Thursday, September 19, 2013

Cerita Bersama Tetangga Part VIII: Kunjungan Singkat Ke Candi Ngempon


Hello there! Selamat siang!
Adakah yang masih ingat tentang Cerita Bersama Tetangga? Yap, itu adalah postingan berseri yang saya ciptakan khusus untuk dan tentang para tetangga. Sekumpulan manusia terbaik dan terkeren yang telah menjadi bagian hidup saya. Apapun kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki. Cerita Bersama Tetangga adalah catatan perjalanan saya bersama mereka dalam menjelajahi tempat-tempat wisata yang ada di sekitar kampung halaman kami, sementara tujuan paling jauh ialah Yogyakarta. Piknik bersama ala kami ini kalau dihitung sudah berjalan hampir dua tahun lebih. Sayangnya karena berbagai hal seperti kesibukan masing-masing, membuat kami semua jarang jalan-jalan bareng lagi. Otomatis, Cerita Bersama Tetangga pun jadi jarang diperbarui. Nah, kali ini saya akan membangkitkan sejenak postingan berseri ini dari hibernasinya. Ijinkan Cerita Bersama Tetangga menyapa kembali. Meski dengan personel yang semakin sedikit namun kami berhasil menjejakkan kaki ke tempat yang baru. Candi Ngempon adalah tujuan kami kali ini.

Err, mungkin ada baiknya sebelum memulai cerita saya akan merekap postingan Catatan Bersama Tetangga terdahulu. So, here they are:
1. Cerita Bersama Tetangga Part I - Cikal bakal perjalanan kami dimulai. Tulisan saya juga masih berantakan. Berkisah tentang pengalaman kami mengunjungi Rawa Pening lengkap dengan penderitaannya. 
2. Cerita Bersama Tetangga Part II - Touring kami berlanjut. Kali ini waktunya mainan air di berbagai air terjun yang ada di sekitaran Kopeng.
3. Cerita Bersama Tetangga Part III - Seri ketiga yang bercerita tentang perjalanan kami mengunjungi Candi Gedong Sanga dan Curug Tujuh Bidadari. Semuanya ada di Ambarawa.
4. Cerita Bersama Tetangga Part IV - Tujuan kami beralih ke Kabupaten Magelang. Pemandian air panas berusia ratusan tahun dan telaga yang sunyi menjadi destinasi kami. 
5. Cerita Bersama Tetangga Part V - Rekor perjalanan paling jauh. Pakai acara sewa sopir segala. Jalan-jalan ke Yogyakarta dengan personel paling banyak.
6. Cerita Bersama Tetangga Part VI - Kali ini petualangan para pria (halah) mendaki Gunung Telomoyo, pakai motor! Yap, pakai motor!
7. Cerita Bersama Tetangga Part VII - Perjalanan paling dramatis di detik-detik sebelum keberangkatan. Rencana semula gagal. Jalan-jalan dadakan ke New Selo pun menjadi obat penghapus kesedihan kami.

Sudah siap menikmati Cerita Bersama Tetangga Part VIII?

Perjalanan kali ini (lagi-lagi) adalah perjalanan dengan personel paling sedikit yakni hanya tiga orang. Personelnya persis sama dengan cerita di part ke-II dimana hanya ada saya, Mbak Reza dan Decky. Rencananya memang serba dadakan karena kepulangan Mbak Reza yang mendadak dan sejenak  ke rumah. Hanya kami bertiga yang bisa, sisanya berhalangan karena sibuk bekerja, ada acara kampus dan masuk angin. Tujuan utama kami sebenarnya bukan ke Candi Ngempon. Namun, sehubungan letaknya yang dekat dengan tujuan utama maka saya mengajak kedua tetangga untuk menyambangi candi itu terlebih dahulu. Motor kami berjalan membelah ramainya jalan raya minggu pagi kemarin. Kami bergerak menuju Pertigaan Bergas, letaknya persis di sebelah Polsek Bergas dan dekat dengan Pasar Karangjati. Kami yang berangkat dari Salatiga, tentu belok kanan dan memasuki kawasan Bergas yang penuh dengan pabrik-pabrik. Sambil berjalan pelan mengikuti jalan, saya mengedarkan pandangan untuk mencari papan petunjuk selanjutnya menuju candi. Sekitar 700 meteran akhirnya baru terlihat papan nan kecil di pinggir jalan dan mengharuskan kami untuk berbelok kanan dan memasuki suatu kampung yang tetap dihiasi oleh bangunan-bangunan industri.

Papan petunjuk arah memang sangat minim sehingga perjalanan kali ini lebih mengandalkan ke insting khususnya ketika menemukan percabangan-percabangan jalan di dalam kampung itu. Untungnya insting kami lumayan jitu sehingga perjalanan kali ini tidak perlu diwarnai oleh tragedi tersesat di tengah kampung. Ada gerbang bambu sederhana terlihat di penghujung jalan kampung sebelum memasuki jalan setapak menuju candi. Seorang wanita tua nampak berjaga di depan gerbang, dan menyodorkan tiket masuk kepada kami. Uang sebesar Rp 4.000,00 untuk kami bertiga pun beralih tangan ke tangan wanita itu. Di depan mata terlihat jalan setapak menurun yang cukup mengerikan, hanya beralas tanah dan memiliki lebar sekitar 2 meteran saja. "Ini motornya langsung dibawa turun bu?", tanya saya kepadanya. Wanita tua itu mengiyakan sembari tersenyum. Senyum yang saya balas dengan senyum penuh kekhawatiran.

