Friday, March 19, 2010

Curug Sewu, Ketika Angka "1000" Dipertanyakan



Punya orangtua yang sering dinas keluar kota memang cukup merepotkan. Hari ini ke kota X, besok ke kota Y, lusa ke kota Z begitulah cara orangtua saya bekerja. Terkadang sampai beberapa hari di suatu kota, minggu depannya pindah lagi ke kota lain. Melelahkan memang tapi mau bagaimana lagi, sudah tuntutan profesi. Sebagai anak-anak penurut yang tak berdosa dan tak tahu apa-apa terkadang kami diikutsertakan bila ada jadwal kerja yang mengharuskan untuk singgah di suatu kota selama beberapa hari. Sebelumnya saya tidak kepikiran apa-apa selain pasti bakal menjadi hari-hari yang melelahkan, tapi akhirnya saya tahu bahwa ada untungnya juga ikut kedua orang tua bekerja...hmm...apalagi kalau bukan bisa jalan-jalan. ^^



Seperti pada hari Minggu yang lalu saya dan adik saya ikut orang tua bekerja ke Kota Kendal. Tidak ada rencana mau rekreasi apalagi bersenang-senang sebelumnya, tujuan utama hanya satu yakni mengantar Ibu bekerja. Pagi-pagi sekitar jam enam-an, berangkatlah kami ke Kendal, perjalanan kami tempuh dengan mobil pribadi selama kurang lebih 2,5 jam-an. 1,5 jam menunggu Ibu bekerja di tempat pertama, kemudian berangkatlah kami ke tempat kedua yang terletak di Sukorejo Kabupaten Kendal. Kira-kira 45 menit perjalanan dengan disuguhi pemandangan yang hijau di kanan kiri jalan. Setelah menurunkan mama di suatu kantor, kami memutuskan untuk menunggu di alun-alun, dalam perjalanan ke alun-alun itulah saya melihat papan penunjuk jalan dengan kata-kata "CURUG SEWU" terpampang di papan cokelatnya. Wih, saya penasaran, langsung saja dengan berbagai macam rayuan saya berhasil mengajak ayah saya untuk kesana. Senang bukan kepalang rasanya.

Singkat cerita.
Sampailah kami di Obyek Wisata "Curug Sewu". Setelah membayar tiket masuk obyek wisata sebesar Rp 4000 per kepala, kamipun segera masuk dan langsung disambut dengan musik dangdut yang memekakan telinga plus pedagang asongan yang membuntuti kami. Waduh. Benar-benar Indonesia banget deh. Oh ya, untuk suatu obyek wisata, "Curug Sewu" menurut saya dikelola dengan cukup baik, kios-kios souvenir tertata dengan baik, ada arena permainan anak, pendapa, kolam renang, kebun binatang mini (yang ini saya tidak melihat ada di sebelah mana), juga ada gardu pandang. Dari gardu pandang saya bisa melihat pemandangan kota, sawah, hutam, gunung, juga curug sewu itu sendiri. Bener-bener bagus deh.

Ternyata kalau kita mau melihat Curug Sewu dari dekat kita harus menuruni anak tangga untuk sampai ke bawah. Dan untuk turun ke bawah, saya harus membayar tiket masuk lagi sebesar Rp 3000, weh, masa masuk tiap obyek bayar pikir saya. Tapi tak apalah rasa penasaran yang tinggi plus rasa tidak mau rugi turunlah saya dan pak sopir menuruni anak tangga satu persatu, ayah dan adik saya ogah ikut turun.
Baru menuruni beberapa anak tangga yang licin plus sudah banyak yang rusak saya berpapasan dengan para pengunjung lain yang telah turun kemudian naik, wew kenapa dari yang pada semangat pulangnya jadi seperti orang mau pingsan semua. Dag dig dug...perasaan saya kog tiba-tiba jadi tak enak. Ada apa dengan mereka?

Ah sudalah pikir saya. The Show Must Go On!!
Akhirnya sampailah saya di Curug Sewu itu, lumayanlah menurut saya. Air terjun cukup besar dengan air berwarna kecokelatan persis susu cokelat yang saya minum tiap pagi. Dan air terjunnya ternyata cuma ada satu bukan ada seribu. Memang sih air terjunnya bertingkat tapi tidak sampai seribulah. Lah kenapa namanya Curug Sewu? Usut punya usut ternyata memang Orang Jawa menamakan sesuatu itu terkadang selalu melebih-lebihkan. Contohnya ya air terjun bertingkat seperti Curug Sewu ini, agar kelihatan lebih "wah" dinamakanlah Curug Sewu. Heheh. Hmm, jangan-jangan Lawang Sewu di Kota Semarang juga sebenarnya pintu-pintu yang ada kalau dihitung tidak sampai seribu? Wah, tapi siapa juga yang mau menghitung satu-satu, orang saya aja ogah! heheh.
Keindahan Curug Sewu menurut saya malah bukan terletak pada air terjunnya, tapi malah pada pelangi. Loh kog? Ya karena hanya di Curug Sewu inilah saya melihat pelangi bukan di langit tapi muncul di bebatuan. Subhanallah.



Curug Sewu dari Dekat



Pelangi di Curug Sewu

Setelah puas foto-foto, kami pun memutuskan naik. Akhirnya saudara-saudara! Saya tahu jawaban dari pertanyaan kenapa para pengunjung yang berangkat masih pada seger-seger pulangnya seperti setengah hidup semua. Ternyata, menaiki anak tangga yang telah kita turuni tadi itu melelahkan banget! Beberapa anak tangga pertama sih masih biasa-biasa saja, yang selanjutnya itulah saya merasakan saat-saat dimana tiba-tiba kaki saya mati rasa, dada sesak bukan kepalang, kepala pening plus pandangan mata berkunang-kunang. Saya cuma bisa berdoa kepada Yang maha Kuasa semoga bisa selamat sampai ke atas lagi. Saya masih muda dan masih pingin hidup Ya Allah. Huhuhuh. Akhirnya setelah bersusah payah, setapak demi setapak, sampai lah saya di atas. Voila, rasanya seperti habis menang lomba lari marathon. Heheh. Pelajaran yang bisa saya ambil dari perjalanan ini adalah...iya deh, saya akan rajin berolahraga!!


Salam Kupu-Kupu

NB: Sebelum ke Curug Sewu, rajin-rajinlah berolahraga dari sekarang. Kemudian jangan pakai alas kaki yang sudah rata, pakai alas kaki yang punya sol kuat, ingat jika misal anda mengalami apa yang saya alami ketika menaiki anak tangga nan licin itu, tentu anda tidak mau jatuh ke belakang kan? FYI, ratusan anak tangga licin loh!! So safety first. ^^

No comments:

Post a Comment