Wednesday, January 13, 2016

Inner Medina: The Serene Sanctuary

Senja di atas langit Madinah

Langit mulai memerah saat pesawat yang kami naiki mulai memasuki wilayah udara Madinah. Itu adalah senja pertama yang saya lihat dari atas pesawat. Matahari terlihat begitu dekat sementara deretan atap bangunan tampak kecil, sebelum perlahan-lahan mulai membesar di bawah sana.

Saya langsung meminta kamera digital yang sedari awal tersimpan rapi di tas tenteng mama. Sembari menunggu pesawat mendarat, saya pun mencoba mengabadikan pemandangan senja. Senja itu tak ubahnya bagai dessert sempurna selepas menempuh 10 jam perjalanan udara yang cukup melelahkan.

Begitu menjejakkan kaki di luar Bandara Prince Mohammad Bin Abdulaziz, kami langsung dikejutkan dengan udara yang begitu menusuk tulang. Dingin sekali hingga membuat kami bergegas kabur menuju bus rombongan. Meninggalkan timbunan koper yang tengah diurusi oleh para porter. 

Sementara menunggu proses loading koper, saya berulang kali menepuk kedua pipi secara perlahan. Saya masih tak percaya kalau diri ini telah berhasil melepas keperawanan paspor yang telah saya buat sekitar enam bulan silam. Beruntungnya lagi, negara pertama yang menjadi pengisi stempel halaman paspor adalah Arab Saudi - negara titik mula berkembangnya agama yang kini saya anut.

***

Madinah atau Al-Madinah Al-Munawwarah adalah kota suci kedua bagi penganut Agama Islam. Kota inilah yang menjadi tujuan hijrah Nabi Muhammad SAW, hingga kemudian menjadi cikal bakal ritual ibadah haji dan umrah. Disini pulalah, Nabi Muhammad wafat dan dimakamkan.

Muthawif (pemandu) kami sepanjang perjalanan dari bandara menuju hotel tempat kami menginap berkata kalau Madinah dibagi ke dalam dua area, yakni: Inner dan Outer Madinah. 

Inner Madinah adalah kawasan dimana Masjid Nabawi berada beserta area sekelilingnya, sementara Outer Madinah merupakan kawasan pinggiran yang mengelilingi Inner. Hanya seorang muslim yang dapat memasuki wilayah Inner Madinah, sementara penganut agama lain cukup bebas tinggal dan beraktivitas di Outer.

Hotel kami sendiri terletak di Inner Madinah, membuat beribadah menjadi lebih mudah karena begitu dekat dengan Masjid Nabawi. Masjid itulah yang semacam menjadi pusat nadi dari seluruh kawasan Madinah dalam. Ribuan jemaah datang silih berganti setiap jamnya, dan akan memuncak di kala waktu sholat tiba.

Namun selain Masjid Nabawi, ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh setiap jemaah manakala berkunjung ke Inner Madinah. 

Al-Masjid an-Nabawi: The Prophet's Mosque

Suhu tercatat sebesar 11 derajat ketika saya dengan setengah sadar berjalan pelan menuju ke pelataran Masjid Nabawi. Kedua tangan saya sembunyikan di balik saku jaket demi menghadapi hawa dingin yang terus menerus menerpa.

Mata yang semula mengantuk mendadak terasa segar manakala saya sampai di pelataran masjid kedua yang dibangun sendiri oleh Rasulullah SAW itu. Payung-payung mekanik terlihat menyebar hampir ke seluruh bagian halaman masjid, dan ketika malam maupun dini hari diterangi oleh nyala lampu putih.

A night at Nabawi Mosque

Subuh itu adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Masjid Nabawi. Belakangan saya tahu kalau Sholat Subuh adalah waktu sholat paling panjang di Arab Saudi sebab adzan pertama akan berkumandang sekitar jam 03.30, sementara sholat baru akan dimulai mendekati jam 06.00.

Hilir mudik jemaah dari berbagai negara

Beberapa askar (petugas keamanan masjid terlihat berjaga di setiap pintu utama masjid. Mereka akan menyita beberapa barang jemaah yang sekiranya dinilai bakal mengganggu pelaksanaan sholat. Namun, jemaah pria boleh bernafas lega sebab askar pria tak segahar askar wanita (pintu jemaah pria dan wanita berbeda). Saya bebas membawa masuk kamera digital, sedang para jemaah wanita yang kedapatan membawa kamera digital akan disita sementara.

