Negeri kita, Indonesia, memang selalu menawarkan banyak kejutan dari kekayaan alamnya. Siapa yang menyangka kalau jauh di dalam sebuah desa nan permai di kaki Gunung Ungaran, ternyata menyimpan pesona tersembunyi yang belum begitu dikenal oleh khalayak ramai? Cerita kali ini adalah cerita petualangan saya dan Yanta dalam mencari pesona dari sebuah desa yang bernama Kemawi.
Sejujurnya, petualangan kami berdua kali ini terbilang merupakan rencana dadakan dari rencana semula kami yang hendak mendaki bukit di kawasan Banyubiru. Cuaca yang tidak bisa ditebak membuat saya menjadi sedikit khawatir dengan rencana mendaki bukit tersebut. Betul saja, saat hari H atau Sabtu kemarin, langit pagi hari sudah diwarnai oleh riak-riak awan yang berpotensi berubah menjadi awan mendung. Saya kemudian mengajak Yanta untuk memutar otak, sekiranya obyek wisata apa yang bisa menjadi alternatif untuk dikunjungi. Yanta pun mengusulkan beberapa nama air terjun yang belum pernah saya dengar sama sekali sebelumnya. Dengan sedikit bantuan dari mesin pencari google, akhirnya kami berdua memutuskan untuk merubah rencana kami, rencana dari mendaki bukit menjadi menyambangi air terjun. Grojogan (nama lain air terjun) Klenting Kuning di Desa Kemawi menjadi incaran kami hari itu.
Sekitar jam sembilan pagi, kami berdua sudah mulai mengarungi jalanan menuju Desa Kemawi. Mulanya kami melewati jalanan yang cukup lengang, namun mendadak berubah menjadi semrawut ketika sampai di depan Pasar Ambarawa. Jalanan kembali berubah menjadi penuh tanjakan dan turunan di daerah Bandungan, hingga masuklah kami ke jalan desa menuju Desa Kemawi. Di pertengahan jalan, mendadak kami disergap kabut nan pekat. Motor pun saya pacu dengan pelan sembari tetap waspada karena jarak pandang menjadi terbatas. Gerimis juga sempat turun sehingga membuat saya cukup kedinginan.
|
Papan besar penunjuk arah |
Untunglah, tak lama kemudian kabut menghilang dan dibarengi dengan sampainya kami di area parkir Grojogan Klenthing Kuning. Kami disambut deretan ladang daun bawang yang daunnya tampak mengundang untuk diolah sebagai
topping telur dadar. Dari area parkir menuju curug, kami harus berjalan menapaki jalan setapak yang terbuat dari semen di awal lalu berlanjut menjadi tanah sepanjang sekitar 700 meter-an. Saya harus berjalan ekstra hati-hati karena tanah tampak basah akibat hujan. Jalan setapak ini menembus hutan dengan pohon-pohon besar sepanjang mata memandang. Di tengah jalan setapak, terdapat percabangan jalur. Jalur atas membawa kami langsung menuju grojogan, sedangkan jalur bawah membawa kami menuju grojogan namun terlebih dahulu melewati satu-satunya warung yang ada di kawasan ini. Warung Makan Mbak Yudha namanya. Di tempat itu pulalah buku tamu disodorkan kepada setiap pengunjung yang datang.
|
Daun bawang everywhere |
|
Jalan setapak |
|
Ada jembatan kayu |
Ada dua versi yang menyebutkan awal mula penamaan grojogan di Desa Kemawi ini menjadi Klenting Kuning. Versi pertama mengaitkannya dengan salah satu cerita legenda yang terkenal di Tanah Jawa yakni
Ande-Ande Lumut. Konon, di tempat inilah seorang dewi bersemedi dan mendapat petuah untuk menyamar menjadi rakyat jelata dan mengubah namanya menjadi Klenting Kuning. Klenting Kuning selanjutnya ditemukan dan diasuh oleh sebuah keluarga yang memiliki tiga orang putri. Ia kemudian dianggap sebagai putri keempat atau putri bungsu dari keluarga itu. Versi kedua, saya dapatkan dari pemilik warung langsung yang menyebutkan kalau awal mula dinamakan Grojogan Klenting Kuning karena air yang keluar mirip dengan
klenthing (semacam pancuran kecil) dan airnya terlihat berwarna kuning. Air berwarna kuning ini merupakan akibat dari refleksi warna tebing grojogan yang memang berwarna kuning tua.
