapa pikiran saya langsung membayangkan adegan acara penjinak ular yang dulu marak tayang di layar televisi. Apa yang saya bayangkan ternyata berubah menjadi nyata. Tak lama sebuah ular piton besar kembali melata tepat di depan kami dan bergerak menuju ke arah pohon! Saya dan Mbak Ulik otomatis langsung berteriak dan lari jauh ke belakang. Gila! Merinding abis! Kebayang ndak sih kalau kami masuk ke dalam tanpa ditemani mas petugas ini?
Mas petugas yang ramah itupun mengajak kami berkeliling, menunjukkan letak sekitar empat ular di atas pohon dan kayu, serta beberapa ular yang disimpan di dalam kandang kaca. Sedikit iseng, Mbak Ulik pun bertanya kepadanya tentang jumlah ular yang dibiarkan di luar. Jawaban si mas sungguh membuat kami mengeluarkan keringat dingin dan segera kabur dari area itu.
"Harusnya sih ada delapan ekor", ucapnya tanpa berdosa sedikitpun. DELAPAN EKOR DAN KAMI BARU BERTEMU EMPAT? No way!
Belum cukup keterkejutan kami, tiba-tiba mas petugas tadi meminta maaf,
"Maaf ya mas, mbak. Bisa mundur sebentar. Maaf lho ya", tukasnya sambil mengambil sebuah tongkat panjang dan mengarahkannya ke semak-semak.
"Jangan disitu mas, mundur kesana lagi", tambahnya lagi setengah berteriak.
Entah kenapa pikiran saya langsung membayangkan adegan acara penjinak ular yang dulu marak tayang di layar televisi. Apa yang saya bayangkan ternyata berubah menjadi nyata. Tak lama sebuah ular piton besar kembali melata tepat di depan kami dan bergerak menuju ke arah pohon! Saya dan Mbak Ulik otomatis langsung berteriak dan lari jauh ke belakang. Gila! Merinding abis! Kebayang ndak sih kalau kami masuk ke dalam tanpa ditemani mas petugas ini?
Serem T.T |
Mas petugas yang ramah itupun mengajak kami berkeliling, menunjukkan letak sekitar empat ular di atas pohon dan kayu, serta beberapa ular yang disimpan di dalam kandang kaca. Sedikit iseng, Mbak Ulik pun bertanya kepadanya tentang jumlah ular yang dibiarkan di luar. Jawaban si mas sungguh membuat kami mengeluarkan keringat dingin dan segera kabur dari area itu.
Ular yang berada di atas atap |
"Harusnya sih ada delapan ekor", ucapnya tanpa berdosa sedikitpun. DELAPAN EKOR DAN KAMI BARU BERTEMU EMPAT? No way!
Baru beberapa langkah berjalan keluar dari area ular, kami kembali terdiam. Seekor anak harimau yang baru berusia empat bulan, tampak tengah berjalan bebas mengikuti petugas yang lain. Masih belum cukup, tiba-tiba empat ekor kuda tampak tengah berlari mengikuti petugas lainnya lagi. Argh! Ini kami tengah mengunjungi kebun binatang apa taman safari coba?
Sehabis dari area ular, saya dan Mbak Ulik jadi was-was. Apalagi, kalau kami tengah berjalan di bawah pepohonan besar yang ada di area kebun binatang. Pendengaran kami juga berubah menjadi super sensitif. Setiap mendekat ke kandang binatang dan mendengar suara mencurigakan, kami langsung berjingkat.
Kebun Binatang Mangkang memiliki luas keselurahan mencapai sekitar 10 hektar. Koleksi satwanya pun bisa dikatakan lumayan lengkap. Ada kerbau bule, berbagai jenis rusa, gajah, burung merak, kasuari, buaya, harimau benggala, bahkan kanguru juga terdapat di kebun binatang yang diresmikan pada tahun 2007 ini.
Namun entah kenapa, setiap melihat binatang-binatang itu kami berdua merasakan hal yang sama - rasa kasihan. Walaupun saya melihat mereka diberi makan dengan teratur, tapi sepertinya hewan-hewan disini merasakan rasa kesepian sekaligus frustasi. Mereka tampak tak seenergik koleksi satwa di kebun binatang lain yang pernah saya kunjungi sebelumnya.
