Friday, September 30, 2016

Sensasi Meledak Si Oseng Mercon



Malam itu saya kembali mengajak Dian untuk berkeliling Jogja. Tujuan kami kali ini adalah berwisata kuliner. Setelah kebingungan menentukan hendak makan dimana, saya akhirnya mengusulkan kepada Dian untuk mencoba oseng mercon - salah satu makanan yang cukup populer di Kota Gudeg.

Berbekal informasi di internet dan google maps, kami bergerak menuju ke Jalan K.H. Ahmad Dahlan. Jalan ini mudah sekali ditemukan: kalau dari arah Malioboro, nanti saat ada perempatan besar, ambil saja arah kanan dan jalan itulah yang dinamakan dengan Jalan K.H. Ahmad Dahlan.

Awalnya, tujuan kami adalah ke Warung Oseng Mercon Bu Narti. Bu Narti mungkin bisa dikatakan sebagai pelopor dari oseng mercon di Yogyakarta. Warung itu pulalah yang menjadi warung paling ramai di antara warung-warung oseng mercon lainnya. 

Saya dan Dian langsung sepakat tancap gas begitu melihat keramaian pembeli di Warung Oseng Mercon Bu Narti. Pembelinya tumpah ruah sampai ke jalanan, bahkan ada yang makan sambil berdiri. Ini warung apa pesta kenduri, ya?

Kalau kalian adalah tipikal orang yang seperti kami: paling malas makan kalau tempatnya terlalu ramai dan penuh sesak, maka tenangkan hati dan pikiran kalian. Apa pasal? Ada banyak penjual oseng mercon di sepanjang Jalan K.H. Ahmad Dahlan. We don't guarantee the taste and price, though. Yah, namanya juga para pengikut~

Setelah melihat-lihat beberapa warung oseng mercon di jalan tersebut, kami kemudian menentukan pilihan kepada Warung Oseng Mercon 62 karena tempatnya bersih, tak begitu ramai oleh pengunjung, dan kami bisa bebas memilih: hendak makan di dalam atau luar. Saya sendiri kurang paham apa arti angka 62 yang tertera di spanduk warung ini.

Suasana luar warung oseng mercon.

Selain menjual oseng mercon, tempat ini juga menjual beraneka macam makanan lain seperti: nasi goreng, ayam bakar, ayam goreng, bebek goreng, nasi goreng, dan lain sebagainya. Pokoknya lengkap, tapi sepertinya memang mayoritas menu makanan disana khusus menjual menu-menu pedas.

Daftar menu.

Saya tentu saja memilih oseng mercon, sementara Dian memilih nasi goreng babat level dua. Level disini menunjukkan tingkat kepedasan, dari 0 sampai 10. Sembari menunggu makanan yang kami pesan, kami pun mengobrol kesana kemari.

Tak lama, seorang pelayan datang menghampiri meja kami dan mengantarkan pesanan. Oseng mercon yang saya pesan tersaji di sebuah mangkok plastik putih kecil, sementara nasi-nya tertata rapi di sebuah piring rajut bambu beralaskan kertas minyak. Saya agak terkejut dengan kondisi oseng mercon di warung ini yang terlihat lebih berkuah dibandingkan foto-foto di internet.

Detik-detik menjelang kepedesan.

Saatnya mencoba. Begitu saya mengambil sesendok oseng mercon, rasanya saya langsung tahu kenapa makanan ini dinamakan demikian. Sensasi pedas yang meledak-ledak langsung terasa menjalari lidah, dan membuat saya belingsatan.

Gila! Pedasnya ampun! Tak ada rasa lain yang terasa dari makanan berisi otot sapi dan potongan cabai rawit ini selain rasa pedas. Saya buru-buru menyendok nasi dengan niatan untuk menetralkan rasa pedas, tapi tetap saja tak berefek apapun.

Bak dikejar setan, akhirnya saya mencoba makan oseng mercon dengan ritme yang cepat. Sesekali saya berhenti untuk menyeruput teh tawar atau memakan lalapan. Sayang sekali, tetap tak berefek apa-apa, yang terasa justru pedasnya makin lama makin menjadi.

Saya akhirnya terpaksa menyerah, menyisakan oseng mercon yang lantas saya oper ke Dian. Teman saya itu tampak tegar memakan oseng mercon yang dikombinasikan dengan nasi goreng babat level dua miliknya. Saya salut. Saya sempat mencicipi sedikit nasi goreng miliknya: beuh, jauh lebih pedas dibandingkan oseng mercon itu.

Overall, menurut kami oseng mercon dan nasi goreng di Warung Oseng Mercon 62 ini rasanya lumayan enak, walau porsinya sedikit dan agak pricey. Buat kalian yang suka makanan pedas, saya sangat merekomendasikan untuk mencoba oseng mercon saat berkunjung ke Jogja.

Kalau saya? Sementara ini, sepertinya saya akan mengibarkan bendera putih kalau ada yang mengajak untuk mencicipi oseng mercon lagi dalam waktu dekat. Saya memang hobi makanan pedas, tapi oseng mercon level pedasnya melebihi batas penerimaan saya. Ampun!


Salam Kupu-Kupu dan mari menjadi pejalan yang bertanggungjawab. ^^d

5 comments:

  1. mas, oseng2nya pake kuah ya? atau itu minyak? belum pernah cobain sih hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. ada kuahnya kok, kak. tapi emang kuahnya berminyak gitu. coba aja, dijamin kesetanan. :p

      Delete
    2. aku nggak doyan pedes hahaha....

      Delete
  2. aku menunggu postingan setelah ini...
    hihi...

    aku paham kamu sedang sibuk nak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. sabar ya, ntul. aku lagi banyak tugas.
      kalau udah beres semua, dan postingannya udah jadi, i'll let you know. heheh.

      Delete