|
Grojogan kecil |
|
Yanta |
Hari itu hanya ada kami berdua yang terlihat mengunjungi Grojogan Klenting Kuning. Rasanya bagaikan tengah mengunjungi air terjun pribadi saking sepinya. Saya pun terkesima oleh pesona tersembunyi dari Desa Kemawi ini. Buat saya, ini adalah pertama kalinya saya melihat air terjun dengan tebing berwarna kuning. Asumsi saya, warna kuning ini merupakan akibat dari adanya endapan mineral, mungkin sulfur, yang berasal dari Gunung Ungaran. Ada dua air terjun dengan tebing berwarna kuning disini, air terjun besar memiliki tinggi sekitar 6 meter sedang air terjun kecil memiliki tinggi setengahnya. Keduanya tampak cantik bersanding dengan hutan pinus lebat di sekeliling mereka. Hutan pinus ini pula yang membuat cuaca di sekitar grojogan terasa begitu sejuk dan alami. Oh, kabarnya selain dua grojogan itu masih ada dua grojogan lagi di kawasan ini. Satu grojogan berada di area bawah warung, sedang grojogan lainnya belum bisa dikunjungi karena ketiadaan akses jalan. Sesuai versi pertama asal mula penamaan Grojogan Klenting Kuning, ketiga grojogan ini dinamai seperti saudara-saudara angkat Klenting Kuning. Grojogan kecil di sebelah curug besar dinamai Grojogan Klenting Biru, grojogan di area bawah warung bernama Klenting Hijau, dan yang belum bisa dijangkau adalah Klenting Merah.
|
Grojogan besar |
|
Hutan pinus |
|
I love the colorful plants in front of me |
Walau berada di tempat tersembunyi, fasilitas yang ada disini bisa dikatakan lengkap meski kondisinya masih sederhana. Ada gubug terbuka untuk menikmati pemandangan, ada pendapa terbuka untuk tempat beribadah, terdapat pula kamar ganti dan toilet walau untuk kesana harus menaiki bukit kecil terlebih dahulu. Lucunya, saat toilet-toilet umum di tempat lain bertuliskan peraturan-peraturan sehabis memakai, nah, disini justru ada tulisan
"sangat berbahaya berhubungan seksual di tempat ini" dengan huruf cetak! Duh, membayangkan saja saya sudah malas. Salutnya lagi, kebersihan di tempat ini benar-benar terjaga. Ada tempat sampah tersedia di berbagai sudut kawasan. Bahkan, tempat-tempat sampah ini bisa ditemukan hingga mendekati jalur awal pendakian Gunung Ungaran. Hebat!
|
Gubug sederhana |
|
Wild red flower |
Seusai puas menikmati pemandangan yang ditawarkan Grojogan Klenting Kuning, kami memutuskan menyambangi sejenak Warung Makan Mbak Yudha. Dua cangkir besar susu cokelat pun kami pesan sekedar untuk menghilangkan rasa dahaga dan memulihkan suhu tubuh yang mulai kedinginan. Kesempatan ini juga saya manfaatkan untuk bertanya-tanya, bertanya tentang asal mula penamaan, hingga pengelolaan tempat wisata yang baru dibuka untuk umum pada 2012 ini. Melihat buku tamu yang bisa dibilang masih sepi coretan dengan interval kunjungan jarang-jarang, saya pun iseng bertanya apakah Mbak Yudha setiap hari berjualan disini.
"Ya enggak mas, biasanya cuma hari Sabtu-Minggu atau misalnya kalau keliatan ada pengunjung saya baru kemari. Rumah saya di dekat jalan depan sana loh mas, jadi sewaktu-waktu kan bisa lihat ada pengunjung apa tidak", jawab Mbak Yudha dengan nada tegar.
|
Warung makan Mbak Yudha |
Jawaban Mbak Yudha inilah yang membuat saya terdiam cukup lama. Membayangkan dua cangkir susu cokelat pesanan kami yang paling banter dihargai kurang dari sepuluh ribu rupiah. Berapa keuntungan yang diperolehnya? Berapa lama bisa balik modal? Mendadak rasa syukur sekaligus malu menyerang diri ini. Saya sudah terlalu banyak mengeluh. Tak mau berlama-lama merasa sedih, saya mengajak Yanta untuk segera pulang.