Hal ini masih diperparah dengan kondisi beberapa kandang yang sedikit memperihatinkan, serta kebersihan area kebun binatang yang kurang terjaga. Apalagi, kebersihan danau-danau buatan dan kolam renang yang ada di dalam sana. Air danau sampai berubah warna menjadi cokelat kental dengan selaput-selaput bekas minyak atau sabun tampak memenuhi permukaannya. Ih!
Panasnya area kebun binatang juga menjadi persoalan tersendiri. Entah buat kami para pengunjung, atau dirasakan pula oleh para binatang. Pohon-pohon peneduh yang ada di area kebun binatang seolah-olah tak mampu melawan cuaca panas dari Kota Semarang. Berulang kali kami harus berhenti untuk berteduh karena mendadak rasa pusing menerpa. Kami menyerah!
Kurang lebih dua jam lamanya kami berkeliling di Kebun Binatang Mangkang. Dalam perjalanan ke pintu keluar, saya pun bertanya kepada Mbak Ulik soal bagaimana pengalaman pertamanya mengunjungi kebun binatang kali ini? Sejujurnya, saya tahu apa jawaban yang akan dia keluarkan. Saya juga merasakan sedikit kekecewaan dan rasa bersalah. Kalau tahu ini adalah kali pertama dia berkunjung ke kebun binatang, pasti saya akan ajak dia ke kebun binatang yang lebih baik.
"Yah bul, tiket cuma lima ribu perak - kita ngeharapin sebagus apa sih?", jawabnya singkat.
Aih, lemme take you to a better zoo one day, mbak!
Salam Kupu-Kupu ^^d
Kebun Binatang Mangkang memiliki luas keselurahan mencapai sekitar 10 hektar. Koleksi satwanya pun bisa dikatakan lumayan lengkap. Ada kerbau bule, berbagai jenis rusa, gajah, burung merak, kasuari, buaya, harimau benggala, bahkan kanguru juga terdapat di kebun binatang yang diresmikan pada tahun 2007 ini.
Anak kancil. Unyu! |
Gajahnya ngerengek terus :( |
Rusa tutul tengah asyik sarapan |
Kanguru juga lagi sarapan |
Namun entah kenapa, setiap melihat binatang-binatang itu kami berdua merasakan hal yang sama - rasa kasihan. Walaupun saya melihat mereka diberi makan dengan teratur, tapi sepertinya hewan-hewan disini merasakan rasa kesepian sekaligus frustasi. Mereka tampak tak seenergik koleksi satwa di kebun binatang lain yang pernah saya kunjungi sebelumnya.
Mbak Ulik tengah fokus menatap harimau benggala dan ketiga anaknya |
Saya menyapa burung pelikan yang lemes-lemes |
Hal ini masih diperparah dengan kondisi beberapa kandang yang sedikit memperihatinkan, serta kebersihan area kebun binatang yang kurang terjaga. Apalagi, kebersihan danau-danau buatan dan kolam renang yang ada di dalam sana. Air danau sampai berubah warna menjadi cokelat kental dengan selaput-selaput bekas minyak atau sabun tampak memenuhi permukaannya. Ih!
Beberapa binatang ada yang ditempatkan di kandang ala kadarnya |
Tiga perahu dayung dan danau cokelat |
Panasnya area kebun binatang juga menjadi persoalan tersendiri. Entah buat kami para pengunjung, atau dirasakan pula oleh para binatang. Pohon-pohon peneduh yang ada di area kebun binatang seolah-olah tak mampu melawan cuaca panas dari Kota Semarang. Berulang kali kami harus berhenti untuk berteduh karena mendadak rasa pusing menerpa. Kami menyerah!
Mbak Ulik ndak kuat kepanasan |
Kurang lebih dua jam lamanya kami berkeliling di Kebun Binatang Mangkang. Dalam perjalanan ke pintu keluar, saya pun bertanya kepada Mbak Ulik soal bagaimana pengalaman pertamanya mengunjungi kebun binatang kali ini? Sejujurnya, saya tahu apa jawaban yang akan dia keluarkan. Saya juga merasakan sedikit kekecewaan dan rasa bersalah. Kalau tahu ini adalah kali pertama dia berkunjung ke kebun binatang, pasti saya akan ajak dia ke kebun binatang yang lebih baik.
"Yah bul, tiket cuma lima ribu perak - kita ngeharapin sebagus apa sih?", jawabnya singkat.
Aih, lemme take you to a better zoo one day, mbak!
Sampai jumpa! |
Salam Kupu-Kupu ^^d
aku juga sering ke sana kok,,,bagus banget
ReplyDelete