Setapak demi setapak kami berdua berjalan menyusuri jalur yang sudah disediakan. Ada dua jalur yang disediakan oleh pengelola, jalur melewati atas dan jalur melewati bawah. Kami berdua sempat salah jalan ketika mendadak semua jalur terlihat sama dan papan informasi menghilang entah kemana. Untunglah, ada pengunjung lain yang terlihat bergerak ke arah berlawanan dengan kami. Tanpa basa-basi, kami langsung berbalik arah dan berjalan membuntuti mereka. Suara hentaman air makin terdengar nun jauh di bawah sana.
Jalan setapak yang semula berupa jalan bersemen berubah menjadi jalan tanah berpasir begitu mendekati pusat suara. Saya dan Yanta harus berjalan ekstra hati-hati agar tidak jatuh terpeleset. Kami berdua telah sepakat, jalur bawah akan dicoba pertama kali kemudian naik ke atas lagi untuk menyusuri jalur atas.
Dari foto di atas pasti sudah kelihatan kalau kami berdua tengah mengunjungi air terjun. Air Terjun Kedung Kayang menjadi pilihan kami kali ini dalam menghapuskan kepenatan. Kedung Kayang terletak di perbatasan antara Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang tepatnya di perbatasan Desa Klakah (Boyolali) dan Desa Wonolelo (Magelang). Letaknya tidak begitu jauh dari Gardu Pandang Ketep. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 40 meter dan berada di alur Sungai Pabelan-sungai yang mata airnya berasal dari dua gunung yaitu Merapi dan Merbabu.
Gunung Merapi |
Mitos mengatakan nama Kedung Kayang berasal dari adu kesaktian tiga empu termasyhur di daerah sekitar air terjun. Adu kesaktian dilakukan dengan melempar telur ke dalam kedung (dataran rendah bagian dari aliran sungai) dan barangsiapa yang telurnya masih utuh maka dialah pemenangnya. Ketiga telur pun dilemparkan dan ternyata semua telur pecah. Para empu ini kemudian turun dan mengecek ke kedung untuk mencari bekas pecahannya. Anehnya, bagian anyangan (cangkang) dari ketiga telur itu tak bisa ditemukan. Kedung dan anyangan yang hilang. Ketiga empu ini kemudian sepakat memberi nama daerah itu Kedung Kayang. Konon, anyangan itu telah berubah menjadi tiga mata air yang airnya mengalir di depan air terjun hingga sekarang.
Sesuai dengan namanya, jalur bawah diperuntukkan bagi para pengunjung yang hendak melihat keindahan air terjun dari bawah atau dari titik akhir jatuhnya air sebelum mengalir lagi membentuk sungai. Namun untuk kesana, terlebih dahulu harus trekking menuruni lereng dan berjalan melawan alur sungai. Baru sampai di sungainya saja saya langsung terkesima. Airnya benar-benar bening dengan arus yang tak begitu kencang. Di pinggir-pinggir sungai banyak terdapat batu-batu besar yang kabarnya berasal dari aliran lahar dingin Gunung Merapi. Sayangnya, batu-batu ini banyak yang telah menjadi korban vandalisme.
Beberapa kali harus berjalan memotong sungai dan merelakan celana menjadi sedikit basah, akhirnya sampailah kami persis di bawah air terjun. Debit airnya deras dan mencipratkan bulir-bulir air ke berbagai penjuru. Tebing-tebing besar tampak mengelilingi air terjun dan di beberapa titik terlihat mengeluarkan air. Ah! Buat saya pribadi, ini adalah air terjun terbagus yang pernah saya kunjungi. Meski tingginya tidak begitu kolosal, tapi aliran airnya bening dan dingin. Pemandangan di sekitar air terjun juga tampak menawan. Batu-batu besar bersanding mesra dengan air yang tenang mengalir. Saya yang biasanya tidak mau berlama-lama kalau mengunjungi air terjun saja akhirnya takluk pada keindahan Kedung Kayang. Keindahan seperti ini terlalu sayang kalau dihabiskan dalam waktu sekejap. Saya sampai lupa kalau mau kembali ke atas nanti, bakalan trekking kembali dan tentunya lebih melelahkan karena menanjak terus.
Saya berjalan melewati sungai |
Stay peace! |
Aliran air yang keluar lewat celah-celah tebing |
Pulangnya mendaki dulu |
Benar saja, saat naik ke atas saya langsung teringat pendakian ke Gunung Andong. Nyaris serupa, menanjak dengan diselingi anak-anak tangga. Permintaan untuk rehat sejenak saya sampaikan kepada Yanta sebelum memulai penjelajahan kembali dalam menyusuri jalur atas. Anak-anak tangga kembali kami turuni untuk menuju ke jalur atas. Di salah satu ujung terdapat spot untuk menikmati keindahan Kedung Kayang dari atas. Waktu itu nampak sepasang muda mudi tengah asyik bermesraan di spot tersebut sehingga kami berdua memilih untuk lebih masuk ke dalam dan melewati jembatan bambu tua. Jembatan bambu ini membawa kami ke seberang dan memasuki area yang lebat dengan pepohonan. Ada berbagai percabangan jalan yang semuanya membawa pengunjung sampai ke sungai di atas air terjun. Yanta memilih jalan paling dekat namun harus menuruni jurang, tentu saja saya angkat tangan. Lebih baik saya memilih berjalan kembali ke spot pandang di ujung jembatan tadi.
Syukurlah, spot pandang sudah nampak sepi dan bergegas saya monopoli untuk menikmati keindahan air terjun dari atas. Beuh, mau dari bawah atau atas sama-sama menakjubkan! Saya bisa melihat dengan jelas aliran sungai di atas air terjun. Batu-batu besar juga tampak terlihat disana bahkan lebih banyak daripada yang ada di bawah. Debur air terlihat jatuh turun dengan derasnya dan berlangsung terus menerus. Sesekali pelangi kecil muncul ketika sinar matahari menyinari tepat di area air terjun. Dari spot itu saya juga bisa melihat Yanta berdiri tepat di atas tebing air terjun, ia terlihat sibuk memainkan kameranya untuk menangkap pesona Kedung Kayang. Puas! Perasaan itu langsung terasa di hati saya. Seolah-olah semua pengorbanan melelahkan saya untuk sampai ke tempat ini dan menjelajahi setiap sudutnya terbayar tuntas. Ini baru namanya air terjun idaman saya. Air terjun dengan debit lumayan deras, air bening, dihiasi tebing dan pemandangan cantik pula. Oh, perjalanan kali ini memang benar-benar juara. Lemme scream out loud, yes, SAYA PUASSS!
buset tuh Yanta mau terjun tuh seru mesti kalo terjun Nggaa...aaaakkkk, I want waterfall sooooooooooooooooooooo bad!! I want it!! :( kalian berdua aja nih, kapan nih??? keren yak dibandingin sama air terjun kembar kemarin nggak ada apa apnya yang kemarin yaaaak... aduh aku pingibingiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit
ReplyDeleteMeyk please meyk, bawahnya batu-batu gitu mau terjun gimana coba. -_-
DeleteYup, kami berdua aja hahahah. Keceeeee banget deh meyk. The coolest waterfall i ever seen in my travel history. :)
duh jd teringat pas KKN disana..
ReplyDeletetiap hari pemandangannya air terjun ini :')
salam ransel y gan :)
Aaaah ada pakar blusukan. *sungkem*
DeleteHeh, mas kamu sempet KKN disana?
Jangan-jangan yang bikin papan informasi sama mushola tim KKNmu ya mas? :o
Salam ransel juga dan terima kasih sudah mampir. :)