Sign Post

Gerbang Bambu

Saya hanya bisa memacu motor pelan sembari merapalkan doa di sepanjang jalan menurun tersebut. Nampaknya, kita tengah menuruni perbukitan dengan pepohonan yang cukup rapat sekelilingnya. Wah, saya tidak sanggup membayangkan kalau kesini waktu sehabis hujan atau malam. Pasti horor bawaannya, kebablasan sedikit bisa berakibat fatal. Lha wong, sepagi itu aja bawaan saya masih deg-degan. Di ujung jalan menurun terdapat tempat penitipan motor dan sebuah warung. Uang sebesar Rp 4.000,00 untuk dua motor kembali kami setorkan kepada bapak petugas disana. Candi Ngempon sudah terlihat di bawah sana, tersembunyi di tengah-tengah sawah nan hijau dan berada di samping sungai besar yang penuh bebatuan.

Ijo royo-royo

Decky dan Mbak Reza

Segera setelah memarkirkan motor, kami bertiga bergerak menuruni jalan setapak kecil berupa anak tangga terbuat dari tanah untuk menuju ke candi. Sesekali angin bertiup dan membawa hawa segar persawahan. Nyaman sekali! Sayang, kenyamanan itu terusik oleh dentum suara kafe karaoke di seberang sungai. Kami mencoba mengabaikan suara-suara itu dan terus berjalan menyusuri sawah dan sampailah di Candi Ngempon. Ada empat candi berukuran kecil tampak berdiri tegak di tengah sebidang tanah lapang. Pagar tembok seperut orang dewasa mengelilingi tanah tersebut. Beberapa pasang anak muda terlihat tengah memadu kasih di lingkungan candi. Kehadiran mereka lumayan menjadi bahan lelucon buat kami. Bagaimana tidak, mereka tampaknya jauh lebih muda dari kami, eh asyik aja gitu saling berpelukan di bawah pepohonan sampai bermesraan di salah satu candi. Kami yang berlalu lalang sepertinya mengusik hawa romantis yang tengah dirasakan mereka sehingga tak lama kemudian semua pasangan itupun pergi meninggalkan lokasi candi. Hahah. :p

Jalan Setapak

Papan Candi

Candi Ngempon berasa menjadi milik kami setelah kepergian para muda mudi dimabuk cinta itu. Oh omong-omong, candi ini kabarnya dibangun semasa Kerajaan Mataram Kuno sehingga sarat akan nilai-nilai Hindu. Diperkirakan pula jumlah sebenarnya ada sembilan candi serupa dengan Candi Gedong Songo namun hanya empat candi saja yang berhasil direstorasi oleh Dinas Purbakala. Lima candi lainnya terpaksa teronggok menjadi puing-puing di sekitar empat candi yang telah berdiri. Candi ini ditemukan secara tidak sengaja oleh salah seorang petani ketika tengah mencangkul tanah. Kondisinya pada waktu itu hanya berupa batu-batuan besar saja dan tercerai berai karena tertutup longsoran tanah. Beberapa arca yang ikut ditemukan kini semuanya tersimpan di Museum Ranggawarsito.

Trio Candi


Relief atas lubang

Puing-puing
Peace!
Tak banyak yang bisa kami lakukan di Candi Ngempon. Ukuran candi yang kecil membuat beberapa kali sapuan mata sudah sanggup untuk menikmati keindahan candi. Terdapat lubang kecil di setiap bagian depan masing-masing candi yang tujuannya entah untuk apa. Sepertinya merupakan tempat untuk meletakkan sesaji karena beberapa potong sesaji juga terlihat di dalamnya. Hari semakin siang dan matahari semakin bersinar terik. Seusai dirasa puas, kami bertiga sepakat untuk meninggalkan candi dan menuju tujuan utama kami hari itu. Kunjungan singkat kami ke Candi Ngempon pun berakhir, yah meski singkat tetap membekas di hati kok. Kapan lagi bisa jalan-jalan bareng tetangga coba? :)


Kami bertiga

Salam Kupu-Kupu ^^d

P.S. Teruntuk para tetangga, dimanapun kita berada dan sesibuk apapun kita saat ini dan nanti, saya berharap Allah masih memberikan kesempatan untuk bisa bersua dan berjalan-jalan lagi. Kalaupun suatu saat nanti-bahkan sudah dimulai beberapa tahun belakangan ini-jadi jarang bertemu, ingatlah selalu ada saya untuk kalian dan (semoga) ada kalian juga untuk diri ini. Sejumput kenangan tentang kita semua telah tersimpan rapi dalam postingan-postingan sederhana disini. Untuk sekarang, mungkin baru ini yang bisa saya lakukan untuk kalian, tetangga. :)

2 comments: