“And then, as if written by the hand of a bad novelist, an incredible thing happened.”
― Jonathan Stroud, The Amulet of Samarkand
Seorang pria duduk termangu di sudut bandara yang tampak asing bagi dirinya. Setengah tak percaya kalau nasib baik telah membawa dirinya kemari. Mujur, kalau kata orang-orang. Bagaimana tidak, ini penerbangan pertamanya seorang diri, ke tempat yang bahkan selama ini hanya ada di angan-angan, dan bagian terbaiknya adalah penerbangan itu baik datang maupun pulang nanti bisa dikatakan nyaris gratis. Err, pria itu? Iya, itu saya. Saya yang saat itu tengah menanti seseorang. Orang yang membuat perjalanan kali ini bagaikan perjalanan dalam mimpi semata.
Sekitar dua jam kemudian, kerumunan penunggu di Bandara Internasional Praya-Lombok tampak meringsek ke depan. Mereka seolah-olah tengah tak sabar menunggu para penumpang dari satu pesawat asal Jakarta yang baru saja mendarat dan turun dengan selamat di bandara itu. Saya tak mau ketinggalan sebab orang yang saya tunggu juga berada di dalam pesawat tadi.
Tak berapa lama, sesosok wanita berjilbab dalam usia dua puluhannya muncul dari pintu kedatangan. Itu dia. Sontak saya melambaikan tangan untuk menunjukkan adanya saya di balik kerumunan pengunjung. Dia melihat lambaian tangan saya dan tertawa. Kami pun bersalaman dan saling menanyakan kabar. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kami bertemu.
Wanita itu bernama Uul. Untuk sebagian pembaca blog ini mungkin sudah paham kalau Uul adalah salah seorang partner jalan-jalan saya. Biasanya sih saya selalu pergi ke suatu tempat bertiga, ada saya, Yanta, dan Uul. Kami adalah teman sedari SMP, lanjut ke SMA, hingga terpaksa berpisah karena masing-masing menempuh bangku kuliah di kota yang berbeda-beda. Kesamaan hobi kami bertiga yang suka jalan-jalan, akhirnya menyatukan kami kembali ke dalam petualangan-petualangan maha seru di berbagai tempat. Kini, kami kembali terpisah karena merantau demi pekerjaan. Uul ada di Jakarta, Yanta di Majene, sedangkan saya masih di Salatiga. Ah, sayang Yanta tak bisa ikut serta dalam petualangan kali ini. Petualangan yang sepenuhnya terjadi karena diawali oleh keberuntungan Uul.
Saya masih ingat, suatu malam di Bulan Juni, Uul mengabarkan berita menggembirakan kepada saya dan Yanta. "Saya menang kuis! Masih ingat beberapa waktu yang lalu saya ikutan kuis Campina Hula-Hula? Saya jadi salah satu pemenang favorit!", katanya melalui salah satu aplikasi messenger. Saya dan Yanta hanya bisa terkejut. Apalagi saya, orang yang sejatinya tak begitu percaya dengan keberuntungan semacam itu. Ini serius? Uul juga pernah bilang kalau ia menang nanti, ia bisa mengajak kami untuk ikut serta. Asyik!
Kami bertiga pun mulai saling memikirkan kemana kiranya bisa berpetualang dengan voucher sebesar Rp 5.000.000 itu. Kami sudah sepakat kalau uang itu hanya akan digunakan untuk akomodasi saja, yakni tiket pesawat dan hotel. Belitung sempat menjadi incaran hingga akhirnya kami memutuskan memilih Pulau Lombok sebagai destinasi kami. Sayangnya, Yanta kemudian terpaksa mundur karena tidak bisa meninggal pekerjaannya. Kami mencari orang lain untuk menggantikan posisi Yanta. Bongkar ulang personel terus terjadi padahal waktu keberangkatan semakin dekat. Permasalahan ini bahkan masih berlanjut hingga detik-detik akhir keberangkatan dan sempat membuat kami kalang kabut. Saya dan Uul hanya bisa pasrah. The show must go on, whatever will be, will be. Walau pada akhirnya hanya kami berdua yang tetap berangkat, itu bukanlah masalah.
