Saturday, March 13, 2010

Teman-Teman Lintah

Saya bersyukur saya punya banyak teman. Teman-teman yang saya temui sedari kecil, teman-teman yang benar-benar terbaik menurut saya, teman akrab, teman senasib, teman bermain juga macam-macam teman lainnya. Geramnya saya akhir-akhir ini adalah jenis teman terakhir yang menurut saya harus segera dimusnahkan di muka bumi kalau tidak akan semakin banyak menyengsarakan manusia-manusia tak berdosa yang mudah saja tertipu oleh kelicikan mereka. Saya sering menyebut golongan terakhir ini sebagai teman-teman lintah.



Kenapa saya menyebut mereka lintah? Sebenarnya bisa saja saya menyebut mereka dengan tambahan julukan yang lain seperti anjing, atau mungkin babi? Tapi tidak, itu sudah terlalu umum, dan bagi saya itu agak sedikit kejam. Lebih baik saya sebut saja mereka dengan teman-teman lintah lagipula tindak tanduk mereka tak ubahnya seekor LINTAH.

Pada awalnya saya tidak ngeh betul dengan kelakuan asli mereka yang bejat sekaligus menjijikan. Mendekati dengan tingkah semanis mungkin, puas menghisap darah, kemudian pergi dengan meninggalkan luka yang perih. Hah! dimana-mana lintah sama saja, selalu begitu, terkadang kita tak pernah sadar, atau belum sadar bahwa ada lintah yang menempel pada tubuh kita, baru setelah mereka gemuk dan pergi barulah kita sadar dan bertanya-tanya kenapa ada bekas luka yang terasa perih. Bodohnya lagi terkadang kita menyimpulkan bahwa yang telah mengigit kita adalah semut atau mungkin nyamuk. Tapi tunggu dulu, pernahkah kalian berpikir bahwa INI LINTAH! YANG KITA HADAPI ADALAH LINTAH!

Faktanya, saya tak hanya menemukan teman-teman lintah di suatu tempat. Dari SD, SMP, SMA, bahkan di kampus pun saya punya teman-teman lintah. Cih! Rupanya lintah sekarang ada dimana-mana, tak hanya hidup di tempat lembab dan berair kini mereka sudah menjajah tempat para manusia. Parahnya lagi terkadang saya merasa saya selalu diikuti lintah kemanapun saya pergi. Argh lama-lama muak juga saya.
Saya ambil garam sejumput lalu saya lemparkan ke arah mereka! Persetan dengan teriakan serta umpatan mereka, telinga saya sudah tertutup dengan kebencian terhadap lintah. Bukan hanya telinga, tapi hidung, mata, pikiran, bahkan perasaan saya telah tertutup untuk Kaum Lintah. Kaum menjijikan dari lembah kenistaan.

Ini saat saya sadar, bangun, bangkit, dan berontak. Saya mulai bisa membedakan manakah teman-teman yang baik dengan mana yang hanya teman-teman lintah. Jika teman lintah datang saya sudah bisa mengambil tindakan untuk berjaga-jaga bahkan mengusir.
Tapi saya hanya manusia bodoh biasa yang terkadang tidak sadar ada lintah yang telah mendekat bahkan sudah menempel di tubuh.

Hah yang bisa saya katakan hanyalah:
"KEMBALIKAN DARAHKU ATAU KAU SIAP TERBAKAR OLEH GARAM YANG TELAH KU GENGGAM DI TANGAN."


Salam Kupu-Kupu

NB: ditulis dengan penuh kebencian terhadap beberapa orang, ya...kepada teman-teman lintah.

No comments:

Post a Comment