"Terima kasih sudah menjaga dan merawat tempat indah ini", itulah bunyi pesan dan kesan yang saya tuliskan di buku tamu sebelum berjalan pulang. Rasa terima kasih yang saya tujukan spesial kepada Mbak Yudha, serta seluruh masyarakat Desa Kemawi atas usaha mereka menghidupkan suatu pesona yang tersembunyi di balik keheningan hutan.
|
Me-Yanta |
NOTE:
1. How to get there: Kalau anda dari Semarang, Magelang atau Salatiga jalanlah ke arah Bandungan, jalan terus sampai ke arah Candi Gedong Sanga, kalau sudah sampai jalan masuk Candi Gedong Sanga jangan pilih belok ke arah sana melainkan tetap lurus ke arah Temanggung, sekitar 10 menitan akan sampai di Desa Sumowono dan melihat terminal bus Sumowono, pilih jalan arah Limbangan/Boja, jalan terus melewati Desa Bantir, dan Desa Kemawi berada tepat setelah Desa Bantir. Papan besar Grojogan Klenting Kuning sudah ada di salah satu bagian jalan, ikuti saja jalannya.
2. Kalau ada yang ingin mendaki Gunung Ungaran, bisa lewat jalur pendakian di sekitar curug. Ada
camping ground juga kok.
3. Waspada, kolam penampungan air terjun memiliki kedalaman antara 80 cm-1 meter dengan dasar yang berupa pasir lendut. Kalau mau nyemplung, harus bisa berenang ya. :)
Salam Kupu-Kupu ^^d
P.S. All photos without watermark were captured by Yanta
Is Beautiful...i like It
ReplyDeleteIt is, terima kasih sudah berkenan mampir. :)
DeleteBagus sekali,
ReplyDeleteiyaa bagus banget mbak. terima kasih sudah mampir. :)
DeleteBagus, kemarin aku juga abis dari sana
ReplyDeleteWah, iyakah? Ada perubahan apa mbak?
DeleteUdah 1 tahun lebih sejak tulisan ini dibuat loh. :3
Andaikan anak-anakku sudah besar, pasti langsung kuajak berpetualang menikmati keindahannya.. Terima kasih untuk ulasan dan foto-foto yang menarik, eksotis dan mempesona..
ReplyDeleteHarus itu mbak!
DeleteBawa generasi Indonesia masa depan jadi gemar menjelajah.
Sama-sama mbak, terima kasih sudah mampir. :)
sama curug 7 bidadari?sebelum atau sesudahnya gan?terima kasih.
ReplyDeleteKalo sama Curug 7 Bidadari sehabisnya mas, jadi abis Bantir kan ada jalan masuk ke curug 7 bidadari tuh...nah, masnya entar lurus aja lagi sampai masuk ke Desa Kemawi. Terima kasih juga sudah berkunjung. :3
DeleteTerimakasih telah mau berbagi keindahan desa kami
ReplyDeletesama-sama masnya. :)
Deleteso cool,,,keren bgt,,,
ReplyDeletekalo dri arah kudus,,rute terdekat lwat mna y gan??
Kalau dari arah Kudus, mas tinggal jalan menuju ke Bandungan. Bandungan terus sampai ketemu pertigaan besar sehabis Candi Gedong Sanga mas. Nanti masnya belok kanan, dan tanya penduduk aja. :)
DeleteKeren amazing
ReplyDeleteKeren amazing
ReplyDeleteasik dan keren postingan serta curugnya masbro! bisa di coba nih. tengkyu! _lm/
ReplyDeleteyou are very welcome!
Deleteterima kasih sudah mampir. :)
Terimakasih gan
ReplyDeleteMaaf, numpang tanya.. Jalan masuk air terjun dari jalan utama, bisa buat mobil ga ya? Terimakasih.. :)
ReplyDeletebisa mbak. nanti parkir di deket kebun penduduk. :D
Deleteair terjun yg keren suatu saat pasti kami kunjungi
ReplyDeletepatut dipertimbangkan utk dikunjungi
ReplyDeleteternyata kab semarang menyimpan banyak wisata alam yg bagus
ReplyDelete