Suasana hangat terasa menghantam tubuh begitu memasuki area dalam masjid. Saya ternganga melihat keindahan interiornya, pilar-pilar besar tampak menopang atap masjid yang dihiasi ornamen cantik. Pencahayaannya juga sempurna, yakni dengan memadukan dua cahaya: putih dan kuning - membuat siapa saja yang masuk ke dalam akan merasa nyaman.

Sepenggal ruangan dalam Masjid Nabawi

Ada banyak rak buku kecil yang menyimpan Al Quran dengan terjemahan dalam berbagai bahasa. Al Quran itu bisa dibaca sembari menunggu waktu sholat, meski sepertinya kebanyakan jemaah lebih memilih untuk melakukan sholat sunnah karena pahala satu sholat di Masjid Nabawi lebih besar 1000 kali dibanding masjid manapun, kecuali Masjidil Haram.

Rak Al Quran

Jangan pernah takut kehausan selama menjalani ibadah di Masjid Nabawi. Kontainer berukuran sedang yang berisikan air zam-zam tersebar di sepanjang rute jalan masuk dan keluar masjid seluas 8,2 hektar ini. 

Dua macam air zam-zam: dingin dan biasa.


A Struggle To Enter Ar-Rawdah

“The area between my house and my minbar is one of the gardens ( riyaad, sing. rawdah) of Paradise, and my minbar is on my cistern (hawd)” 
-Narrated by al-Bukhaari, 1196; Muslim, 1391.-

Pada hari kedua di Inner Madinah, kegiatan kami adalah menyambangi Ar Rawdah - area kecil yang dikatakan sebagai jantungnya Masjid Nabawi. Saya dan Papa harus terpisah dengan Mama, kakak dan adik karena pintu untuk memasuki area itu berbeda antara pria dan wanita. Waktu berkunjung ke Ar Rawdah bagi wanita juga dibatasi yakni hanya setelah Sholat Subuh, Dhuhur dan Ashar (15-20 menit saja selepas Dhuhur dan Ashar).

Perjuangan memasuki Ar Rawdah benar-benar tak gampang. Meski pria bebas memasuki kapan saja, tapi antrean tampak mengular sepanjang waktu. Antrean ini berjalan tertib di awal, tapi begitu mendekati Ar Rawdah entah kenapa setiap jemaah berubah menjadi beringas hingga kemudian aksi saling dorong, lompat, hingga gencet bisa terjadi.

Kepadatan jemaah yang hendak
memasuki Ar Rawdah

Jujur, saya tak bisa menerima dan membenarkan aksi semacam itu. "Kalau tertib dan sabar, pasti semua kebagian untuk bisa masuk serta beribadah dengan tenang. Lantas, apakah saking inginnya kau beribadah, kemudian kau pantas melukai orang lain?", ingin rasanya saya berteriak kepada mereka semua kemarin.

Setelah melewati perjuangan yang melelahkan, akhirnya giliran saya dan papa untuk bisa memasuki Ar Rawdah tiba. Awalnya, saya agak kebingungan membedakan mana area yang masuk ke Ar Rawdah dan mana yang bukan. "Lihat warna karpet atau pilarnya, mereka berbeda", kata papa singkat.

Beberapa jemaah terlihat melakukan
sholat sunnah di area Ar Rawdah

Saya pun segera melakukan sholat sunnah di atas karpet yang warnanya berbeda: berwarna hijau, sementara umumnya berwarna merah. Belum selesai merapalkan doa, para askar sudah menyuruh saya keluar karena antrian manusia semakin padat.

Di dekat Ar Rawdah sendiri, terdapat makam dari Rasulullah SAW beserta dua sahabat yaitu Abu Bakar ra dan Umar Bin Khatab ra. Ketiga makam itu bersampingan dan menempati bekas rumah dari Nabi Muhammad SAW.

Makam Nabi Muhammad SAW

Para jemaah lain tampak mengantri untuk bisa sekedar memegang pintu makam sang nabi dan para sahabat yang terbuat dari emas. Kami berdua tak mengikuti antrean dan lebih memilih keluar dari area tersebut.

Rupanya, tak hanya di dalam saja. Beberapa jemaah: terutama wanita, saya dapati tengah menempelkan tangan mereka di dinding luar masjid yang menghadap ke arah makam. Beberapa dari mereka tampak menangis, sementara yang lain tengah mengucapkan doa.