Perjalanan kami berdua ke Pulau Lombok kami lakukan selama 3 hari 2 malam. Terlalu singkat sebenarnya mengingat Pulau Lombok itu lumayan luas. Kami berdua terpaksa men-skip beberapa obyek wisata karena keterbatasan waktu dan ketiadaan angkutan publik untuk menuju kesana. Petualangan kami dimulai dari Kawasan Senggigi, lanjut ke Gili Trawangan, Mataram, dan berakhir di Desa Rembitan. Banyak kejutan yang kami dapatkan dari Lombok Hula Trip kemarin, baik manis maupun pahit. Mulai dari menemukan pantai tak bernama yang cantik walau sedikit horror, tak sengaja bertemu Ketua Mahkamah Konstitusi-Bapak Hamdan Zoelva-yang tengah digilai para ibu dan kaum perempuan dewasa ini saat menginap di Mataram, reuni singkat dengan teman SMA yang kini merantau di Lombok, dikerubutin supir taksi dan tukang ojek dengan nada bicara keras, hingga nyaris muntah dalam perjalanan pulang dari Gili Trawangan gara-gara ombak besar datang menghadang.
Postingan ini hanyalah prolog semata. Pembuka cerita dari Lombok Hula Trip kami yang akomodasinya disponsori oleh Es Krim Campina Hula-Hula melalui program mereka "Liburan Hura-Hura". Terima kasih Campina karena telah membuat kami berdua bisa sampai ke Pulau Lombok, destinasi yang semula hanya masuk target impian saja hingga akhirnya kemarin berubah menjadi nyata. Terima kasih juga kepada sahabat sekaligus partner jalan-jalan saya, Uul, karena telah berbaik hati membagikan rejekinya kepada saya. Pahalamu besar di surga, teman. :)
Ah iya, nyaris kelupaan, rencananya akan ada beberapa postingan berseri yang akan dirilis setelah tulisan ini. Isinya tentang cerita perjalanan kami selama hari ke hari di Negeri Seribu Masjid. Niatnya, selain menceritakan keseruan-keseruan yang kami berdua alami akan ada beberapa tips dan trik serta catatan pengeluaran yang mungkin bisa membantu kalau para pembaca blog ini sedang merencanakan hendak bepergian ke Lombok, khususnya untuk pertama kali. Sharing is caring, right? Ditunggu ya.
Lastly, pada akhirnya saya percaya kalau keberuntungan itu ada dan bisa muncul dari mana saja. Bahkan, ketika anda hanya menjadi tangan kedua penerima keberuntungan itu sekalipun. Dalam kasus ini, saya adalah penerima kedua dari keberuntungan yang sahabat saya alami. Apa yang saya dapatkan termasuk keberuntungan juga, bukan? Heheh. Sampai jumpa di postingan selanjutnya!
Matur tampi asih sudah berkenan mampir, salam kupu-kupu, dan adakah yang mau memberi saya gratisan jalan-jalan lagi? ^^d
Tak berapa lama, sesosok wanita berjilbab dalam usia dua puluhannya muncul dari pintu kedatangan. Itu dia. Sontak saya melambaikan tangan untuk menunjukkan adanya saya di balik kerumunan pengunjung. Dia melihat lambaian tangan saya dan tertawa. Kami pun bersalaman dan saling menanyakan kabar. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kami bertemu.
Wanita itu bernama Uul. Untuk sebagian pembaca blog ini mungkin sudah paham kalau Uul adalah salah seorang partner jalan-jalan saya. Biasanya sih saya selalu pergi ke suatu tempat bertiga, ada saya, Yanta, dan Uul. Kami adalah teman sedari SMP, lanjut ke SMA, hingga terpaksa berpisah karena masing-masing menempuh bangku kuliah di kota yang berbeda-beda. Kesamaan hobi kami bertiga yang suka jalan-jalan, akhirnya menyatukan kami kembali ke dalam petualangan-petualangan maha seru di berbagai tempat. Kini, kami kembali terpisah karena merantau demi pekerjaan. Uul ada di Jakarta, Yanta di Majene, sedangkan saya masih di Salatiga. Ah, sayang Yanta tak bisa ikut serta dalam petualangan kali ini. Petualangan yang sepenuhnya terjadi karena diawali oleh keberuntungan Uul.
Saya masih ingat, suatu malam di Bulan Juni, Uul mengabarkan berita menggembirakan kepada saya dan Yanta. "Saya menang kuis! Masih ingat beberapa waktu yang lalu saya ikutan kuis Campina Hula-Hula? Saya jadi salah satu pemenang favorit!", katanya melalui salah satu aplikasi messenger. Saya dan Yanta hanya bisa terkejut. Apalagi saya, orang yang sejatinya tak begitu percaya dengan keberuntungan semacam itu. Ini serius? Uul juga pernah bilang kalau ia menang nanti, ia bisa mengajak kami untuk ikut serta. Asyik!