Area luar Makam Nabi

Area makam nabi memiliki dua kubah yang
bersisian, satu berwarna perak, sedang
satunya lagi berwarna hijau.



King Fahad Road: The Road of Pigeons

Dari Ar Rawdah, papa kemudian mengajak saya berkeliling menyusuri jalan-jalan kecil yang ada di Inner Madinah. Saya menyetujui ajakan tersebut. Bagi saya, inilah yang justru paling saya tunggu-tunggu: berjalan kaki ke jalanan dan gang-gang asing.

Mayoritas jalanan atau gang di Inner Madinah dihiasi oleh aneka hotel (minimal bintang 3) dengan bangunan tinggi menjulang, serta toko suvenir. Saking banyaknya jemaah dari Indonesia, beberapa pedagang di kawasan ini sampai bisa berbahasa Indonesia dengan baik. 

Tipikal jalanan di Inner Medina


Pedagang-pedagang cinderamata

Arab Saudi sendiri tak begitu mengenal konsep penamaan jalan, kebanyakan memakai konsep distrik atau blok. Namun, ada beberapa jalan yang bernama dan salah satunya sukses memikat hati saya. Jalan itu bernama King Fahad Road.

Sebuah gunung yang saya kurang paham apa namanya tampak menanti di ujung jalan, sementara ujung jalan yang lain akan membawa kita menuju Masjid Nabawi melalui Gate 21. Sebuah menara berjam berdiri di ujung pulau jalan arah Gate 21. Menara yang sekali lagi, saya kurang paham apa namanya.

The Stunning View of King Fahad Road

Bagian paling menarik dari jalanan ini menurut saya adalah kehadiran ribuan burung dara yang bebas berseliweran di sepanjang jalan, beberapa bahkan terlihat bertengger di atap atau jendela dari Hotel Hilton dan Dar Al Taqwa.

Ribuan burung dara bebas berkeliaran

Beberapa gadis cilik keturunan Muslim Afrika tampak menjajakan biji-bijian makanan burung seharga 5 SAR (Saudi Arabian Riyal) per bungkus di sekitar area itu. Siapa saja boleh memberi makan burung-burung dara tesebut. Beberapa kali bahkan saya melihat para mutawiin (polisi syariah) memberi makan mereka di sela-sela waktu jaga mereka.

Burung dara dan para mutawiin


The Beautiful Names Of Allah Exhibition: A Smart Way To Grow Our Love Deeper To Him

Tepat di dekat Masjid Nabawi, berdiri sebuah pameran yang didedikasikan untuk Allah dan ke-99 nama baik-Nya. Menempati sebuah bangunan berwarna kecokelatan, pintu masuk pameran ini cukup mudah untuk ditemukan yakni berada di depan Gate 13.

Pintu masuk The Beautiful Names of Allah Exhibition

Museum ini terbuka untuk umum (kebanyakan fasilitas publik di Arab Saudi memakai pakem: single or family only), gratis, dan tersedia pemandu yang ahli ke dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.

"Indonesia! Ayo kemari!", teriakan seorang pria berkopiah mengejutkan kami sekeluarga saat pertama kali menginjakkan kaki ke dalam bangunan pameran. Pria itu rupanya adalah seorang pemandu dan ia menyuruh kami untuk bergabung bersama rombongan Indonesia lain yang telah masuk terlebih dulu.

Bak gerombolan anak bebek, kami bergerak mengikuti arahan pemandu. Di beberapa bagian, pemandu akan berhenti kemudian menjelaskan panjang lebar tentang apa saja yang dipamerkan pada pameran itu.

Semuanya berkaitan dengan Asmaul Husna. Mulai dari papan informasi, kaligrafi, diorama, hingga tayangan visual pasti dihubungkan dengan nama-nama baik dari Allah SWT. Contohnya: ada diorama tata surya besar yang di dekatnya tertulis Al Muhaymin - The Controller.


Diorama tata surya kita

Mendekati pintu keluar, terpampang tayangan visual yang benar-benar bikin merinding. Dimulai dari penampilan seseorang yang sedang sholat dari dalam Masjid Nabawi, kemudian di-zoom out setahap demi setahap hingga tak terlihat sama sekali. Iya, totally invisible compared to our universe!


Pengunjung dari berbagai negara menyaksikan tayangan
tentang betapa kecilnya manusia di mata Allah SWT.

"Intinya, kita itu jangan pernah sekalipun merasa sombong. Kalian lihat kan, manusia akan terlihat kecil dibandingkan Masjid Nabawi, Masjid Nabawi akan terlihat kecil dibandingkan Kota Madinah, Kota Madinah akan terlihat kecil dibandingkan Kerajaan Arab Saudi, begitu seterusnya hingga kita semua ingat bahwa kalau dibandingkan Allah- manusia itu sama sekali tak ada apa-apanya.", kata pemandu sembari menutup tur pameran tersebut.

A note to remember.


Muhammad Is The Messenger Of Allah Roadshow Exhibition

Pameran lain yang bisa dinikmati di Inner Madinah adalah pameran tentang Nabi Muhammad SAW. Pintu masuk pameran berada di depan Gate 8 Masjid Nabawi, dengan waktu beroperasi: 9 am- 2 pm, 4 pm - 9 pm.


Pintu masuk Pameran Nabi Muhammad SAW.

Secara konsep, pameran ini mirip dengan pameran nama-nama baik dari Allah SWT dimana semua display membahas tentang satu tema, yakni Nabi Muhammad itu sendiri. Bentuk displaynya juga serupa: dari papan informasi, diorama, hingga tayangan visual.



Setiap pengunjung yang masuk akan dikenalkan secara lebih dekat dengan utusan Allah ini, mulai dari gambaran fisiknya yang dikatakan begitu rupawan, sifat-sifat, tingkah laku, hingga ke seperti apa rupa rumahnya dulu.

Diorama Masjid Nabawi di awal pembangunannya yang nyaris
tak beratap. Kotak-kotak kecil di depan, salah satunya adalah
rumah dari Nabi Muhammad SAW.

Satu pelajaran dari Nabi Muhammad yang paling bisa saya ambil kemarin adalah tentang sikap kewelasasihannya. Beliau pantang sekali menyakiti, baik itu sesama muslim maupun kepada penganut kepercayaan lain.

Petuah Rasulullah SAW beberapa
saat sebelum beliau meninggal.

Sikap yang saya kira perlu dipahami benar oleh seorang muslim kini. Apalagi di negara kita, negara mayoritas berpenduduk muslim, tapi tingkah laku kepada sesama ternyata masih jauh dari sempurna. 

Another Random Captures of Inner Medina


A crowd in front of Nabawi Mosque. Ada semacam
pasar tumpah selama 10-15 menitan yang terjadi di depan
halaman Masjid Nabawi selepas waktu sholat.

Payung-payung mekanik raksasa

A typical street of Inner Medina

Every gate brings you to surprise. Ini adalah ujung
jalan di depan Gate 19 kalau tidak salah ingat.

Salah satu barang best seller di kalangan jemaah negara kita.
Mahal dan pasti ribet membawa pulangnya. :p

Aneka kurma dan kacang Arab

Lorong cantik di luar The Beautiful Names
of Allah Exhibition

Cokelat aneka warna, salah satu local product dari Arab Saudi



***

Dari ketiga kota di Arab Saudi yang kami kunjungi kemarin, Madinah terutama Inner Medina adalah wilayah yang paling saya suka. Saya suka sekali suasananya: it was kind of where liveliness and peacefulness could match perfectly! 

Orangnya yang ramah, cuaca nyaman, hingga harga komoditas yang terbilang murah adalah bonus. Namun, kedamaian adalah hal utama yang terasa menyelimuti Inner Medina dan membuatnya begitu spesial. 

Narrated Abu Huraira: The Prophet said, "I have made Medina a sanctuary between its two (Harrat) mountains." The Prophet went to the tribe of Bani Haritha and said (to them), "I see that you have gone out of the sanctuary," but looking around, he added, "No, you are inside the sanctuary."

Cheers dari kami sekeluarga. Sial, adik saya makin lama makin
tinggi. Anyway, terima kasih kepada kakak Malaysia yang
membantu mengambil gambar ini. :)


Salam Kupu-Kupu dan mari menjadi pejalan yang bertanggungjawab. ^^d

2 comments:

  1. Bul, aku terharu bacanya. Haha Ika emang lebay tolong dimaafin yaa.
    Anyway, terima kasih buat doanya apapun itu. Thank you so much! Thank you for everything ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahahah the pleasure is mine! Terima kasih sudah baca dan berkunjung, ka. :)

      Delete