Coba tebak mana nama teman saya? |
Kami bertiga pun mulai saling memikirkan kemana kiranya bisa berpetualang dengan voucher sebesar Rp 5.000.000 itu. Kami sudah sepakat kalau uang itu hanya akan digunakan untuk akomodasi saja, yakni tiket pesawat dan hotel. Belitung sempat menjadi incaran hingga akhirnya kami memutuskan memilih Pulau Lombok sebagai destinasi kami. Sayangnya, Yanta kemudian terpaksa mundur karena tidak bisa meninggal pekerjaannya. Kami mencari orang lain untuk menggantikan posisi Yanta. Bongkar ulang personel terus terjadi padahal waktu keberangkatan semakin dekat. Permasalahan ini bahkan masih berlanjut hingga detik-detik akhir keberangkatan dan sempat membuat kami kalang kabut. Saya dan Uul hanya bisa pasrah. The show must go on, whatever will be, will be. Walau pada akhirnya hanya kami berdua yang tetap berangkat, itu bukanlah masalah.
Perjalanan kami berdua ke Pulau Lombok kami lakukan selama 3 hari 2 malam. Terlalu singkat sebenarnya mengingat Pulau Lombok itu lumayan luas. Kami berdua terpaksa men-skip beberapa obyek wisata karena keterbatasan waktu dan ketiadaan angkutan publik untuk menuju kesana. Petualangan kami dimulai dari Kawasan Senggigi, lanjut ke Gili Trawangan, Mataram, dan berakhir di Desa Rembitan. Banyak kejutan yang kami dapatkan dari Lombok Hula Trip kemarin, baik manis maupun pahit. Mulai dari menemukan pantai tak bernama yang cantik walau sedikit horror, tak sengaja bertemu Ketua Mahkamah Konstitusi-Bapak Hamdan Zoelva-yang tengah digilai para ibu dan kaum perempuan dewasa ini saat menginap di Mataram, reuni singkat dengan teman SMA yang kini merantau di Lombok, dikerubutin supir taksi dan tukang ojek dengan nada bicara keras, hingga nyaris muntah dalam perjalanan pulang dari Gili Trawangan gara-gara ombak besar datang menghadang.
Bersama YTH. Bapak Hamdan, iya saya kalah tampan. Hiks. :( |
Reuni singkat dengan teman SMA |
Postingan ini hanyalah prolog semata. Pembuka cerita dari Lombok Hula Trip kami yang akomodasinya disponsori oleh Es Krim Campina Hula-Hula melalui program mereka "Liburan Hura-Hura". Terima kasih Campina karena telah membuat kami berdua bisa sampai ke Pulau Lombok, destinasi yang semula hanya masuk target impian saja hingga akhirnya kemarin berubah menjadi nyata. Terima kasih juga kepada sahabat sekaligus partner jalan-jalan saya, Uul, karena telah berbaik hati membagikan rejekinya kepada saya. Pahalamu besar di surga, teman. :)
This is it, Uul, 23 y.o., Karangedeee! |
Ah iya, nyaris kelupaan, rencananya akan ada beberapa postingan berseri yang akan dirilis setelah tulisan ini. Isinya tentang cerita perjalanan kami selama hari ke hari di Negeri Seribu Masjid. Niatnya, selain menceritakan keseruan-keseruan yang kami berdua alami akan ada beberapa tips dan trik serta catatan pengeluaran yang mungkin bisa membantu kalau para pembaca blog ini sedang merencanakan hendak bepergian ke Lombok, khususnya untuk pertama kali. Sharing is caring, right? Ditunggu ya.
Lastly, pada akhirnya saya percaya kalau keberuntungan itu ada dan bisa muncul dari mana saja. Bahkan, ketika anda hanya menjadi tangan kedua penerima keberuntungan itu sekalipun. Dalam kasus ini, saya adalah penerima kedua dari keberuntungan yang sahabat saya alami. Apa yang saya dapatkan termasuk keberuntungan juga, bukan? Heheh. Sampai jumpa di postingan selanjutnya!
Cheers from us! |
Matur tampi asih sudah berkenan mampir, salam kupu-kupu, dan adakah yang mau memberi saya gratisan jalan-jalan lagi? ^^d
huhuhu, teharu bacanya... kalian hebat... ditunggu crita selanjutnya
ReplyDeletehuhuhuh wish you were there lah yanta. :(
Delete